Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Makanan Manis Bisa Memperbaiki Mood, Benarkah?

KOMPAS.com - Ketika kamu merasa sedih, marah, atau cemas, kamu langsung ‘melarikan diri’ ke dapur atau lemari pendingin demi menemukan makanan manis sebagai ‘makanan yang menenangkan’.

Padahal, belum tentu makanan yang kamu pilih bisa membantumu keluar dari masalah atau membuatmu merasa lebih baik.

Banyak orang percaya, bahwa gangguan emosi secara langsung menyebabkan kita makan berlebihan.

Namun, menurut Glenn Livingston, seorang psikolog dan penulis Never Binge Again, masalah makan sebenarnya dipicu oleh keinginan.

"Sebenarnya tidak ada hubungan otomatis antara emosi dan makan berlebihan, meskipun rasanya benar-benar ada," katanya dalam sebuah artikel di Psychology Today.

"Ada lebih banyak hal yang terjadi di balik layar daripada yang disadari orang."

Ingin melepaskan diri dari emosi yang tidak nyaman memang cenderung mendorong seseorang untuk ‘mencari’ makanan.

Livingston mengatakan, orang berpikir makanan yang menenangkan akan membantu mengurangi depresi, kesedihan, dan kemarahan mereka.

Tetapi sebenarnya, makanan yang menenangkan justru dapat menyebabkan masalah lain atau bahkan memperburuk emosi negatif.

Itu karena kebanyakan orang membuat pilihan yang tidak sehat, umumnya mereka memilih makanan yang tinggi gula, garam, dan pati.

Karena pola emosional dapat bertahan lama, pola makan yang tidak sehat juga dapat berlanjut dan berpotensi menyebabkan makan berlebihan.


Livingston memberi contoh kasus patah hati, rasa sedihnya dapat bertahan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan seiring itu mencari makanan yang menenangkan.

Pada saat bersamaan, makanan yang menenangkan itu justru akan melakukan banyak kerusakan bagi kesehatan tubuhmu.

Satu hal lagi, selain makan berlebihan, makanan yang menenangkan juga dapat menyebabkan gangguan emosi.

Ketika orang-orang menyadari bahwa mereka telah makan makanan yang tidak sehat karena alasan emosional, itu malah dapat menyebabkan meningkatnya emosi.

"Saya hanya mengatakan, bahwa hal itu layak dipertimbangkan, 'makanan penghibur' yang kita makan saat kita sedang kesal sebenarnya tidak menghibur sama sekali, tetapi sebenarnya justru memperkuat perasaan menjengkelkan yang coba dihindari!" Kata Livingston.

"Putuskan hubungan antara masalah emosi dengan makan berlebihan, dengan begitu emosimu mungkin menjadi lebih mudah untuk dikelola."

Namun, ia mencatat bahwa orang tidak boleh meninggalkan makanan tertentu, membatasi asupan kalori, dan mengabaikan gizi mereka.

Bagaimanapun makan masih dapat membantu memperbaiki emosi dan bahkan meningkatkan kesehatan mental.

Namun, Livingston mengatakan, orang harus mengandalkan pemikiran terbaik mereka daripada emosinya ketika membuat pilihan makanan.

Temukan makanan yang menenangkan berdasarkan manfaat kesehatannya, yang benar-benar akan membuat dirimu merasa nyaman dengan tubuh dan pikiran yang sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/18/225402520/makanan-manis-bisa-memperbaiki-mood-benarkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke