Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kala Museum Jadi Tujuan Wisata Anak Muda...

Salah satu instalasi favoritnya adalah infinity room, atau karya 'Brilliance of the Souls' dari seniman asal Jepang Yayoi Kusama.

"(Penasaran) karena lihat di Instagram hits banget dan sekalian ingin tahu seni kontemporer. Keren aja lihatnya," ujar Astari.

Aktris sekaligus Penyanyi Bunga Citra Lestari juga berada di antara banyak pengunjung Museum Macan di hari pembukaan pameran Yayoi Kusama, Selasa (8/5/2018) malam.

Menurutnya, Museum Macan berhasil membentuk konsep museum yang unik dan berbeda sehingga menjadi daya tarik anak muda.

Selain instalasi karya seni Yayoi Kusama yang identik dengan motif polkadot, Bunga melihat Museum Macan memiliki ambience yang enak untuk dinikmati dan area galeri yang luas.

"Lebih modern dan lebih kekinian. Museum bukan cuma tempat buat melihat karya seni tapi juga bersosialisasi dengan banyak orang dan keren banget," kata Bunga.

Ia mengaku senang berkunjung ke museum saat berada di luar negeri. Namun, saat ini menurutnya tak perlu lagi berkunjung ke museum di luar negeri karena sudah ada Museum Macan.

"Museum Macan kayak sudah jadi perbincangan terutama di Jakarta. Mudah-mudahan yang di luar Jakarta bisa datang ke Jakarta untuk datang ke Museum Macan," kata wanita yang akrab disapa 'BCL' itu.

Inge (26), misalnya, karyawan swasta asal Yogyakarta yang penasaran karena banyak orang mengatakan Museum Macan mirip dengan Artjog.

"Katanya mirip-mirip sama Jogart konsepnya. Bedanya ini yang dipamerin (juga) koleksi pribadi," kata Inge.

Di samping itu, spot foto Instagramable di Museum Macan juga membuatnya lebih penasaran. Terlebih, ia mendengar tiket museum harus dipesan jauh hari agar tak kehabisan.

"Penasarannya makin jadi karena hype di medsosnya juga gila. Katanya sih Instagramable. 10 persen terpengaruh, lah," tuturnya.

Museum Macan yang memiliki tampilan kontemporer seolah mengubah citra museum yang terkesan kuno dan menjadi tempat belajar.

Lebih dari itu, masyarakat modern yang senang berfoto juga penasaran mengunjungi museum ini karena dianggap memiliki spot-spot foto yang menarik.

"Seperti Java Jazz dulu, tidak semua orang mengerti jazz. Tapi dibuat suasananya kekinian. Di sini juga pengenalan seni dilakukan melalui cara-cara yang lebih dekat sama mereka anak muda," ujar Triawan.

Beberapa hal menurut Triawan perlu dicontoh oleh museum lainnya. Di antaranya pengelolaan tempat yang lebih profesional, promosi yang lebih gencar, hingga tempat penyimpanan karya seni yang memadai.

Ia berjanji, jika kondisi keuangan negara sudah membaik, maka pemerintah akan lebih agresif memaksimalkan lebih banyak gagasan di dunia seni.

"Sebetulnya setiap tempat, apakah galeri, museum atau apapun kalau dijalankan secara profesional dengan kesungguhan hati, pasti bisa. Dan harusnya kita mampu," ucap Triawan.

Rancangan arsitek asal London

Pihak pengelola Museum Macan tidak dengan sengaja membuat museum tersebut menjadi tempat yang 'Instagramable'.

Meski begitu, Ketua Yayasan Museum Macan, Fanessa Adikoesoemo menjelaskan bahwa Museum Macan dirancang oleh arsitek asal London, Inggris sehingga memiliki nuansa yang berbeda dengan museum-museum di Indonesia pada umumnya.

Ia memahami masifnya penyebaran informasi soal Museum Macan di media sosial lewat 'mulut ke mulut'. Pihak Museum Macan sangat senang dengan hal itu karena edukasi publik bisa juga dilakukan lewat informasi di media sosial tersebut.

Banyaknya anak muda yang membincangkan dan mengunggah foto Museum Macan di media sosial sejalan dengan pengunjung museum yng menurutnya didominasi oleh anak muda.

"Paling mendominasi memang millenial. Tapi kami juga banyak dikunjungi keluarga. Pasangan-pasangan muda yang membawa anak kecil. Karena kami juga ada program edukasi untuk anak kecil yang lumayan kuat," tuturnya.

Salah satu hal yang berupaya dibangun dan terus dikembangkan adalah engagement alias keterikatan antara museum dan pengunjung.

Hal itu dilakukan melalui beberapa program yang melibatkan masyarakat. Mulai dari panel kurator, workshop, dan acara lainnya yang membuat masyarakat berkunjung lebih dari satu kali.

Fanessa melihat antusiasme masyarakat cukup besar.

"Sejauh ini semua tertarik karena banyak yang menganggap sumber-sumber dan materi belajar di sini belum pernah didapatkan sebelumnya. Makanya publik benar-benar antusias untuk mengalami apa yang belum mereka temukan di museum lain," kata Fanessa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/05/09/185648620/kala-museum-jadi-tujuan-wisata-anak-muda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke