Penulis
KOMPAS.com - Bertahan hingga usia 100 tahun lebih bukan sekadar keberuntungan, tapi ternyata ada pola hidup yang sama di antara para centenarian, sebutan untuk orang yang mencapai usia seabad.
Studi terbaru menemukan bahwa mereka cenderung lebih jarang terkena penyakit serius, mengalami perkembangan penyakit yang lebih lambat, dan mampu menjaga kualitas hidup lebih baik dibanding mereka yang meninggal di usia lebih muda.
Penelitian dari Swedia yang dipublikasikan dalam jurnal GeroScience (2024) dan The Lancet (2025) menunjukkan bahwa para centenarian bukan hanya “bertahan hidup,” tetapi juga mampu menunda dan menghindari banyak penyakit degeneratif, terutama penyakit jantung, stroke, dan gangguan neuropsikiatri.
Baca juga: 6 Rahasia Umur Panjang Mahathir Mohamad yang Berusia 100 Tahun
Mereka juga jarang mengalami banyak penyakit sekaligus, sehingga lebih kuat secara fisik maupun mental.
Para peneliti mengamati individu-individu ini dari tahun 1972 hingga 2022, dengan mempertimbangkan usia kematian mereka dan juga komplikasi medis seperti stroke, infark miokard, patah tulang pinggul, dan berbagai kanker.
Lalu, apa yang membedakan mereka dari generasi setelahnya? Menurut Dr. Macie P. Smith, gerontologis asal Carolina Selatan, sebagian besar centenarian tumbuh di era yang jauh dari paparan aditif makanan, obat-obatan modern berlebih, serta stres sosial yang tinggi.
"Sangat masuk akal jika orang yang terhindar dari penyakit serius seperti stroke dan penyakit jantung dapat hidup lebih dari 100 tahun," katanya.
Orang yang bisa hidup sampai 100 tahun juga cenderung mengandalkan makanan alami, aktivitas fisik rutin, hubungan sosial erat, dan gaya hidup minim stres.
Selain itu, mereka terbiasa mandiri, tidak banyak terpengaruh standar sosial, dan punya semangat hidup yang bebas.
Baca juga: 5 Cara Hidup Panjang Umur dan Bahagia
"Mereka memiliki kemampuan untuk mengurus urusan mereka sendiri sekaligus mengurangi tingkat stres mereka," ujarnya.
"Hal itu saja sudah menghasilkan umur yang lebih panjang … Ketika Anda mengurusi urusan orang lain, Anda ikut menanggung masalah orang lain, sehingga meningkatkan tingkat stres. Ini disebut trauma vikarius."
Hal-hal inilah yang sebenarnya bisa kita adopsi sejak muda, yakni menjaga pola makan sehat rendah lemak dan garam, menghindari makanan olahan, aktif bergerak, cukup tidur, pandai mengelola stres, serta tetap menjaga koneksi dengan keluarga dan lingkungan.
Baca juga: Hati-hati, 7 Kebiasaan Pagi Ini Bisa Bikin Makin Stres
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang