Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Food Blogger, dari Hobi Makan hingga Jadi Profesi

Kategori street food dipilihnya karena ingin mengenalkan jajanan Indonesia lebih luas.

"Sekaligus buat membantu mereka yang dagang kuliner Indonesia biar lebih terangkat," kata Rivan di sela Jelajah Gizi 2018 kepada Kompas Lifestyle.

Secara umum, ia melihat semakin banyak pedagang jajanan Indonesia terangkat karena informasi kuliner yang diviralkan lewat media sosial. Kabar serupa juga didengarnya dari sejumlah pedagang.

Banyak orang cenderung memilih media sosial untuk mencari referensi kuliner ketimbang saluran resmi seperti media massa.

Media sosial dianggap lebih jujur karena siapa pun bisa mengunggah komentarnya terhadap makanan, baik maupun buruk.

"Kalau media sosial kan suka-suka yang upload. Bagus atau jelek cenderung lebih objektif," tuturnya.

Rivan menilai, food blogger saat ini bukan hanya sebagai hobi melainkan sudah menjadi sebuah profesi baru.

"Banyak banget sekarang. Soalnya ini jadi satu kerjaan baru yang penghasilannya juga lumayan," kata dia.

Sebagai gambaran kasar, rata-rata per seribu followers unggahan seorang food blogger akan dihargai sekitar Rp 10.000. Sehingga unggahan akun dengan followers 10 ribu bisa mendapatkan Rp 100.000. Namun, hal itu masih dipengaruhi beberapa faktor lainnya.

Misalnya, jika jumlah 'likes' atau komentar pada unggahan sebuah akun ternyata tak signifikan dibandingkan jumlah followersnya.

"Kadang ada akun misalnya followersnya 200 ribu. Tapi kok likes-nya cuma 200, 400. Kan pemilik usaha curiga, followersnya benar atau enggak," tuturnya.

Namun, bukan berarti sekadar hobi makan bisa membuat kita sukses sebagai food blogger. Ada sejumlah tips dan trik yang harus dilakukan untuk menambah jumlah folllowers.

Misalnya, dengan membangun interaksi yang intensif dengan followers dan membuat konten yang menarik.

Rivan mencontohkan video cara menikmati makanan yang disantapnya. Ekspresi yang menggugah selera bisa mengundang warganet untuk menyaksikan videonya dan menjadi followers.

Mengenai keberlangsungan profesi food blogger lewat Instagram tersebut, Rivan mengaku tak bisa memprediksinya.

Ia sendiri memiliki restoran Chinese Food yang telah dijalaninya selama dua tahun. Sedangkan profesi food blogger baru digelutinya selama tujuh bulan.

"Di Instagram tujuh bulan tapi penghasilannya lebih gede Instagram," ujarnya sambil tertawa.

Menurutnya, penting pula agar seorang food blogger kreatif dalam menyiasati platform. Meski saat ini Instagram sedang naik daun, tak menutup kemungkinan terjadi sejumlah kondisi yang membuat platform tersebut tak lagi bisa digunakan.

Ia sendiri juga memanfaatkan platform YouTube untuk berbagi informasi soal street food.

"Platform kan enggak cuma Instagram. Ada blog, YouTube, misalnya. Kan juga ada Adsense," tuturnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04/23/050500920/food-blogger-dari-hobi-makan-hingga-jadi-profesi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke