Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lari Ultramaraton di Atas 50 Km dan Risiko Kanker Usus Besar

Kompas.com, 8 Desember 2025, 19:19 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Best Life

KOMPAS.com - Lari jarak jauh seperti maraton hingga ultramaraton identik dengan gaya hidup sehat dan ketahanan fisik.

Namun, pengalaman klinis seorang onkolog, dr. Timothy Cannon, menunjukkan pola yang tak sepenuhnya sejalan dengan anggapan tersebut, khususnya pada kasus kanker usus besar.

Perhatian Cannon pada isu ini bermula dari kasus kanker usus besar pada pasien yang ia tangani. Kondisi tersebut dinilainya tidak biasa.

“Pasien-pasien ini bukan orang yang kurang bergerak. Dua di antaranya rutin mengikuti ultramaraton 100 mil, dan satu lainnya menyelesaikan 13 half marathon dalam satu tahun,” ujarnya, melansir dari Best Life.

Sebagai informasi, 100 mil berarti sekitar 160 kilometer, sedangkan half marathon merupakan setengah dari jarak maraton 42,2 kilometer, yakni sekitar 21 kilometer.

Baca juga: Kenapa Orang Bisa Meninggal Saat Lari? Belajar dari Insiden Siksorogo Lawu Ultra

Pelari maraton dan ultramaraton jadi fokus penelitian

Cannon bersama timnya melakukan penelitian yang difokuskan pada pelari jarak jauh. Studi ini melibatkan 100 peserta berusia 35 hingga 50 tahun yang rutin mengikuti lomba lari jarak jauh.

Fokus utama penelitian ini adalah olahraga ketahanan ekstrem, bukan aktivitas fisik harian dengan intensitas ringan hingga sedang.

“Kami ingin melihat dampak pada individu yang secara konsisten berlari sejauh 42 kilometer atau lebih, dalam jangka panjang,” katanya.

Para peserta dipilih karena telah menyelesaikan setidaknya dua ultramaraton dengan jarak minimal 50 kilometer atau lima maraton resmi sejauh 42,2 kilometer. 

Mereka juga tidak memiliki riwayat kanker usus besar, baik secara pribadi maupun dalam keluarga, serta tidak diketahui memiliki faktor risiko lain.

Baca juga: Tips Memulai Lari Sebagai Meditasi

Ilustrasi lari.Freepik/pressfoto Ilustrasi lari.

Polip prakanker ditemukan lebih banyak pada pelari jarak jauh

Pemeriksaan kolonoskopi, yaitu prosedur untuk melihat kondisi usus besar, dilakukan pada para peserta dan hasilnya ditelaah oleh panel dokter yang terdiri dari gastroenterolog, ahli patologi, dan onkolog. 

Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan angka polip yang relatif tinggi pada kelompok pelari jarak jauh. Polip  merupakan pertumbuhan jaringan kecil di dinding usus besar yang pada sebagian kasus dapat berkembang menjadi kanker bila tidak terdeteksi sejak dini.

“Kami menemukan 39 persen peserta memiliki setidaknya satu polip di usus besar, dan 15 persen di antaranya sudah tergolong adenoma (tumor jinak) tingkat lanjut yang bersifat prakanker,” kata Cannon.

Baca juga: Pendinginan Setelah Olahraga Penting Dilakukan, Ini Kata Atlet Lari

Ia menambahkan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan populasi umum pada usia yang sama.

Sebagai pembanding, prevalensi adenoma tingkat lanjut pada orang dewasa usia akhir 40-an di Amerika Serikat umumnya berada di kisaran 4,5 hingga 6 persen.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau