Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Mencegah Generasi Tanpa Ayah Semakin Parah

Kompas.com - 01/04/2024, 14:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Tahu nggak bro, ternyata si X itu hanya punya ibu loh. Gak jelas bokapnya siapa dan di mana. Kemarin doi baru curhat ke aku."

"Papaku ada tapi seperti tiada. Ia berangkat kerja sebelum aku bangun, dan baru balik kerja setelah aku tidur. Dia nggak pernah ada di hidupku. Tak pernah mengantarku sekolah, tak pernah menanyakan kabarku, boro-boro peduli dengan diriku. Dia ada secara fisik, tapi tidak secara emosional."

"Oh pantes dia suka mabuk-mabukan, pake narkoba, dan terjerumus seks bebas; ternyata dari kecil ayahnya meninggalkan ibunya. Arah hidupnya nggak jelas. Dia kehilangan figur ayah sejak dini."

Apakah pernyataan seperti di atas tidak asing di telinga Anda? Atau mungkin begitu dekat dengan kehidupan Anda selama ini?

Harus kita akui atau tidak, generasi tanpa ayah (fatherless) ada di sekitar kita. Mereka bukan semata-mata anak yatim yang ditinggal ayahnya wafat.

Namun yang lebih sering banyak terjadi adalah para anak yang ditinggal ayahnya karena cerai, atau bahkan masih tinggal serumah dengan ayahnya, tapi sama sekali tidak diperhatikan.

Tidak adanya ayah dalam kehidupan anak-anak mereka bukanlah hal aneh. David Blankenhorn (1995), penulis Fatherless America, pernah menulis bahwa Amerika Serikat menjadi masyarakat yang semakin tidak memiliki ayah.

Satu generasi yang lalu, seorang anak Amerika dapat berharap untuk tumbuh bersama ayahnya. Saat ini, seorang anak Amerika dapat berharap untuk tidak melakukannya.

Kenyataan tersebut tidaklah berlebihan mengingat menurut studi Biro Sensus AS tahun 2019, hampir 16 juta anak-sekitar 21 persen - hanya tinggal dengan ibu tunggal, dibandingkan dengan 8 persen pada 1960.

Sayangnya, saya tidak menemukan data serupa di Indonesia. Saya belum pernah mendapatkan data komprehensif yang memetakan seberapa tinggi persentase anak-anak Indonesia yang hidup tanpa ayahn mereka, baik secara fisik maupun emosional.

Hanya saja beberapa tahun lalu, negara kita pernah dijuluki sebagai salah satu Fatherless Country terburuk di dunia meskipun bukti pendukungnya (data) masih banyak yang meragukan.

Kendati belum (atau tidak pernah) ada survei ketidakhadiran ayah secara nasional yang diselenggarakan oleh negara, saat ini kita begitu mudah mendapati anak-anak yang hidup tanpa figur ayahnya.

Entah karena ayah bercerai dengan ibu yang menyebabkan akses komunikasi anak terhadap ayah tertutup, maupun anak-anak yang diacuhkan oleh ayahnya dengan dalih kesibukan kerja.

Dampak ketidakhadiran ayah pada anak

Generasi tanpa ayah sejatinya adalah isu yang begitu besar. Pasalnya, akar dari hampir segala masalah sosial entah itu pemerkosaan, pelecehan seksual, "penyimpangan" orientasi seksual, penyalahgunaan narkoba, bunuh diri, kemiskinan, dan berderet bentuk kriminalitas adalah keluarga.

Sebagai contoh, menurut data Biro Sensus AS anak-anak di rumah tanpa ayah hampir empat kali lebih mungkin menjadi miskin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com