Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mampir ke Toko Roti Sidodadi, Legenda Kuliner Kota Bandung...

Toko Sidodadi berada di Jalan Oto Iskandardinata nomor 255, Kota Bandung. Letaknya tak jauh dari pusat kota, di Alun-alun Bandung.

Tapi, bagi kamu yang baru pertama kali datang ke Sidodadi, ada baiknya untuk memperlambat langkah, atau pun laju kendaraan jika ingin mencari toko yang melegenda ini.

Sebab, ukuran toko yang kecil, sering kali membuat tempat itu luput dan tidak terlihat.

Nah, begitu tiba di toko, pengunjung akan melihat plang dengan dengan huruf besar berwarna merah bertulis “TOKO SIDODADI”.

Tulisan gaya "jadul" ini berada di tengah ornamen toko yang tak kalah "jadul". Tak berlebihan jika pengunjung bakal merasa kembali ke masa awal kemerdekaan Indonesia.

Toko ini buka setiap hari mulai pukul 10.00-22.00 WIB.

Namun karena roti-roti di toko ini laku keras, ada kalanya panganan itu sudah mulai berangsur habis sejak pukul 11.00 WIB.

Untuk itu, ada baiknya pengunjung datang saat toko baru buka. Namun, jangan kaget jika pada pukul 10.00, toko terlihat masih tertutup.

Sebab, ada pintu yang sudah terbuka, dan pengunjung sudah bisa masuk lewat pintu itu.

Di balik pintu akan terlihat keramaian yang tak terduga. Para pelanggan Sidodadi sudah mengantre berburu roti.

Untungnya, pegawai Sidodadi banyak dan sigap. Pengunjung tidak akan mengantre terlalu lama untuk mendapatkan roti yang diinginkan.

Toko Sidodadi dibuka sekitar tahun 1954. Awalnya, Sidodadi memproduksi kue carabikang yang terbuat dari tepung beras.

Hingga kini, kue tersebut masih dibuat. Setiap pengunjung bisa menyaksikan langsung pembuatan carabikang yang tradisional di depan toko. 

“Saya di sini dari tahun 1960. Tokonya sudah ada dari tahun 50an. Sebelum jualan roti, Sidodadi jualan carabikang,” ujar Bu Otih kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baru di tahun 1960an, Sidodadi membuat roti yang dibuat secara tradisional dengan tangan, tanpa bahan pengawet, sehingga roti hanya bisa bertahan 3-4 hari.

Proses pembuatan roti menghabiskan waktu satu malam. Proses pembentukannya dilakukan pada pagi hari.

Bahan yang digunakan terdiri dari tepung terigu, mentega, gula, telur, susu, dan garam.

Tekstur yang padat membuat penikmatnya akan merasa cepat kenyang. Ini tentu berbeda jika dibandingkan roti "kekinian".

Proses pembuatan tersebut dipertahankan hingga sekarang.

Namun inovasi dilakukan dalam urusan rasa. Saat ini, Sidodadi menawarkan 30an varian roti dengan ukuran besar dan kecil.

Untuk roti ukuran kecil, antara lain ada jagung, roti krenten (kismis), cokelat keju, nanas, srikaya, kornet keju, sosis, horn, smoked beef, dan lainnya.

Harganya bervariasi mulai dari Rp 3.700-Rp 4.800.

Lalu, untuk ukuran roti ukuran besar yang paling banyak dibeli adalah roti frans cokelat yang dijual seharga Rp 13.000, dan roti tawar seharga Rp 16.000.

Selain roti, Sidodadi menawarkan berbagai kue zaman dulu. Salah satunya ya carabikang tadi. Kue ini yang dijual seharga Rp 10.000 per lusin.

Ada tiga rasa yang ditawarkan yakni putih untuk rasa kelapa, hijau aroma pandan, dan coklat dengan gula merah.

Keunikan lain dari toko yang melegenda ini adalah kemasannya.

Packaging roti terbuat dari plastik berwarna putih dengan gambar seorang perempuan membawa roti tawar.

Di bagian atas gambar terdapat tulisan nama toko roti dan alamatnya. Lalu tertera bahan baku yang digunakan serta nomor perizinan.

Nah, di paling bawah kemasan terdapat imbauan bertuliskan “Jadilah Peserta KB Lestari” dan “Buanglah Sampah pada Tempatnya”.

Kemasan ini menambah kesan "jadul" dari roti Sidodadi. Sang pemilik sepertinya mempertahankan kesan itu, karena sejak dulu kemasannya tak berubah.

Selain itu, untuk menambahkan kesan kuno, pada hari-hari tertentu, pegawai perempuan di Sidodadi mengenakan kebaya.

Salah satu pengunjung, Irma (40) mengatakan, Sidodadi menjajakan rotinya dua kali sehari.

Pada pagi hari, pengunjung bisa berburu roti mulai pukul 10.00 WIB. Sedangkan di sore hari, pengunjung bisa berburu sekitar pukul 16.00 WIB.

“Jangan terlambat agar pilihan rotinya masih banyak. Kalau ibu suka yang rasa jagung dan kacang,” ucap dia.

Irma mengaku sebagai pelanggan setia Sidodadi. Sejak menginjakkan kaki di Bandung tahun 1980-an, Irma sudah membeli roti di Sidodadi.

“Rasanya beda sama yang di toko-toko sekarang. Keluarga dan teman kantor saya suka roti ini, mereka sering nitip untuk beli,” kata dia. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/01/29/123622720/mampir-ke-toko-roti-sidodadi-legenda-kuliner-kota-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke