KOMPAS.com – Fenomena "manusia tikus" oleh Gen Z di China dinilai sebagai protes akibat burnout dan persaingan ketat dunia kerja. Gen Z yang ikut tren tersebut biasanya hanya menghabiskan waktu di kamar untuk rebahan, main gim, atau mengecek media sosial.
Namun, tak jarang "manusia tikus" memunculkan respons negatif. Salah satunya dengan membandingkan ketahanan mental Gen Z dengan generasi sebelumnya.
Baca juga:
“Sangat tidak disarankan membawa pengalaman antargenerasi," ucap psikolog klinis dewasa, Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi kepada Kompas.com, Senin (9/6/2025).
Menurut Adelia, perbandingan lintas generasi justru kontraproduktif dan bisa menjadi konflik komunikasi antar-generasi.
"Seperti yang sudah-sudah, membandingkan generasi kita dengan generasi lain hanya memicu permusuhan dan ketidakkompakan,” jelas Adelia.
Baca juga: Gen Z Hadapi Burnout dengan Jadi Manusia Tikus, Apa Sudah Tepat?
Ia menambahkan, situasi seperti ini kerap dijumpai di dunia kerja, tepatnya ketika generasi yang lebih tua merasa pengalaman masa lalu bisa dijadikan standar dalam menghadapi tantangan masa kini.
Tangkapan layar beberapa Gen Z di China yang menyebut mereka manusia tikus di aplikasi Red Note (Xiaohongshu). Sebutan tersebut merupakan tindakan berontak dari burnout dan persaingan mencari kerja yang ketat.Padahal konteks sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing generasi sangat berbeda.
Adelia menekankan, menjadikan pengalaman pribadi sebagai referensi tidak selalu buruk, selama dilakukan dengan pendekatan yang empati.
Baca juga: Menghadapi Fenomena Manusia Tikus pada Gen Z, 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua
“Menjadikan pengalaman diri sebagai contoh baik memang bisa dilakukan, namun tetap harus diiringi dengan sikap empati dan memahami generasi yang sedang diajak bicara,” katanya.
Adelia juga menyarankan agar komunikasi lintas generasi dilakukan dengan mengenali apa yang menjadi fokus dan keinginan masing-masing generasi dalam menjalani pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.
Hal ini termasuk memahami cara mereka merasa nyaman dalam berdiskusi dan merespons tuntutan sosial.
Baca juga: Kompak, Gen Z dan Milenial Utamakan Fungsi Saat Membeli Tas Baru
“Apa yang menjadi fokus mereka, apa keinginan mereka dalam menjalani pekerjaan dan tugas, serta cara seperti apa yang nyaman dalam berdiskusi,” ujar Adelia.
Dengan memahami konteks dan pendekatan komunikasi yang tepat, generasi yang lebih tua bisa menjadi pendamping yang suportif bagi Gen Z, bukan menambah tekanan dengan membandingkan nasib.
Baca juga: Krisis Tenaga Kerja di Jepang, Gen Z Panen Tawaran dan Fasilitas Kerja
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarangView this post on Instagram