KOMPAS.com - Mengawali kuartal II tahun 2022, brand jam tangan mewah asal Swiss, Jaeger-LeCoultre, kembali memperbarui seri Polarisnya.
Disebut Jaeger-LeCoultre Polaris Perpetual Calendar, jam tangan ini menjadi edisi terbaru yang paling canggih sejak peluncuran Memovox Polaris pada tahun 1960 silam.
Koleksi Polaris kali ini membuktikan bahwa desain sporty dan jam tangan penyelam dapat dipadukan dengan standar tinggi pembuatan jam tangan.
Hal itu sekaligus mengokohkan citra Jaeger-LeCoultre sebagai pembuat jam yang produktif dan bukti keahliannya yang langka.
Seperti jam tangan buatan Jaeger-LeCoultre lainnya, sudah pasti Polaris Perpetual Calendar dibekali dengan spesifikasi yang aduhai.
Kalender abadi yang membutuhkan pengerjaan rumit menjadi nilai tambah bagi siapa pun yang menjadikannya sebagai koleksi.
Perlu diingat bahwa arloji perpetual calendar sulit dibuat karena adanya tahun kabisat dan jumlah hari yang berbeda dalam bulan.
Ini terjadi akibat anomali antara cara kita mengukur waktu dengan fenomena langit yang menjadi dasar pengukuran tersebut.
Akibatnya, bagi pembuat jam, kalender abadi adalah salah satu komplikasi yang paling menantang untuk dikuasai.
Layaknya sebuah komputer mekanik mini, sistem harus secara otomatis menyesuaikan panjang yang berbeda setiap bulan, bahkan untuk tahun kabisat.
Tidak seperti jam dengan petunjuk tanggal biasa yang perlu disesuaikan pada akhir bulan (karena tidak semua bulan terdiri dari 31 hari), sistem perpetual calendar tidak memerlukan koreksi manual hingga tahun 2100.
Tahun matahari ini berlangsung sekitar 365,2425 hari - dan dipakai dalam pembuatan kalender pertama. Namun, agar genap, maka tahun kalender dihitung hanya 365 hari, alias hampir enam jam lebih pendek dari tahun matahari.
Karena alasan itu, Julius Caesar memperkenalkan Kalender Julian pada 46 SM, dengan menambahkan satu hari ekstra pada bulan Februari setiap tahun keempat. Namun, ini merupakan kompensasi yang berlebihan.
Kemudian pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII menghapus beberapa tahun kabisat.