Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Manusia Tikus oleh Gen Z Bukan Ajang Adu Nasib Antar-Generasi

Kompas.com, 10 Juni 2025, 17:05 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena "manusia tikus" oleh Gen Z di China dinilai sebagai protes akibat burnout dan persaingan ketat dunia kerja. Gen Z yang ikut tren tersebut biasanya hanya menghabiskan waktu di kamar untuk rebahan, main gim, atau mengecek media sosial.

Namun, tak jarang "manusia tikus" memunculkan respons negatif. Salah satunya dengan membandingkan ketahanan mental Gen Z dengan generasi sebelumnya.

Baca juga:

“Sangat tidak disarankan membawa pengalaman antargenerasi," ucap psikolog klinis dewasa, Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi kepada Kompas.com, Senin (9/6/2025).

Fenomena "manusia tikus" oleh Gen Z bukan ajang adu nasib

Menurut Adelia, perbandingan lintas generasi justru kontraproduktif dan bisa menjadi konflik komunikasi antar-generasi.

"Seperti yang sudah-sudah, membandingkan generasi kita dengan generasi lain hanya memicu permusuhan dan ketidakkompakan,” jelas Adelia.

Baca juga: Gen Z Hadapi Burnout dengan Jadi Manusia Tikus, Apa Sudah Tepat?

Ia menambahkan, situasi seperti ini kerap dijumpai di dunia kerja, tepatnya ketika generasi yang lebih tua merasa pengalaman masa lalu bisa dijadikan standar dalam menghadapi tantangan masa kini. 

Tangkapan layar beberapa Gen Z di China yang menyebut mereka manusia tikus di aplikasi Red Note (Xiaohongshu). Sebutan tersebut merupakan tindakan berontak dari burnout dan persaingan mencari kerja yang ketat.Dok. Xiaohongshu Tangkapan layar beberapa Gen Z di China yang menyebut mereka manusia tikus di aplikasi Red Note (Xiaohongshu). Sebutan tersebut merupakan tindakan berontak dari burnout dan persaingan mencari kerja yang ketat.

Padahal konteks sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing generasi sangat berbeda. 

Adelia menekankan, menjadikan pengalaman pribadi sebagai referensi tidak selalu buruk, selama dilakukan dengan pendekatan yang empati.

Baca juga: Menghadapi Fenomena Manusia Tikus pada Gen Z, 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua

“Menjadikan pengalaman diri sebagai contoh baik memang bisa dilakukan, namun tetap harus diiringi dengan sikap empati dan memahami generasi yang sedang diajak bicara,” katanya.

Kenali fokus dan keinginan masing-masing generasi

Adelia juga menyarankan agar komunikasi lintas generasi dilakukan dengan mengenali apa yang menjadi fokus dan keinginan masing-masing generasi dalam menjalani pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. 

Hal ini termasuk memahami cara mereka merasa nyaman dalam berdiskusi dan merespons tuntutan sosial.

Baca juga: Kompak, Gen Z dan Milenial Utamakan Fungsi Saat Membeli Tas Baru

“Apa yang menjadi fokus mereka, apa keinginan mereka dalam menjalani pekerjaan dan tugas, serta cara seperti apa yang nyaman dalam berdiskusi,” ujar Adelia.

Dengan memahami konteks dan pendekatan komunikasi yang tepat, generasi yang lebih tua bisa menjadi pendamping yang suportif bagi Gen Z, bukan menambah tekanan dengan membandingkan nasib.

Baca juga: Krisis Tenaga Kerja di Jepang, Gen Z Panen Tawaran dan Fasilitas Kerja

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau