Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Waktu Tidur Malam pada Pria Picu Risiko Alzheimer

Kompas.com, 9 Januari 2020, 15:54 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Pria muda yang kehilangan waktu tidur satu malam akan mengalami peningkatan kadar protein tau dalam darah, dibandingkan saat mereka tidur malam tanpa gangguan.

Protein tau adalah kandungan yang membuat mikrotubula menjadi stabil. Protein tau terdapat sangat banyak pada neuron di dalam sistem saraf pusat, dan jarang terdapat di lokasi lain.

Nah, kadar protein tau yang lebih tinggi di dalam darah itulah yang bisa memicu risiko penyakit alzheimer.

Alzheimer adalah penyakit degeneratif progresif pada otak yang umumnya menyerang orang tua, dan dikaitkan dengan perkembangan plak-plak beta amiloid pada otak.

Penyakit ini dicirikan dengan kondisi kebingungan, disorientasi, kegagalan memori, gangguan bicara, dan demensia alias pikun.

Baca juga: Kurang Tidur Picu Nafsu Makan Berlebih, Benarkah?

"Studi eksplorasi kami menunjukkan, bahkan pada orang muda yang sehat, melewatkan waktu tidur satu malam meningkatkan level tau dalam darah."

"Seiring waktu, kurang tidur tersebut dapat mendatangkan efek yang merugikan," kata penulis dalam penelitian di Uppsala University, Swedia, seorang neurologis Dr. Jonathan Cedernaes.

Berdasarkan keterangan yang dirilis Asosiasi Alzheimer, tau adalah protein yang membantu menstabilkan susunan internal sel-sel saraf otak.

Bentuk tau yang abnormal akan menumpuk kala alzheimer menjangkit, dan menyebabkan bagian di dalam sel berantakan.

Saat protein tau abnormal menggumpal, mereka akan membentuk tanda kunci penyakit alzheimer, dan lewy body dementia --jenis demensia yang semakin memburuk seiring berjalannya waktu.

Pada orang yang sehat, tau dan racun lain di otak dibersihkan ketika tidur. Jika kehilangan tidur, atau siklus tidur terganggu, maka dapat memengaruhi kemapuan otak untuk membersihkan tau.

Baca juga: Bagaimana Kurang Tidur Merusak Hubungan Asmara?

"Ketika kamu mendapat lebih banyak tidur nyenyak dan tidur Rapid Eye Movement Sleep (REM) dalam jumlah normal, itu meningkatkan pembersihan protein abnormal yang baik," kata ahli saraf Mayo Clinic, Dr. Donn Dexter, anggota American Academy of Neurology.

REM adalah kondisi normal dari tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata.

Menumpuknya tau akibat kekurangan tidur pada gilirannya pun memicu percepatan perkembangan masalah kognitif.

Sebuah studi yang diterbitkan pada 2017 menemukan, orang dewasa usia paruh baya yang tidak tidur nyenyak dalam semalam menghasilkan banyak protein amiloid beta.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau