Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 29 Maret 2019, 12:30 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, muncul pesan berantai dari grup WhatsApp tentang kampanye penyelamatan lingkungan di Thailand.

Pesan tersebut mengajak kita semua untuk tidak membuang biji buah langsung ke tempat sampah, tetapi mencuci dan mengeringkannya (di bawah sinar matahari), lalu membungkus dan menyimpannya di dalam koran.

Setiap kali kita menemukan lahan kosong terbuka baik di jalan desa atau pinggir jalan raya, kita bisa membuang biji-bijian tersebut.

Berdasarkan informasi dari pesan tersebut, hal ini akan membuat biji berkecambah dengan mudah saat musim hujan yang akan datang.

"Pemerintah Thailand telah mempromosikan hal ini kepada semua warganya selama beberapa tahun terakhirJika dengan tindakan sederhana ini, kita dapat menyumbang satu pohon saja setiap musim bagi dunia kita, misi kita untuk menghijaukan dunia ini akan berhasil."

"Mari kita warga Indonesia juga bergabung dengan Thailand dalam inisiatif cemerlang ini untuk menyebarkan kelimpahan di alam dengan cara yang sederhana namun efektif, dan berkontribusi kembali bagi generasi kita berikutnya,"  demikian kutipan dalam pesan tersebut.

Baca juga: Warga Minta Risma Tanam Pohon Tabebuya Lebih Banyak

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Memang belum dapat dipastikan apakah hal semacam ini -benar diterapkan di Thailand.

Namun, menanam kembai biji buah yang kita makan memang efektif untuk menyelamatkan bumi yang sudah semakin menua ini.

Koordinator dan penggagas Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al-Kudus, sependapat dengan hal ini.

"Pelajaran pertama di Laskar Hijau yaitu kalau makan buah, bijinya jangan dibuang. Tancapkan ke tanah, atau disemai di plastik bekas yang diisi tanah atau kompos," ucapnya saat dihubungi oleh Kompas.com.

Menurutnya, cara ini terbilang efektif untuk membantu menambah jumlah pepohonan yang makin berkurang karena ulah manusia itu sendiri.

"Saya tidak percaya pada orang yang bilang pecinta lingkungan kalau belum pernah merawat pohon sejak dari biji," tambahnya.

Memang butuh lama untuk sebuah biji tumbuh, tergantung pada jenis buahnya, Tapi, cara ini tetap memberi kontribusi besar untuk lingkungan kita.

"Paling cepat tiga tahun, tetapi bagaimanapun juga ini juga berkontribusi pada lingkungan," ungkapnya.

Baca juga: Tanam Pohon dan Konservasi Lingkungan, Upaya Pencegahan Bencana Alam

Sebagai organisasi konsevasi alam yang berfokus pada gerakan menamam pohon atau penghijauan dengan kosep hutan setaman, "Laskar Hijau" di bawah pimpinan pria asal Lumajang, Jawa Timur ini, juga kerap mengkampanyekan hal juga kerap mengkampanyekan hal ini.

"Kami sudah sering mengkampanyekan gerakan agar tak membuang biji buah yang dimakan ini di sekolah-sekolah dan dikalangan pendaki gunung," tambahnya.

Menurutnya, menyebar biji menjadi pohon ini adalah cara mudah yang kerap diabaikan.

"Ini semudah mempsoting status di medsos tetapi efeknya besar untuk lingkungan," tambahnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau