Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi 5 Busana Adat Tokoh Negara di Sidang Tahunan MPR 2024

Kompas.com, 16 Agustus 2024, 20:54 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Sidang tahunan ini dihadiri oleh banyak tokoh negara, beberapa di antaranya menggunakan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Lantas, siapa saja tokoh politik tersebut?

1. Joko Widodo

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggunakan busana adat Ujung Serong asal Betawi.

Presiden Joko Widodo dengan mengenakan baju adat Betawi tiba untuk menghadiri Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR dan DPD tahun 2024 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd/tom.ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto Presiden Joko Widodo dengan mengenakan baju adat Betawi tiba untuk menghadiri Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR dan DPD tahun 2024 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd/tom.

Pakaiannya mencakup peci, jas tertutup, celana kain, dan pantofel berwarna hitam, yang dilengkapi dengan kain batik dan jam saku emas.

Saat Kota Jakarta masih bernama Batavia, pakaian ini digunakan oleh para pria dari kalangan berada alias orang kaya yang sudah menikah, termasuk yang berprofesi sebagai tuan tanah.

Pakaian Ujung Serong, juga disebut dengan jas demang Ujung Serong, sering dilengkapi oleh kain Betawi dengan tumpal pucuk rebung, belah ketupat, atau pagi sore.

Baca juga: Filosofi Ujung Serong Betawi, Busana Adat Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2024

Sementara aksesori pada bagian atas jas demang bisa berupa rantai kuku macan atau jam saku seperti yang dikenakan Jokowi di Sidang Tahunan MPR RI.

Filosofi Ujung Serong berkaitan dengan status sosial karena pakaiannya menandakan simbol kemakmuran dan kekayaan rakyat Betawi di Batavia.

Berdasarkan ketarangan pers dari Biro Pers Sekretariat Presiden, Jumat, pakaian adat ini dipilih oleh Jokowi karena turut mencerminkan nilai-nilai kesopanan.

Selain itu, lanjut Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Abetnego Tarigan dalam keterangan tertulisnya, Ujung Serong asal Betawi juga mencerminkan ketaatan terhadap agama.

Kemudian adalah kebijaksanaan yang sangat dihormati dalam budaya Betawi yang disimbolkan dari warna dan motif yang tegas dan berani.

“Betawi merepresentasikan wajah Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka, mengenai akulturasi yang kuat dari berbagai suku bangsa di Indonesia,” ungkap Abetnego, Jumat.

2. Ma’ruf Amin

Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin juga tidak ingin kalah. Ia datang menggunakan pakaian adat khas Melayu Palembang.

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin berfoto bersama dengan pimpinan DPR saat menghadiri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI, Jumat (16/8/2024) dok. DPR Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin berfoto bersama dengan pimpinan DPR saat menghadiri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI, Jumat (16/8/2024)

Tampilan pakaiannya berupa kemeja, celana kain, dan pantofel berwarna hitam. Lalu, ikat kepala atau tanjak dan songket berwarna emas dan merah.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau