Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipertensi pada Anak Muda Bisa Sebabkan Demensia di Kemudian Hari

Kompas.com, 9 Oktober 2021, 15:51 WIB
Intan Pitaloka,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Melakukan pencegahan terhadap penyakit apa pun tentu perlu dilakukan. Salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi yang bisa menyerang siapa pun, baik itu yang masih muda maupun yang sudah berumur.

Sebuah studi baru yang diterbitkan di Hypertension, sebuah jurnal dari American Heart Association mencatat bahwa orang dewasa muda dengan tekanan darah tinggi lebih mungkin terkena demensia dibandingkan rekan-rekan mereka dengan tekanan normal.

Hasilnya ini menunjukkan bahwa kita perlu mengambil langkah-langkah sejak dini untuk mencegah tekanan darah tinggi guna mengurangi risiko demensia atau penurunan kemampuan otak.

Baca juga: 6 Cara Alami Turunkan Tekanan Darah, Sudah Tahu?

Analisis para peneliti didasarkan pada data di Biobank Inggris, database yang berisi informasi kesehatan dari setengah juta peserta anonim. Para peneliti membandingkan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) dari dua kelompok dewasa tertentu.

Mereka menganalisis volume otak dari 11.399 orang dengan tekanan darah tinggi yang berusia 55 tahun ke bawah serta 11.399 orang tanpa tekanan darah tinggi.

Analisis mereka menunjukkan bahwa orang dewasa muda yang didiagnosis dengan hipertensi memiliki otak yang lebih kecil jika dibandingkan dengan orang pada usia yang sama tanpa hipertensi.

Lalu, untuk kelompok dengan ukuran otak terkecil adalah individu yang terdiagnosis hipertensi sebelum usia 35 tahun.

Menurut Mayo Clinic, tekanan darah tinggi adalah kondisi umum di mana tekanan darah  terhadap dinding arteri kita dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan demensia.

Seseorang dapat memiliki tekanan darah tinggi tanpa menunjukkan gejala, tetapi beberapa gejala yang dilaporkan dalam kasus hipertensi berkepanjangan seperti sakit kepala, sesak napas, dan mimisan.

Baca juga: 10 Perubahan Gaya Hidup untuk Menurunkan Tekanan Darah

Penulis studi senior dan profesor epidemiologi oftalmik di University of Melbourne di Australia, Dr. Mingguang He, mengatakan sayangnya sedikit yang diketahui tentang bagaimana usia ketika tekanan darah tinggi muncul mempengaruhi kesehatan otak dan demensia di kemudian hari.

"Padahal ini bisa menjadi bukti penting untuk menyarankan intervensi dini guna menunda timbulnya hipertensi, yang pada gilirannya dapat bermanfaat dalam mencegah demensia," katanya.

Hasil penelitian ini menjadi bukti pentingnya fokus pada kesehatan otak pada tiap usia, untuk mengambil langkah-langkah yang bisa mencegah hipertensi dan demensia sedini mungkin.

Berolahraga secara teratur, makan makanan sehat yang seimbang, tetap aktif secara sosial, dan tidur yang cukup adalah cara untuk meningkatkan kesehatan otak dan mengurangi faktor risiko demensia.

Baca juga: 5 Cara Sederhana Mencegah Demensia

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau