Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pola Asuh: Keterampilan, Komitmen, dan Jadi “Kulino”



 
Praktiknya, mereka bilang si ayah susah disuruh berhenti merokok dan anaknya tidak mau makan kalau bukan menunya ayam goreng.
 
Pun si remaja marah jika tidak diberi uang jajan untuk beli berbagai minuman kekinian, yang promosinya nyelonong masuk aplikasi ponsel tanpa permisi.
 
Bahkan di pelosok, saat relawan berpeluh-peluh bicara perlunya makan sayur dan buah tiga kali sehari, tukang es keliling dengan merek ternama berisik dengan klaksonnya yang membuyarkan konsentrasi.
 
Kembali merujuk pada pemikiran filsuf, Paulo Freire (1921) yang lebih tua sedikit dari Habermas adalah seorang pendidik juga yang lahir di Brasil – bekerja untuk orang-orang buta huruf di negrinya, ia dikenal dengan Teologi Pembebasan.
 
Saat itu hanya penduduk yang melek huruf yang bisa ikut pemilu. Ia menyebut ‘situasi penindasan’ dimana mayoritas adalah kelompok tertindas, sedangkan minoritas sebagai penindas.
 
Golongan tertindas dibuat tidak berdaya karena ketidaktahuan, dibiarkan menjadi objek, bukan subjek.

Orang-orang yang lebih teredukasi dan melek literasi akhirnya bisa memahami jurnal kesehatannya sebagai pembelajaran. Bahkan pembelajaran berkelanjutan sebagai pola asuh diri, yang nilai komitmennya sudah menjadi ‘kulino’ – sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dan terinternalisasi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/05/20/080500620/pola-asuh--keterampilan-komitmen-dan-jadi-kulino-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke