Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 Januari 2024, 09:09 WIB
Chrisstella Efivania Rosaline,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gagap merupakan gangguan bicara yang membuat seseorang terbata-bata, tertahan, atau melakukan pengulangan saat mengucapkan suatu kalimat. 

Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh anak-anak berusia 2-5 tahun.

Hal tersebut disampaikan oleh dokter spesialis anak, dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (10/1/2024).  

“Memang biasa terjadi pada anak usia toddlers (2-5 tahun), karena perbendaharaan katanya masih terbatas dan baru memasuki fase berbicara, jadi cenderung terbata-bata,” ujar Bernie. 

Baca juga: Ini Cara Deteksi Dini Gagap pada Anak

Baca juga: Apakah Gagap pada Anak Bisa Hilang? Ini Jawaban Dokter

Gagap merupakan kondisi yang normal

Ilustrasi anak bermain Lego Ilustrasi anak bermain Lego

Bernie pun mengungkap, gagap yang dialami anak tidak akan terjadi secara permanen, lantaran kondisi ini akan berkurang sendirinya seiring bertambahnya usia anak. 

“Memang normal terjadi, biasanya karena anak baru belajar bicara jadi memang masih terbata-bata dan kosa katanya masih terbatas,” kata Bernie saat diwawancarai. 

Bernie pun mengungkap, kondisi yang dianggap tak normal justru speech delay, atau keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak. 

Ia mengatakan, jika anak gagap, biasanya memang dia sudah muncul kemampuan untuk berbicara sesuai dengan usianya. 

Sedangkan speech delay, kemampuan untuk berbicaranya belum muncul saat seharusnya sudah bisa untuk berbicara. 

Speech delay harus dideteksi lebih awal sesuai dengan usia si anak. Biasanya ibu-ibu punya Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), itu untuk checklist tumbuh kembang anak. Misal usianya sudah 2 tahun, tapi belum ada tanda-tanda dia akan berbicara, maka itu harus diperiksakan sesegera mungkin ke tenaga kesehatan,” tambah Bernie. 

Perhatikan usia anak

Ilustrasi anak dan orangtuaPEXELS/RDNE Stock project Ilustrasi anak dan orangtua

Dalam hal ini, Bernie pun mengingatkan agar orangtua memperhatikan usia anak ketika memang seharusnya sudah memasuki fase perkembangan berbicara. 

Kata Bernie, kemampuan berbicara seorang anak dapat dilihat ketika mulai memasuki usia 2-5 tahun. 

“Perkembangan kemampuan berbicara anak usia 2 tahun, biasanya sudah bisa merangkai 2 kata, dan 50 persen kosa katanya sudah bisa dipahami. Kalau anak 3 tahun biasanya sudah bisa merangkai 3 kata, dan 75 persen kosa katanya sudah bisa dimengerti, begitupun seterusnya,” jelasnya. 

Jika seiring bertambahnya usia belum ada tanda-tanda anak akan berbicara, Bernie menyarankan para orangtua untuk segera berkonsultasi ke dokter, agar bisa ditangani lebih lanjut. 

Sama halnya jika pada usia tersebut anak mengalami gejala kegagapan, tangani dengan sabar dan selalu ajarkan anak untuk bicara pelan-pelan agar maksudnya tersampaikan.

Baca juga: Ini Cara Deteksi Dini Gagap pada Anak

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau