Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Sulit Ungkap Emosi, Ternyata Paling Emosional?

Kompas.com, 6 Januari 2018, 22:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Ada banyak cara untuk mengekspresikan emosi dalam diri kita. Ada yang menangis saat merasa sedih. Bahkan, menangis karena terlalu bahagia.

Sebaliknya, ada juga orang yang tetap datar meski sedang merasa sedih atau pun bahagia. Namun dalam kenyataannya, mungkin mereka justru adalah orang yang paling emosional.

Riset terbaru yang dilakukan oleh SISSA di Trieste dan dipublikasikan di jurnal ilmiah Scientific Reports, menyatakan, 10 persen populasi di dunia menderita alexithymia.

Alexithymia adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan ketidakmampuan memproses emosi yang sedang melanda.

Baca juga : Siapa yang Lebih Mampu Berhubungan Seks Tanpa Perasaan?

Kondisi ini kerap menyulitkan individu untuk menyampaikan kegembiraan, ketakutan, jijik, kemarahan, dan berbagai perasaan lainnya. 

Ilmuwan Cinzia Cecchetto, Raffaella Rumiati, dan Marilena Aiello melakukan penelitian dengan memanfaatkan hubungan erat antara persepsi bau dan emosi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes penciuman pada peserta.

"Ada tumpang tindih parsial antara daerah-daerah di otak kita yang berhubungan dengan persepsi penciuman, dan yang memproses emosi."

"Tes seperti ini mungkin sangat sesuai untuk mempelajari kondisi psikologis spesifik ini," kata pemimpin peneliti Aiello.

Tim mengumpulkan 62 individu, membaginya menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada tingkat di mana mereka mengalami alexithymia (tinggi, sedang, dan rendah).

Para peneliti kemudian memasukkan mereka ke dalam serangkaian tes penciuman dan mengasah reaksi mereka terhadap rangsangan yang berbeda.

"Hasil yang diperoleh menunjukkan, salah satu karakteristik alexithymia adalah respons fisiologis yang berubah terhadap stimulasi penciuman," papar Cecchetto dan Aiello.

Baca juga : Solusi Bagi Anda yang Kurang Peka Perasaan Orang Lain

Yang paling menarik adalah fakta bahwa individu semacam itu sebenarnya adalah orang yang paling emosional.

Cecchetto dan Aiello menerangkan, hasil riset ini bertentangan dengan apa yang diharapkan.

"Riset ini menunjukkan bagaimana reaksi fisiologis individu alexithymic terhadap emosi yang disebabkan oleh bau tidak kurang, tapi agak lebih intens," paparnya.

Para periset percaya, selama ini orang-orang hanya salah paham terhadap individu alexithymic.

"Dalam situasi aktivasi yang ekstrem dalam kaitannya dengan emosi, mereka terlihat tidak peka terhadap lingkungan sekitar."

"Ini adalah observasi ilmiah yang berlawanan, namun penting," tambahnya.

Jadi, individu dengan kondisi seperti ini bukanlah orang-orang yang tidak sensitif. Mereka hanya tidak bisa menjelaskan perasaannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau