Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Rahim Copot, Bagaimana Cara Mencegah Inversio Uteri?

Kompas.com, 21 November 2025, 13:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus “rahim copot” sedang ramai dibicarakan setelah dr. Gia Pratama membagikan pengalamannya menangani kasus tersebut di RSUD Garut, Jawa Barat, pada April 2010 silam, dalam sebuah podcast.

Dalam kasus tersebut, diceritakan bahwa seorang ibu melahirkan dengan bantuan paraji atau dukun beranak, sampai rahimnya "copot" dan ditaruh ke dalam kantung kresek. Dalam dunia kedokteran, istilah medisnya adalah inversio uteri. Lantas, bagaimana cara mencegahnya?

Baca juga:

“Kalau lahirnya di penyedia kesehatan yang benar, itu (inversio uteri) sudah tidak pernah terjadi, tidak akan pernah terjadi, tidak usah khawatir. Itu kan kasus ekstrem yang amat sangat jarang terjadi, sudah termasuk kasus luar biasa,” kata dr. Ni Komang Yeni DS, Sp.OG, MM, MARS, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (20/11/2025).

Cara mencegah rahim copot saat melahirkan

Apa itu inversio uteri?

Inversio uteri adalah kondisi ketika rahim turun dan menonjol keluar vagina karena berbagai faktor, salah satunya adalah proses persalinan yang tidak ditangani oleh tenaga kesehatan yang sudah ahli, seperti bidan atau dokter kandungan.

Faktor lainnya adalah kondisi seperti plasenta akreta. Dikutip dari situs web Eka Hospital, Jumat (21/11/2025), plasenta akreta adalah kondisi ketika plasenta menempel terlalu kuat pada otot rahim.

Kondisi tersebut sangat berbahaya karena bisa menyebabkan pendarahan hebat saat melahirkan, bahkan bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Cara mencegah inversio uteri

1. Lakukan persalinan di bidan atau dokter

Rahim copot atau inversio uteri bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya melahirkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional.Freepik/wavebreakmedia_micro Rahim copot atau inversio uteri bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya melahirkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, inversio uteri jarang terjadi apabila ibu melakukan persalinan di bidan atau dokter kandungan.

Sebab, mereka mempelajari anatomi dan sudah terlatih untuk menangani ibu hamil sehingga bisa membantu proses persalinan berjalan dengan aman dan lancar.

Apabila harus melahirkan di paraji, dr. Yeni mengatakan bahwa persalinan tetap harus didampingi oleh bidan desa.

“Sudah ada peraturannya bahwa paraji seharusnya didampnigi oleh bidan dalam melahirkan. Tapi, sekarang tahun 2025, pemerintah juga sudah bagus sekali menyediakan rumah sakit dengan penyedia kesehatan yang baik untuk melahirkan,” jelas dia.

Dengan demikian, dr. Yeni kembali mengimbau agar calon ibu tetap melahirkan dengan bantuan bidan atau dokter kandungan karena secara medis sudah terlatih.

Baca juga:

2. Rutin periksa kandungan

Selanjutnya adalah rutin memeriksakan kandungan ke klinik, puskesmas, atau rumah sakit, untuk mempersiapkan diri dan janin agar persalinan berjalan lancar kelak.

“Salah satu (penyebab) plasenta tidak lahir juga karena kontraksi yang tidak begitu baik. Memang kita harus mengontrol ke dokter untuk memastikan tidak ada ari-ari (plasenta) yang lengket ke rahim sehingga memudahkan lahirnya plasenta pada saat melahirkan nanti,” terang dr. Yeni.

3. Banyak bertanya

Rahim copot atau inversio uteri bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya melahirkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional.freepik.com Rahim copot atau inversio uteri bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya melahirkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional.

Saat memeriksakan kandungan, manfaatkan waktu untuk banyak bertanya kepada bidan atau dokter kandungan.

Selain soal kesehatan janin, ibu bisa bertanya soal kontraksi yang baik seperti apa dan apakah ibu mengalami anemia atau tidak. Sebab, semuanya berkaitan dengan kesehatan dan kekuatan jaringan rahim.

“Tapi pada prinsipnya, tidak usah takut. Itu (inversio uteri) kejadian yang amat sangat jarang terjadi,” pungkas dr. Yeni.

Baca juga:

Halaman:


Terkini Lainnya
Kebutuhan Bermain Anak 5-12 Tahun Berubah, Orangtua Perlu Menyesuaikan
Kebutuhan Bermain Anak 5-12 Tahun Berubah, Orangtua Perlu Menyesuaikan
Parenting
Dampak yang Muncul Saat Kebutuhan Sosial-Emosional Anak Tak Terpenuhi
Dampak yang Muncul Saat Kebutuhan Sosial-Emosional Anak Tak Terpenuhi
Parenting
Akhir Tahun Disebut Jadi Momen Transformasi bagi 6 Zodiak, Ini Daftarnya
Akhir Tahun Disebut Jadi Momen Transformasi bagi 6 Zodiak, Ini Daftarnya
Wellness
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
Wellness
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau