Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Gangguan Makan pada Kesehatan dan Isi Dompet

Kompas.com - 05/03/2018, 13:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber nypost.com

KOMPAS.com - Jika kamu merasa memiliki keinginan membeli makanan terus-terusan—bahkan makanan yang tak diinginkan— bisa jadi itu adalah gangguan pola makan.

Seringkali gangguan pola makan berakhir menjadi bulimia, terutama kalau diikuti dengan penurunan berat badan di luar batas, seperti dimuntahkan atau puasa, dan olahraga berlebih.

Salah satu penulis The Independent, Sophie Jackson, mengatakan bahwa dia menghabiskan sekitar 200 dollar AS atau Rp 2,7 juta per pekan untuk membeli makanan dengan porsi pesta saat menderita bulimia.

"Siklus tanpa henti untuk membeli makanan yang saya tahu tidak dibutuhkan atau inginkan, membuat saya sakit, kehabisan uang dan melakukannya lagi merasa seperti sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan,” tulisnya.

Di sisi lain, pengeluaran juga meningkat, kemudian menekannya. 

Bahkan, bagi para penderita anoreksia, bulimia dan gangguan makan, akan mengeluarkan biaya tambahan seperti—membeli pakaian dengan ukuran berbeda, membeli teh dan obat diet atau pencahar, dan langganan keanggotaan gym.

Sebenarnya, umum bagi orang-orang yang berjuang mengatasi gangguan makan juga memiliki hutang kartu kredit, kata Melainie Rogers, pendiri dan CEO Balance, sebuah pusat perawatan penderita gangguan makan di New York. 

"Ada kecenderungan mereka menjadi impulsif saat mengalami bulimia,” katanya.

Ditambah, orang yang sedang berjuang dengan gangguan makan juga harus izin ketika merasa tidak enak badan.

Pengobatan mahal

Rogers mengingatkan biaya pengobatan gangguan makan tidaklah murah. Apalagi, asuransi  tidak mencakup perawatan, atau para penderitanya sama sekali tidak memiliki asuransi. 

Bahkan, mereka yang sudah memiliki asuransi mungkin akan melawan perusahaan asuransi untuk mendapatkan perawatan rawat inap yang mahal.

Beberapa biaya pengobatan di luar negeri, seperti di Balance, memerlukan biaya pengobatan untuk 30 jam per pekan berkisar 17.000 dollar AS dan 20.000 dollar AS per bulan atau sekitar Rp 233 juta - Rp 275 juta.

Program rawat jalan intensif di sana, selama sembilan jam per pekan, menghabiskan biaya antara 7.000 USD dan 10.000 USD atau Rp 96 juta - Rp 137 juta untuk periode enam pekan. 

Rogers mengatakan, alasan lain mengapa pengobatan bisa mahal yakni banyak gangguan makan pada pasien dengan masalah kesehatan parah memerlukan perawatan 24 jam di fasilitas rawat inap, di mana mereka terkadang sampai tiga bulan perawatan. Sayangnya, asuransi, kata Rogers, biasanya hanya mengganti sampai 30 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com