Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Anak Tak Alami Daddy Issue, Begini Cara Ayah Tetap Hadir Setelah Perceraian

Kompas.com, 12 September 2025, 18:05 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Perceraian seringkali menjadi fase sulit tidak hanya bagi pasangan, tetapi juga bagi anak.

Dalam banyak kasus, anak justru menanggung beban emosional yang lebih besar, terutama ketika sosok ayah dianggap “hilang” dari kehidupan sehari-hari.

Psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., menjelaskan bahwa ayah tetap memiliki tanggung jawab meskipun ikatan pernikahan berakhir.

Jika peran itu dilepaskan, anak berisiko mengalami daddy issue, trauma psikologis akibat absennya figur ayah.

“Pernikahan bisa gagal, tapi parenting seharusnya tetap berjalan sebaik-baiknya. Jangan sampai masalah dengan pasangan membuat anak kehilangan sosok ayah,” kata Sukmadiarti kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Baca juga: Belajar dari Ari Lasso, Ini Peran Ayah Sambung untuk Anak Menurut Psikolog

Mengapa kehadiran ayah tetap penting?

Menurut Sukmadiarti, anak yang merasa dicintai dan diperhatikan oleh ayahnya cenderung lebih sehat secara mental.

Mereka juga lebih stabil secara emosi, punya fokus kognitif yang baik, dan mampu membangun relasi sosial yang positif.

Sebaliknya, ketiadaan ayah atau kurangnya perhatian bisa meninggalkan luka mendalam. Anak mungkin merasa tidak berharga, tidak penting, hingga menumbuhkan masalah psikologis yang berlanjut pada hubungan romantis atau pola asuh ketika dewasa.

“Kalau ayah lepas tangan, anak rentan mengalami trauma yang kemudian muncul sebagai daddy issue. Misalnya kesulitan membangun kepercayaan, mencari pasangan yang tidak sehat, atau mengalami rasa cemas berlebihan,” jelasnya.

Baca juga: Daddy Issue adalah Masalah Emosional Semua Orang, Kenali Gejalanya

Cara ayah tetap hadir setelah perceraian

  • Jaga komunikasi terbuka

Ayah perlu menjalin komunikasi rutin dengan anak, baik secara langsung maupun melalui media lain.

“Sering kali anak berkata, ‘aku nggak dicariin ayah’. Itu menandakan kebutuhan mereka bukan hanya materi, tapi juga kehadiran emosional,” ujar Sukmadiarti.

  • Prioritaskan momen penting

Meski sudah memiliki keluarga baru, ayah sebaiknya tetap hadir di momen-momen khusus anak, seperti ulang tahun, penerimaan rapor, atau wisuda. Kehadiran ini memberi pesan bahwa anak tetap memiliki posisi penting di hati ayahnya.

  • Tetap menafkahi anak

Nafkah adalah tanggung jawab yang tidak berhenti meski pernikahan berakhir. Menurut Sukmadiarti, pemenuhan kebutuhan dasar anak, baik melalui ibu, sekolah, atau langsung kepada anak yang sudah remaja, merupakan bentuk nyata dari komitmen ayah.

  • Bersikap adil terhadap anak kandung dan anak sambung

Dalam kasus ayah yang menikah lagi, penting untuk menjaga keseimbangan perhatian antara anak kandung dari pernikahan sebelumnya dan anak sambung di keluarga baru. Ketidakadilan bisa menimbulkan kecemburuan yang berujung konflik.

Baca juga: Punya Daddy Issue dan Melampiaskannya ke Pasangan? Bukan Itu Solusinya

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau