Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Impor Ilegal Jadi Kendala Brand Lokal Berkembang

Kompas.com - 01/02/2024, 19:03 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Sumber Ipsos

KOMPAS.com - Brand lokal terus mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama di industri fesyen dan kosmetik.

Hasil survei Ipsos Global Trends tahun 2021 mencatat, 87 persen konsumen Indonesia kini lebih cenderung memilih untuk membeli produk lokal dibandingkan global.

Lalu, survei tersebut juga menyebutkan bahwa 59 persen konsumen Indonesia tidak setuju jika merek global disebut memiliki produk lebih baik dibandingkan merek lokal.

Baca juga:

Sayangnya, kehadiran produk-produk impor ilegal yang masih merajalela menjadi suatu ancaman tersendiri bagi merek lokal untuk berkembang, terlebih di kalangan menengah ke bawah.

"Aturan pemerintah yang ingin membatasi produk impor saya rasa belum efektif karena yang terkena dampak itu yang mereknya jelas, pelaku usahanya jelas, jelas mengikuti prosedur, dan bayar pajak," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja di sela rakernas APPBI 2024 di Jakarta, Rabu (31/1/2024).

Ia menyebutkan, selama ini produk impor ilegal masuk tanpa ada pembatasan.

Hal itu berdampak terhadap terganggunya okupansi atau tingkat keterisian pusat belanja, termasuk ritel dan merek lokal.

"APPBI sendiri kan menargetkan okupansi pada tahun 2024 itu bisa mencapai 90 persen. Cuma karena ada pembatasan ini mungkin akan stagnan seperti tahun lalu di 80 persen atau bahkan turun," ungkapnya.

Mendukung merek lokal

Pembatasan impor tanpa ada pengendalian yang jelas menurut Alphonzus tidak dapat mendorong laju perkembangan merek lokal.

Apalagi, produk impor sebenarnya tidak bisa 100 persen dibatasi, sehingga pemerintah harus bisa mengontrolnya lewat cara lain.

"Kalau mendukung brand lokal jangan dengan membatasi impor, tetapi diberikan fasilitas, insentif, kebijakan pajak, dan lain sebagainya," tuturnya.

Baca juga:

Perkembangan merek lokal menurutnya perlu didukung tak hanya produk untuk kelas menengah ke bawah, melainkan juga kelas menengah ke atas.

Saat ini, Alphonsuz memandang, belum banyak tersedia produk lokal untuk kelas menengah ke atas, sehingga mereka kerap berbelanja ke luar negeri atau menggunakan jasa titip (jastip).

Ia pun mengimbau agar masyarakat tetap mendukung kehadiran merek lokal dan jika ingin membeli produk impor, pilihlah yang resmi dan legal.

"Ya kami hanya bisa mengimbau masyarakat aja untuk beli yang asli, tapi tidak bisa melarang. Jadi silakan masyarakat datang berbelanja ke toko-toko yang mereknya jelas di pusat perbelanjaan," tegasnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com