Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Stres Bisa Menyebabkan Berat Badan Naik? Simak Penjelasan Ahli

Kompas.com, 6 September 2025, 22:01 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stres seringkali dikaitkan dengan turunnya nafsu makan atau penurunan berat badan. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. 

Bagi sebagian orang, stres justru bisa memicu kenaikan berat badan. Fenomena ini dikenal sebagai stress eating, dan dalam jangka panjang bisa berdampak pada kesehatan tubuh.

Hubungan stres dan hormon kortisol penyebab berat badan naik

Saat tubuh mengalami stres, otak memerintahkan kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih banyak hormon kortisol. 

Baca juga: Benarkah Stres Bisa Menurunkan Berat Badan? Simak Penjelasan Ahli

Hormon ini berperan penting dalam mengatur metabolisme, tekanan darah, hingga kadar gula darah.

“Ketika tubuh kita terus-menerus berada dalam kondisi stres, kadar kortisol bisa melonjak terlalu tinggi. Akibatnya, tubuh cenderung menyimpan lebih banyak lemak, khususnya di area perut,” jelas psikolog klinis Kristy Dalrymple, PhD, dikutip dari situs Brown Health University, Sabtu (6/9/2025).

Kortisol yang berlebih juga dapat meningkatkan produksi insulin di dalam tubuh.

Kombinasi keduanya membuat tubuh lebih mudah menimbun cadangan energi dalam bentuk lemak, meskipun asupan makanan tidak meningkat secara signifikan.

Mengapa stres memicu nafsu makan lebih banyak?

Selain perubahan hormon, stres juga memengaruhi perilaku makan. Banyak orang mencari kenyamanan melalui makanan, terutama makanan tinggi gula, lemak, dan karbohidrat sederhana.

“Wajar jika saat tertekan kita mendambakan makanan yang familiar dan menenangkan. Masalahnya, makanan tersebut biasanya tinggi kalori dan rendah nutrisi, sehingga mudah menyebabkan kenaikan berat badan,” tambah Dalrymple.

Penelitian dari Stanford University juga mengungkap, stres kronis memicu hormon glukokortikoid yang mendorong sel tubuh lebih cepat berubah menjadi sel lemak. 

“Jadi, masalahnya bukan hanya dari banyaknya asupan makanan, tetapi juga bagaimana stres mengubah cara tubuh menyimpan lemak,” jelas Mary Teruel, asisten profesor biologi sistem di Stanford, dikutip dari Today. 

Baca juga: Kondisi Negara Bikin Stres, Ini 4 Cara Atasi Dampaknya pada Kesehatan Fisik dari Psikolog

Dalam penelitian yang dilakukan pada tikus, peningkatan kadar glukokortikoid secara konstan membuat jumlah lemak tubuh berlipat ganda. 

“Yang mengejutkan, bahkan ketika hormon ini sangat tinggi tapi hanya dalam waktu singkat, tidak ada efek serupa. Jadi, masalah utamanya adalah durasi stres,” kata Teruel.

Temuan ini memperlihatkan betapa berbahayanya stres kronis. Jika tubuh terus berada dalam kondisi tertekan tanpa jeda, sistem metabolisme bisa terganggu parah hingga memicu kenaikan berat badan yang signifikan.

Apa dampak jangka panjang dari kenaikan berat badan karena stres?

Kenaikan berat badan akibat stres bukan hanya soal penampilan. Penimbunan lemak, terutama di area perut, berhubungan erat dengan risiko penyakit serius.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau