KOMPAS.com - Perut buncit pada seringkali dijadikan bahan lelucon sebagai penanda kesuksesan atau kemakmuran bagi seorang pria.
"Wah makin makmur nih," komentar semacam ini kerap meluncur dari mulut seseorang yang melihat perut koleganya kian membuncit.
Namun, terlepas dari gurauan tersebut, sesungguhnya kondisi perut buncit bukan hanya merusak penampilan, tapi lebih dari itu bisa menjadi bom waktu dengan sederet ancaman penyakit di baliknya.
Penelitian mengungkapkan, orang yang menyimpan banyak lemak di perut atau jaringan adiposa lebih berisiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner.
Baca juga: 6 Cara Ideal Mengecilkan Perut Buncit untuk Wanita
Risiko penyakit itu tak hanya didapatkan oleh mereka yang memiliki perut buncit karena pola makan tinggi lemak, tetapi juga pemilik perut buncit karena faktor genetik.
Associate Professor di Harvard Medical School, Sekar Kathiresan mengatakan, faktor genetik memengaruhi seseorang dalam menyimpan lemak di tubuh.
Jika ada sejumlah anggota keluarga yang memiliki perut buncit, mungkin ada pengaruh faktor genetik.
Selain di perut, beberapa lemak juga banyak disimpan di pinggul dan paha.
Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Jama ini menganalisis lebih dari 400.000 orang.
Mereka yang berperut buncit karena faktor genetik memiliki peningkatan lemak darah, gula darah, dan tekanan darah sistloik.
Kondisi ini membuat mereka berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2 dan jantung koroner.
Bila faktor genetik ditambah dengan faktor gaya hidup seperti pola makan tidak sehat dan kebiasaan merokok, risiko terjadinya diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner pun menjadi lebih tinggi.
Baca juga: Hindari 4 Makanan Ini jika Tak Ingin Punya Perut Buncit
Agar terhindar dari dua penyakit tersebut, mulailah berupaya menghilangkan lemak di perut.
Apa yang bisa dilakukan untuk memberantas lemak perut yang membandel?
Meskipun menambah nikmat makanan/minuman yang kita konsumsi, gula mengandung fruktosa yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.