Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meraba Tren Fesyen 2020 dari Koleksi para Desainer Indonesia

Mereka telah menyiapkan produk unggulannya yang akan menjadi tren di tahun 2020. Produk tersebut dipamerkan dalam gelaran 23 Fashion District di Paskal 23 Mall Bandung.

Kepada Kompas.com, sejumlah desainer menggambarkan tren fashion di 2020.

1. Warna

Diprediksi, warna yang akan menjadi tren di 2020 di antaranya warna-warna alam, seperti warna tanah dan laut.

“Warna itu terinspirasi dari warna bumi Indonesia yang terdiri dari beberapa musim dan berbagai keindahan hutan dan lautnya. Terciptalah warna lembut tanah dan laut.”

Begitu kata desainer TRZ, Tata Trizka kepada Kompas.com, belum lama ini.

Begitu pun dengan perancang lainnya, Emmy Thee. Dia mengajak semua kalangan mengambil bagian dalam melestarikan bumi. Termasuk dalam pemilihan warna.

“Kalau warna dalam koleksiku lebih ke hitam, coklat, biru, dusty, dan pink,” ungkap Emmy.

2. Ramah lingkungan

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2020, lebih banyak desainer yang lebih memedulikan lingkungan.

Itulah mengapa mereka mengambil konsep ramah lingkungan baik dari pemilihan bahan, proses pembuatan, hingga memikirkan limbah fesyennya.

Seperti Emmy Thee. Ia menggunakan tekstil pewarna alam dan wastra Indonesia hasil karya perajin negeri sendiri.

“Berusaha tidak meninggalkan sampah dengan konsep zero waste design, dan bila ada sampah produksi, akan kami recycle menjadi produk aksesori,” ucapnya.

Begitupun dengan brand Evolution Culture. Mereka menggunakan bahan daur ulang dalam karyanya.

Bahkan Evolution Culture lebih banyak menggunakan bahan linen, katun, dan beberapa material yang mudah terurai dan tidak banyak meninggalkan efek buruk terhadap lingkungan.

Hal itu tidak mengurangi keindahan desainnya. Terinspirasi dari konsep kerajaan Jawa yang dicampur dengan konsep era Victorian, lahirlah desain baru, muda, wearable, dengan konsep mix and match.

Itulah mengapa, produknya tidak termasuk era fast fashion, sehingga masih bisa ngetren hingga ke tahun-tahun selanjutnya.

Desainer muda, Intan Talia membuat Pelleshell. Yakni busana semicouture yang terinspirasi dari banyaknya kantong plastik sampah hitam yang terbuang sia-sia.

Koleksi ini dibuat dari kantong plastik dengan menggunakan teknik heat pressed plastic dan rajut plastik yang dikombinasikan dengan bahan kulit dan kain taffeta, sehingga menjadi busana bernuansa hitam berkesan edgy.

3. Budaya Lokal

Budaya lokal jelas terlihat dari 50 desainer lebih yang memamerkan karyanya. Ada yang menggunakan tenun, batik lurik, hingga berbagai hiasan seperti gambar wayang dan lainnya.

Misalnya Lannoir by Lania Rakhmawati. Brand modest wear kontemporer dengan garis modern dan bergaya urban ini mengambil tema substratum.

Substratum berasal dari kata substrat yang berarti wadah atau dasar.

Lewat karya itu, Lania ingin menunjukkan budaya lokal menjadi dasar dalam berkarya, meski dibalut dalam busana modern.

“Motif kawung dalam berbagai teknik embroidery saya pilih menjadi muatan lokal yang menyatu dengan garis dan gaya yang urban dan modern,” ungkap dia.

Begitupun dengan desainer Deden siswanto. Ia menggunakan batik dan bahan yang merepresentasikan flora, fauna, dan hutan di Indonesia.

Tak terkecuali Emmy Thee. Ia menggunakan bahan tenun daun ulap doyo dari Kalimantan Timur, dengan teknik pewarnaan alam.

“Saya juga menggunakan tenun dari benang tencel pewarnaan alam,” tutup dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/12/12/111334420/meraba-tren-fesyen-2020-dari-koleksi-para-desainer-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke