KOMPAS.com - Sejak pandemi, aktivitas anak terbatas. Kegiatan belajar mengajar dan bermain lebih banyak dilakukan di rumah melalui gadget.
Paparan gadget yang intens membuat anak menjadi kecanduan bermain game dan internet agar mereka tidak bosan karena hanya berada di dalam rumah.
Jika anak sudah kecanduan dengan game dan internet, mereka akan bermain hingga lupa waktu dan mudah stres apabila tidak memegang gadget.
Baca juga: Istri Kecanduan Game, Suami Depresi karena Tak Dihiraukan Lagi
Tentunya, para orangtua tak boleh membiarkan hal ini terus berlanjut.
Berdasarkan sebuah penelitian terbaru, tampaknya ada tindakan penanganan yang bisa diterapkan orangtua dalam membantu anak yang menderita kecanduan game dan internet.
Tindakan intervensi ini diberi nama Protect, dan dipelajari oleh peneliti di Goethe University di Frankfurt, Jerman.
Para peneliti meninjau program ini pada peserta yang notabene remaja.
Berdasarkan pengamatan mereka, ditemukan pendekatan tersebut memberikan manfaat positif.
Baca juga: Ini Cara Tencent Berantas Kecanduan Game di Platformnya
Protect yang adalah kependekan dari Professional Use of Technical Media, merupakan jenis terapi kognitif.
Ketika peneliti merawat peserta remaja yang kecanduan game dan internet, mereka menggunakan teknik yang dirancang untuk mengurangi pola pikir negatif.
Namun, program ini sedikit disesuaikan guna melihat masalah yang dihadapi remaja akibat kecemasan dan kebosanan.
Kedua faktor tersebut dinilai sebagai pendorong kuat anak mengalami kecanduan game dan internet.
Para peneliti melibatkan 422 siswa SMA dari 33 sekolah yang berbeda.
Baca juga: Akibat Pandemi, Gangguan Mental Kecanduan Game Meningkat di Inggris
Sebanyak 127 peserta tergabung dalam program Protect, sedangkan 255 sisanya termasuk dalam kelompok kontrol.
Setiap peserta dalam program Protect menghadiri empat sesi terapi selama 90 menit.