Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/06/2017, 09:00 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

KOMPAS.com - Selain membantu mengolah otot dan meningkatkan stamina, olahraga memanjat memiliki poin lebih dalam menjaga kesehatan mental Anda.

Rutin melakukan sesi memanjat, baik itu panjat tebing atau panjat dinding, dapat menjadi cara efektif kurangi stres hingga terapi depresi. Bahkan, beberapa rumah sakit di Jerman sudah mulai menggunakan aktivitas ini sebagai terapi depresi maupun pengobatan terapeutik untuk penyakit jiwa pada orang dewasa.

Peneliti Eva-Maria Stelzer dari University of Arizona dan Katharina Luttenberger dari University of Erlangen-Nuremberg mengatakan, ketahanan fisik serta ketahanan mental yang ditawarkan selama sesi memanjat dapat menjadi terapi yang sukses untuk meredakan stres hingga merawat orang dewasa yang mengalami depresi.

Depresi sendiri merupakan penyakit parah dan salah satu gangguan mental paling umum di dunia. Meski ada beragam pilihan pengobatan, yang menjalani atau mendapatkan pengobatan depresi hanya kurang dari sepertiganya. Padahal, depresi dapat memicu seseorang untuk menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, bahkan bunuh diri.

“Belum banyak orang yang menyadari apa saja gejala depresi, apakah mereka mengalami gejala tersebut, sehingga tak menyadari bahwa sebenarnya mereka butuh terapi untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik. Saya selalu mendorong pasien untuk melakukan olahraga yang mereka sukai, memanjat atau yang lainnya. Olahraga adalah cara yang bagus untuk membantu mencegah segala kemungkinan jenis penyakit, baik mental maupun fisik,” kata Luttenberger.

KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Gunung Parang di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, awalnya merupakan destinasi rock climbing populer di kalangan pemanjat tebing. Namun semenjak jalur via ferrata dibuka awal 2016, panjat tebing kini menjadi rekreasi.
Stelzer percaya bahwa manfaat kesehatan mental berasal dari dua faktor utama, yaitu meningkatkan interaksi sosial dan meningkatkan self-efficacy (kepercayaan seseorang akan kekuatan diri saat melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan).

"Ada aspek sosial bersamaan dengan perasaan akan pencapaian yang didapatkan langsung saat memanjat dinding maupun tebing berbatu," kata Stelzer. "Menariknya, panjat dinding menawarkan sesi yang bisa disesuaikan dengan kemampuan memanjat, sehingga bisa dilakukan oleh banyak kalangan secara luas.”

Temuan yang di presentasikan dalam 29th annual Association for Psychological Science Convention di Boston ini melibatkan 100 orang peserta. Peserta penelitian yang sebagian besar adalah pemanjat pemula dibagi menjadi dua kelompok acak.

Satu kelompok diminta memanjat lebih awal, sementara kelompok lainnya memulai sesi lebih lambat beberapa minggu. Setiap peserta melakukan sesi memanjat selama tiga jam seminggu, selama delapan minggu penelitian.

Dengan menggunakan ukuran standar depresi, tim menilai tingkat depresi peserta pada berbagai titik selama penelitian berlangsung. Temuan yang paling signifikan adalah bahwa selama percobaan, kelompok yang memanjat lebih awal mampu memperbaiki skor depresi sebesar 6,27 poin, sementara kelompok yang lebih lambat memulai memiliki poin perbaikan depresi sebesar 1,4 poin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com