Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nila Tanzil dan Buku Bacaan yang Membawa Kegembiraan

Kompas.com - 22/09/2018, 11:15 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Tahun ini Nila Tanzil melalui Taman Bacaan Pelangi, yayasan yang didirikannya, genap membuka 104 perpustakaan di daerah terpencil di Indonesia Timur.

Kegembiraan anak-anak saat membaca buku bacaan menjadi pendorong Nila untuk meninggalkan dunia koorporasi dan memfokuskan diri pada pendirian perpustakaan ramah anak di pesolok Indonesia timur.

"Akses terhadap buku bacaan membawa kegembiraan pada anak-anak. Mereka juga terinspirasi dari buku yang dibacanya dan berani bermimpi besar," kata Nila dalam acara konferensi pers Pencapaian 100 Perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di Jakarta (19/9/2018).

Dampak paling nyata dari kehadiran perpustakaan tersebut, menurut Nila, antara lain kemampuan bahasa Indonesia anak meningkat, serta kemampuan dalam mengarang juga ikut membaik.

"Cita-cita anak juga berubah, kalau dulu mungkin hanya punya cita-cita jadi guru atau pemuka agama, sekarang macam-macam. Ini menunjukkan buku memang memperluas cakrawala anak," kata wanita berusia 42 tahun ini.

Perpustakaan Taman Bacaan Pelangi (TBP) saat ini tersebar di berbagai daerah di 17 pulau di Indonesia Timur, antara lain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Sulawesi, Papua, dan Papua Barat.

Berkelanjutan

Perjalanan selama 9 tahun mendirikan Yayasan Pelangi Impian Bangsa, diakui Nila tidak mudah.

"Kami terus berevolusi. Pada awalnya kami mendirikan perpustakaan di rumah penduduk atau rumah adat. Namun, sejak 2014 kami memilih mendirikan di sekolah supaya lebih sustainable," ujarnya.

Menurut Nila, mendirikan perpustakaan itu mudah, tetapi menjaganya agar tetap berkelanjutan adalah tantangan bagi para penggiat literasi.

Selain didirikan di sekolah, agar perpustakaan tersebut bisa berkelanjutan Nila juga bekerja sama dengan dinas pendidikan daerah agar kegiatan membaca di perpustakaan masuk dalam kurikulum.

"Supaya sustained, kami juga memberi pelatihan kepada guru-guru. Membaca di perpus sejam dalam seminggu juga masuk dalam kurikulum sekolah," kata Nila.

Asisten I Sekretariat Daerah Pemda Kabupaten Ende, Cornelis Wara mewakil Bupati Ende, Marselus Y Petu didampingi Pendiri Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Raman Anak, Nila Tanzil meresmikan Taman Bacaan Pelangi dan Perpustakaannya yang ke-100 di SDK Nangapanda 1, Ende, Flores, NTT, Kamis (13/9/2018). (KOMPAS.com/Markus Makur)KOMPAS.com/Markus Makur Asisten I Sekretariat Daerah Pemda Kabupaten Ende, Cornelis Wara mewakil Bupati Ende, Marselus Y Petu didampingi Pendiri Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Raman Anak, Nila Tanzil meresmikan Taman Bacaan Pelangi dan Perpustakaannya yang ke-100 di SDK Nangapanda 1, Ende, Flores, NTT, Kamis (13/9/2018). (KOMPAS.com/Markus Makur)
TBP juga saat ini menerapkan pengaturan buku dengan sistem berjenjang sesuai minat baca anak.

Sebelumnya anak-anak mengambil buku sesukanya sehingga banyak anak yang belum lancar membaca memilih buku untuk tahap lanjut yang lebih banyak huruf.

"Anak jadi takut untuk membaca. Dengan penjejangan, anak akan dipilihkan buku sesuai kemampuan bacanya," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com