Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjebak di Singapura dan Jadi Instruktur Zumba, Simak Perjalanan Denada

Kompas.com, 21 Februari 2024, 15:22 WIB
Nazla Ufaira Sabri,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar bagi banyak orang di seluruh dunia. Salah satunya adalah yang dialami penyanyi dan artis cantik Indonesia, Denada Tambunan.

Terjebak di Singapura selama masa pandemi, membawa Denada menemukan panggilan baru ke arah yang tak terduga: menjadi seorang instruktur Zumba. Namun, bagaimana perjalanan menuju perubahan ini dimulai?

Segalanya dimulai ketika Denada tinggal di Singapura untuk menemani putrinya yang sedang menjalani pengobatan dan perawatan kemoterapi. Di tengah situasi yang penuh tekanan, Denada merasakan beban mental dan finansial yang berat. Sebagai seorang penyanyi, pekerjaannya pun terhenti karena sulitnya kondisi di industri hiburan akibat pandemi.

“Aku hampir jobless, nggak ada kegiatan sehari-hari. Selama di Singapura juga nggak punya siapa-siapa,” terangnya kepada Kompas.com di Jakarta Selatan, Selasa (21/2/2024).

Baca juga: Cerita Denada, Akhirnya Raih Sertifikasi Instruktur Zumba

Denada bercerita tidak mau membebani ibunya dengan kondisinya selama terjebak di Singapura karena usianya yang sudah tidak muda. Untuk mantan suami, Denada berkata bahwa mereka berdua sepakat untuk co-parenting tetapi Jerry tidak dapat membantu karena sedang menjalani kewajibannya.

Namun, di tengah kesulitan itulah, Denada menemukan cahaya baru dalam bentuk olahraga zumba. Meskipun awalnya hanya mencoba untuk menjaga kesehatan dan kebugaran fisiknya sendiri, dia mulai menyadari bahwa gerakan-gerakan ritmis zumba juga mampu mengangkat mood dan memberikan kebahagiaan kepadanya.

“Aku kenal olahraga zumba sejak pertama kali masuk Indonesia sebelum masa pandemi, jadi aku memang udah cinta. Lalu di tengah masa perjuangan itu aku lihat zumba mengadakan training untuk lisensi instruktur zumba. Karena pandemi jadi dilakukan secara virtual. Seminggu kemudian aku udah dapat license, seminggu setelah license aku langsung buka kelas zumba,” jelasnya.

Denada merasa zumba adalah olahraga yang dapat membuat orang merasa happy dan fokus setelah menjalaninya.

Menurutnya zumba merupakan olahraga yang terstruktur dengan baik untuk melatih otot jantung, otot paru-paru, melatih keseimbangan, melatih kelincahan, bahkan melatih koordinasi memori. Ia juga menjelaskan olahraga zumba juga baik untuk kesehatan mental.

Setelah memiliki lisensi, Denada banyak dipanggil oleh perusahan-perusahan untuk mengajar zumba secara virtual. Denada berkata semenjak menjalani profesi sebagai intruktur zumba, ia sangat terbantu dengan adanya penghasilan tambahan.

Selain mengambil lisensi zumba B1, Denada juga mengambil lisensi zumba kids untuk mengajar anak-anak.

Baca juga: Zumba Ternyata Bermanfaat untuk Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau