Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Cara Mengajari Anak yang Ketahuan Mencuri

KOMPAS.com— Anak balita mungkin belum mengerti bahwa mencuri tidak boleh dilakukan. Sehingga jangan langsung menghukumnya jika si kecil ketahuan mengambil sesuatu di toko tanpa membayar atau mengambil mainan temannya sepulang dari playdate.

Ada beberapa alasan mengapa seorang anak mencuri. Namun, satu hal umum yang penting dalam kebanyakan kasus pencurian anak adalah ketidaktahuan.

Anak usia dini memang cenderung tidak peduli. Otak mereka yang belum matang tidak bisa membedakan antara hal yang benar dan salah. Meski begitu, mencuri tetap merupakan tindakan kriminal dan tugas orangtua untuk mengajarinya.

Memarahi anak dan menghukum, atau bahkan memukul anak bukanlah hal yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Ini hanya akan membuat anak menjadi lebih kaku dan toleran terhadap kekerasan.

Orangtua bisa coba terapkan lima hal ini untuk mengajari anak yang ketahuan mencuri.

1. Berkomunikasi secara efektif

Sebagai orangtua kita mungkin marah dan terkejut saat mengetahui hal ini, namun sebenarnya solusi solusi terbaik adalah dengan berkomunikasi secara efektif.  Anak-anak biasanya mencuri tanpa memahami konsekuensi atau beratnya situasi.

Seorang anak mungkin mencuri hanya karena iseng, iri, atau hanya karena temannya melakukannya. Namun, jika mereka melakukan pencurian karena sebenarnya butuh, ini juga bisa menjadi peringatan bagi orangtua untuk memahami kebutuhan mereka.

Orangtua tidak akan tahu alasan mereka melakukan hal tersebut jika tidak mengajaknya bicara. Yang ditakutkan, perilaku ini akan terus dilakukan di masa depan.

Tenangkan diri dulu, ajak anak duduk lalu bicarakanlah baik-baik. Bawakan kudapan atau es krim favoritnya, jangan membuat mereka merasa telah berbuat kesalahan besar.

Mulailah pembicaraan dengan nada normal, tunggu si kecil merasa nyaman dan santai untuk mulai masuk ke topik utama.

Tanyakan alasannya mengapa ia melakukan pencurian, temukan solusi, lalu ambil tindakan yang diperlukan.

2. Tekankan kejujuran

Meskipun anak-anak masih sangat polos, tapi tindakan mencuri adalah gambaran ketidakjujuran.

Anak-anak juga cenderung cepat meniru apa yang mereka lihat. Untuk itu, sebagai orangtua kita harus berhati-hati dalam bersikap.

Anak akan menyerap kejujuran yang kita contohkan. Pertahankan kebiasaan melatih kejujuran saat berada di rumah. Dorong juga anak untuk jujur tentang berbagai hal, bahkan jika mereka telah melakukan kesalahan. Jangan membuat anak merasa bersalah saat ia mengakui kesalahannya.

3. Memperkenalkan anak untuk takut akan Tuhan

Ajakrkan nilai-nilai agama pada anak. Hal ini akan membentuk norma-norma dan nilai-nilai.

Anak juga akan semakin memahami bahwa mencuri adalah perbuatan berdosa yang dilarang oleh agama.

Mengajarkan agama juga akan membuat etika dan moral mereka menjadi kuat, sehingga mereka akan takut untuk melakukan tindakan yang tidak pantas.

Jika anak pernah mencuri sebelumnya, ajaran agama juga akan membuat mereka berhenti mencuri.

4. Menjelaskan kosekuensi

Jelaskan pada anak apa konsekuensinya jika mereka mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa izin.  Menjelaskan bukan berarti menakut-nakuti dengan hukuman.

Mulailah dengan memberi tahu mereka apa yang terjadi jika ia tertangkap basah saat mencuri. Tidak lagi boleh masuk ke dalam toko, bisa menjadi salah satu contoh konsekuensi karena mencuri.

Jika tindakan tersebut diulangi, korban pencurian bahkan dapat melaporkan hal tersebut ke polisi.  Dalam kasus yang parah, mereka bahkan mungkin harus bertanggung jawab di pengadilan.

Ceritakan hal ini pada anak untuk membuat mereka takut dan tak lagi mengulangi perbuatannya.

5. Ungkap rasa kecewa

Orangtua adalah sosok paling penting dalam hidup anak usia dini. Kekecewaan mungkin merupakan cara yang bagus untuk menghadapi anak-anak yang mencuri.

Kamu bisa mengungkapkan betapa kecewanya saat tahu dia sudah mencuri. Orangtua bisa mencoba untuk tak mengajak anak bicara untuk membuat mereka merasa bersalah secara sehat.

Hal ini akan memaksa anak meminta maaf dan tidak mengulangi hal yang sama di masa depan.

Mencuri tidak membuat seorang anak menjadi individu yang buruk. Beberapa faktor, seperti kebutuhan yang mendesak, pengaruh buruk, atau kecurangan, dapat menginspirasi tindakan tersebut.

Apapun alasannya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan.  Untuk anak usia dini, hal ini masih bisa diperbaiki, yang terpenting, orangtua harus memastikan bahwa hal itu tidak menjadi kebiasaan.

Kebiasaan yang terbentuk sejak usia dini dapat bertahan lama pada diri anak. Dalam beberapa kasus, cari bantuan profesional seperti psikolog anak untuk mengatasi hal ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/01/155843520/5-cara-mengajari-anak-yang-ketahuan-mencuri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke