Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warisan Putri Diana untuk Dunia

Sebelum kehadiran Diana, keluarga kerajaan tampak kokoh, namun membosankan. Dia mengubah hal tersebut. Diana melanggar protokol kerajaan dengan berlutut untuk menyapa anak-anak. Dia duduk di ranjang rumah sakit dekat orang sakit dan kelas bawah.

Dia memegang tangan orang-orang yang lemah. Dia menyentuh pipi orang tua dan yang sedang sekarat. Diana akan berlari mendekati anak-anaknya, dengan posisi lengan terulur ke depan saat menyapa—terutama saat sudah tak berjumpa beberapa lama.

Berbeda dengan Ratu Elizabeth, berkewajiban untuk menawarkan jabat tangan jarak jauh kepada anaknya, Pangeran Charles meskipun dia tidak melihatnya selama beberapa bulan.

Diana seperti ibu normal. Dia membawa anak-anaknya ke sekolah. Dia berlari dalam lomba ibu pada hari olahraga. Dia tidak akan menunggu foto resmi saat dia melahirkan anak pertamanya. Dia berdiri di tangga rumah sakit sambil menggendong bayinya agar seluruh dunia bisa melihat.

Namun, menjalani kehidupan seorang putri bangsawan, istri pewaris tahta Kerajaan Inggris tidak mudah baginya. Dalam banyak kesempatan dia ingin menangis dan bersembunyi. Tapi dia memiliki perasaan luar biasa untuk apa yang orang harapkan dan yang akan diberikan kepada mereka.

Hari-hari belakangan ini keluarga kerajaan jauh lebih terbuka. Kate dan William merilis foto-foto anak mereka, Pangeran George dan Putri Charlotte. Mereka mungkin sebenarnya tidak mau.

Kita tahu, William mungkin menyimpan kebencian terhadap fotografer karena bagaimana mereka memburu foto ibunya. Tapi dia tahu, darinya, hal tersebut tetap harus dilakukan.

Warisan Diana yang terbesar adalah putra-putranya, siapa mereka saat ini, tak lain karena bagaimana Diana membesarkan mereka. Dia mengajak mereka mengunjungi tunawisma, yang berdampak hingga sekarang.

Dia mengajak William untuk mengunjungi pasien kanker dan mengajari mereka berdua untuk berhubungan dengan mereka yang kurang beruntung. Kunjungannya tidak dirancang untuk membuatnya terlihat baik, namun untuk menarik perhatian publik tentang penyebab terjadinya hal-hal tersebut.

Pada tahun 2009, Pangeran William menghabiskan malam untuk tidur dengan nyenyak di jalanan London untuk merasakan menjadi tunawisma. Dia tidur dengan kantong tidur di samping tempat sampah dekat Jembatan Blackfriars—dan membawa fokus besar pada badan amal, Centrepoint, seperti yang dilakukan ibunya sebelumnya.

Menengok ke belakang, di bulan April 1987, Putri Diana membuka unit HIV/AIDS di Inggris di Rumah Sakit Middlesex London untuk merawat pasien-pasien HIV. Ia berusaha keras menghapus stigma penyakit ini.

Di depan media, dia menjabat tangan seorang pria yang menderita penyakit tersebut. Dia melakukannya tanpa sarung tangan—menantang anggapan bahwa HIV/AIDS ditularkan dari orang ke orang melalui sentuhan.

Dalam isyarat itu, dia menunjukkan bahwa ini adalah kondisi yang membutuhkan belas kasihan dan pengertian—bukan ketakutan dan ketidaktahuan—seperti yang terjadi di tahun 80-an, di mana banyak orang meninggal karena penyakit ini.

Di Indonesia, dia memegang lengan kiri dari tangan tangan penderita kusta. Anda bisa melihat fotografer mundur, tapi Diana tahu kusta tidak bisa ditularkan dengan sentuhan.

Citra itu membuat kesan yang kuat. Pendeta Tony Lloyd, direktur Leprosy Mission, mengatakan kepada Diana: “Anda telah berbuat lebih banyak untuk pendidikan masyarakat tentang stigma kusta daripada yang telah kita lakukan selama 120 tahun.”

Bagi Diana, warisan pribadinya yang terbesar adalah kampanyenya untuk menghapus ranjau darat di dunia. Perjalanannya ke Angola dan melintasi ladang ranjau untuk Halo Trust menggerakan dia menuliskan cek senilai 250.000 pundsterling saat itu untuk membantu merawat korban.

Setelah kematiannya, usahanya dihargai dengan penandatanganan Perjanjian Ottawa untuk melarang tambang ranjau darat.

Karyanya, bersama dengan gayanya dalam berbagai hal, mengilhami banyak selebriti untuk mengikutinya.

Cara berpakaiannya telah diikuti selama dua dekade terakhir, termasuk oleh menantu perempuannya, Duchess of Cambridge.

Dia memiliki gaya sendiri—terlihat bersih, lembut, dan rapi saat santai, namun mewah dan glamor saat mengikuti acara yang formal.

Dengan membuka prahara rumah tangganya ke publik dan membicarakan kondisi bulimianya dalam wawancara di televisi pada tahun 1995—Diana meningkatkan kesadaran untuk tak perlu malu bersikap terbuka.

Dia menggambarkan perasaan ketidakmampuannya. Saat dia membicarakan tentang perselingkuhan suaminya, wanita berempati. Dia tidak bisa mengatasi badai perkawinan seperti yang telah dilakukan Ratu.

Dia juga mengubah cara masyarakat berkabung. Tidak ada lagi rasa berkabung yang ditutupi setelah kematiannya. Keluarga Kerajaan juga tidak bisa melupakan warisannya.

Duka cita yang luas di publik adalah salah satu efek yang diberikan Diana terhadap orang Inggris, dan keluarga kerajaan harus tunduk pada tekanan publik dan memberikan penghormatan kepada wanita yang sering gelisah, terkadang sulit, sesekali mudah marah namun selalu terbuka ini.

Sebagai wanita yang peduli terhadap orang lain dan membuat orang lain melakukan hal yang sama. Dia memberi dua anak laki-laki tampan dan rendah hati yang kebetulan adalah pangeran.

Keduanya telah berjanji untuk melanjutkan pekerjaan amal dan menjadikannya bisnis mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan sehingga dunia menjadi tempat yang lebih baik. Itulah yang diinginkan Diana.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/31/151900820/warisan-putri-diana-untuk-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke