Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2024, 15:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Anak-anak kerap mengalami tantrum terutama saat berusia 18 bulan hingga empat tahun. Perilaku normal yang menyertai tantrum seperti anak menangis, berguling di lantai, mendorong, dan berteriak. 

Tidak dipungkiri, tantrum membuat orangtua menjadi kewalahan mengatasinya. Namun, orangtua perlu mengetahui cara mengatasi anak tantrum dan kesalahan saat menghadapinya. 

Baca juga: Ketahui, 5 Tanda Tantrum pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi anak tantrum.Shutterstock/Ground Picture Ilustrasi anak tantrum.

Berikut kesalahan orangtua saat mengatasi anak tantrum, seperti dihimpun Kompas.com. 

1. Marah dan berteriak

Dokter Spesialis Anak, DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K), mengatakan, orangtua hendaknya bersikap tenang saat mengatasi anak tantrum. 

“Bagaimana cara mengatasi anak tantrum? Ada satu singkatan RIDD, R adalah remain calm. Ketika anak tantrum kita harus tetap tenang jangan ikut berteriak, nada suara harus tenang,” ujarnya dalam Seminar bertajuk Tantrum: Bagaimana Mencegah dan Mengatasinya?’ oleh Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dikutip Jumat (26/4/204). 

Tidak dipungkiri, orangtua kerap lelah dan kewalahan dalam mengatasi anak tantrum sehingga ikut terpancing emosi. Namun, Trisna menuturkan bahwa hal tersebut justru memperburuk tantrum anak. 

“Kalau kita berteriak, anak akan meningkatkan dua kali kekuatan tantrumnya. Jadi, itu suatu tanda yang harus diperhatikan, tenang dulu, kasih dia waktu,” imbuh Trisna. 

2. Tidak memberikan anak kesempatan menyalurkan emosi 

Tantrum terjadi saat anak tidak mampu meregulasi rasa frustasi mereka. Oleh sebab itu, Trisna menyarakankan orangtua untuk memberikan anak kesempatan menyalurkan emosinya. 

Ignore the tantrum, jadi abaikan perilaku tantrumnya tapi jangan abaikan anak tersebut,” ujarnya. 

Orangtua perlu memastikan anaknya dalam posisi aman, tidak membahayakan diri sendiri, dan orang lain saat tantrum. Sebab, jika melarang anak menyalurkan emosinya saat tantrum justru berdampak buruk pada si kecil. 

Melansir dari Verywell Family, salah satu kesalahan orangtua dalam mengatasi anak tantrum adalah memberikan perhatian pada perilaku tantrum tersebut. 

Misalnya dengan mengatakan kalimat, “Berhentilah menangis” atau “Berhenti bertingkah seperti bayi”. Kalimat-kalimat tersebut justru akan memperburuk perilaku tantrum anak. 

Baca juga: Ketahui, 5 Tanda Tantrum pada Anak yang Perlu Diwaspadai

3. Langsung memenuhi permintaan anak 

Trisna menuturkan, cara mengatasi anak tantrum selanjutnya adalah jangan menyerah pada permintaan anak. Namun, masih dijumpai beberapa orangtua maupun anggota keluarga lain yang langsung memenuhi permintaan anak saat tantrum. 

Tujuannya, agar anak segera berhenti tantrum. Padahal, kata Trisna, cara ini justru membuat anak bisa kembali mengalami tantrum. 

“Di dalam pikiran anak akan ingat, oh kalau saya mau dapat makanan itu saya mesti harus guling-guling, itu yang harus diperhatikan,” jelasnya. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com