Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2018, 17:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Kecantikan wanita seharusnya memang tidak diukur berdasarkan satu standar saja. Karena tidak dipungkiri setiap wanita memiliki keunikan masing-masing sehingga kriteria ideal sebuah kecantikan sangat beragam.

Secara umum masyarakat menilai kecantikan wanita semata berdasarkan hal-hal yang berbau fisik, seperti hidung mancung, kulit putih, rambut panjang, atau tubuh yang langsing.

Kondisi tersebut membuat banyak wanita yang menganggap dirinya tidak masuk dalam "standar cantik" merasa tidak bisa mencapai potensi dirinya.

Dalam survei bertajuk Indonesia Beauty Confidence Report 2017 yang dilakukan Dove terungkap, 84 persen perempuan Indonesia mengaku tidak tahu betapa cantiknya diri mereka sebenarnya, dan 72 persen percaya bahwa untuk mencapai kesuksesan, mereka harus memenuhi standar kecantikan tertentu.

"Sejak dulu kata 'wanita' selalu disejajarkan dengan cantik atau tidak. Kalau tidak cantik maka value-nya berkurang, merasa tidak bisa sukses," kata psikolog Tara de Thouars dalam acara diskusi di Jakarta (25/9).

Padahal, lanjut Tara, cantik adalah sebuah persepsi dan standarnya akan berubah-ubah.

"Dulu saja yang disebut cantik adalah yang badannya kurus seperti Kate Moss, tapi sekarang yang berlekuk dan berisi kayak Kim Kardashian dianggap cantik," katanya.

Untuk mengubah standar cantik, menurut Tara, kita perlu melihat keberagaman kecantikan. Apalagi setiap suku di Indonesia memiliki kecantikan yang khas.

"Standar yang ada seringkali tidak real. Kita perlu lebih banyak referensi," katanya.

Dengan mengenal kecantikan yang beragam dan orang-orang baru, maka filter dalam diri kita akan ikut berubah.

"Kalau kita terus-terusan menonton film Korea, misalnya, maka bagi kita standar cantik itu ya seperti bintang Korea. Jadi, perlu diperbanyak lagi referensinya," katanya.

Kampanye cantik

Untuk merayakan keragaman kecantikan perempuan Indonesia, Dove meluncurkan gerakan #CantikSatukan Kita.

Menurut Personal Care Director Unilever Indonesia, Ira Noviarti, melalui #CantikSatukanKita, Dove ingin mengangkat urgensi untuk membangun lingkungan yang positif bagi perempuan Indonesia, agar mereka dapat menjadi pribadi yang lebih kuat dalam mengembangkan potensi diri.

"Hal ini sejalan dengan salah satu topik yang diusung dalam Unilever Sustainable Living Plan, untuk menciptakan dunia dimana perempuan dapat menjalani hidup yang ingin dijalaninya, tanpa dibatasi oleh stereotip dan standar tertentu yang merugikan,” katanya.

Ditambahkan oleh Senior Brand Manager Dove & Tresemme, Miranti Burhan, komitmen Dove dalam merayakan keragaman kecantikan sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu melalui pemilihan model iklannya.

"Kami memakai model dengan beragam bentuk tubuh, warna kulit, atau rambut, dan tidak mengedit foto atau video iklan," kata Miranti.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com