Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Ular untuk Bantu Pemulihan Penyandang Disabilitas

Kompas.com - 14/06/2023, 20:09 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Klinik kesehatan di Sao Paolo, Brasil menggagas inovasi unik terkait layanan terapi.

Klinik tersebut menggunakan ular dan berbagai jenis reptil lainnya untuk dijadikan media terapi kesehatan bagi penyandang disabilitas.

Andrea Ribeiro, sang terapis mengungkapkan bahwa metode terapi tak biasa ini bisa memberikan dampak signifikan bagi orang dengan kebutuhan khusus.

"Ular yang kami gunakan bisa membantu proses berbicara dan daya ingat," katanya seperti dilansir Khaleej Times.

Ribeiro telah menggunakan dan meneliti efektivitas dari terapi ini selama satu dekade terakhir di pusat perawatan itu.

Bahkan tidak cuma ular, beberapa reptil lainnya juga dapat membantu seperti kadal, kura-kura dan jacare, sejenis buaya asli Amerika Latin yang cukup banyak ditemukan di Brasil, termasuk hutan Amazon.

Meski pengobatan ini belum terbukti secara ilmiah, namun terapi menggunakan ular atau reptil dari klinik tersebut diyakini bisa membantu pasien disabilitas merasa rileks, melatih keterampilan motorik, hingga mengurangi kecemasan.

"Secara medis ketika orang melakukan kontak dengan hewan, hal itu bisa melepaskan neurotransmiter seperti serotonin dan beta-endorphin yang memberikan rasa tenang dan nyaman," kata Ribeiro.

Baca juga: Hindari, 8 Kebiasaan yang Bisa Menarik Ular Masuk ke Rumah 

Ular boa constrictorvia A-Z Animals Ular boa constrictor

Sebelum menggunakan ular dan reptil, Ribeiro biasa menggunakan anjing dalam sesi perawatannya. Namun seiring berjalannya waktu, kata Robeiro, sebagian besar pasien justru mengalami ketidakcocokan terutama jika mereka autisme.

Akhirnya berbagai jenis reptil, termasuk ular pun menjadi pilihan sebagai media untuk terapi.

"Orang dengan autisme justru mendekati ular atau reptil tanpa prasangka. Hewan ini memicu rasa ingin tahu mereka tanpa membuat mereka tidak nyaman."

"Reptil kemungkinan memiliki pola yang sama, karena sebagian besar reptil tidak mencari perhatian ke manusia, seperti yang dilakukan mamalia," tambah Ribeiro.

Seorang pasien bernama Gabriel Pinheiro yang berusia 10 tahun pun mengatakan, dia sangat menyukai sesi terapi ini.

Bahkan dalam beberapa kesempatan, Pinheiro mencoba membuka mulut buaya lebar-lebar sambil menirukan kata "Ja-ca-re".

"Basah, sisiknya keras dan perutnya lunak," katanya kepada terapis.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com