Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Darbotz bersama G-Shock, antara Mimpi dan Sisi Monster Manusia

JAKARTA, KOMPAS.com - Berkolaborasi bersama G-Shock bak mimpi yang jadi kenyataan bagi seniman mural Indonesia, Darbotz.

Sebab, ia sebetulnya adalah pemakai G-Shock sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Darbotz memang tak ingat dengan seri G-Shock yang dikenakannya saat itu. Dia hanya tahu, seluruh bagian dari jam-nya kala itu berwarna hitam.

Jam pemberian orangtuanya itu kemudian menjadi favoritnya, dan dipakai hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kini, Darbotz menjadi seniman pertama dari Indonesia yang berkolaborasi dengan G-Shock.

"Ketika ditawari G-Shock (kolaborasi) langsung syok. Karena dari kecil pakai dan tahu G-Shock, sampai bisa kolaborasi kayak mimpi jadi kenyataan."

Begitu kata dia di sela perayaan ulang tahun ke-35 G-Shock di Allianz Ecopark, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (8/12/2018) kemarin.

Meski jam kolaborasi tersebut dirilis pada tahun 2018, pihak G-Shock Indonesia sebetulnya sudah menghubungi dia sejak tahun lalu.

Saat itu, Darbotz menyodorkan dua karya. Namun karya dengan ikon monster ball-lah yang terpilih untuk menghiasi DW-5600BB.

Prosesnya cenderung mengalir, dan G-Shock tak menuntut banyak hal padanya.

"G-Shock benar-benar membebaskan saya. Justru mereka tanya saya mau jamnya apa, desainnya gimana," ucap dia.

G-Shock boleh jadi bukan satu-satunya jam tangan yang dimiliki Darbotz. Namun, jam lainnya cenderung digunakan untuk acara-acara tertentu saja. Sementara G-Shock digunakannya untuk keseharian.

Apalagi sekarang, jam tangan G-Shock DW-5600BB menjadi yang paling sering melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Sekarang iya paling sering, karena jam saya sendiri," ujar dia sambil tertawa.

Strap dan bagian backcase jam tangan seri DW-5600BB tersebut dihiasi oleh ikon monster ball khas Darbotz.

Menurut dia, gambar monster tersebut sebetulnya terinspirasi dari keseharian masyarakat saat ini, dan fakta bahwa setiap orang memiliki sisi monster dalam diri mereka.

Misalnya, banyak orang juga cenderung beraktivitas seperti monster sehingga lupa waktu. Di sanalah jam tangan berperan sebagai pengingat.

"Apa yang bikin kita jadi manusia lagi? Saat kita melihat waktu," ucap pria yang kerap menutupi wajahnya tersebut.

Sekilas desain monster ball pada arloji tersebut tak terlihat. Sebab Darbotz merancangnya dengan warna hitam di atas strap G-Shock yang juga berwarna hitam.

Hitam dan putih merupakan identitas warna yang selalu melekat dalam setiap karya Darbotz. "Jadi motifnya tidak terlalu shocking kelihatan," ucap dia.

Mirip motif "seigaiha"

Pada kesempatan yang sama, Design Manager of Casio Timepiece, Ryusuke Moriai mengaku sangat menyukai desain Darbotz.

Motif grafiti tersebut, menurut dia, memiliki bagian yang mirip dengan motif tradisional Jepang, "seigaiha" yang berarti ombak biru.

Meski gelombang air laut terkesan menenangkan, namun orang Jepang menggunakannya untuk mengekspresikan monster, karena ombak merupakan sesuatu yang aktif bergerak.

"Perbedaan perspektif itu sangat saya sukai," ucap Moriai.

Moriai pun berharap Darbotz bersedia jika ada kesempatan berkolaborasi lagi untuk koleksi G-Shock lainnya.

"Semoga ada kesempatan kolaborasi lagi, saya pribadi ingin motif alam, ombak itu," tutur pria yang sudah 33 tahun berkarir bersama Casio itu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/09/065829620/kisah-darbotz-bersama-g-shock-antara-mimpi-dan-sisi-monster-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke