Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengajarkan Anak agar Tak Mudah Percaya Hoaks di Internet

KOMPAS.com -  Orang muda, termasuk anak-anak, merupakan kelompok yang acap kali menjadi sasaran empuk penyebaran informasi yang tidak benar.

Oleh sebab itu, orangtua berperan penting meningkatkan literasi media pada anak-anak supaya mereka dapat menjadi konsumen yang kritis ketika menerima informasi di internet.

CEO Pinna, layanan streaming yang berfokus pada anak, Maggie McGuire mengatakan, media sangat memengaruhi cara kita berpikir dan mengambil keputusan.

Dengan meningkatkan literasi media pada anak, mereka akan mampu mengembangkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan komunikasi dalam berbagai bentuk.

"Literasi media juga membantu anak menjadi konsumen media yang bijaksana dan mampu mengembangkan pemikiran kritis yang berlandaskan pada bukti dan fakta," terangnya.

"Jadi, mereka dapat memahami apa yang disebut dengan informasi kredibel dan mengetahui perbedaan antara fakta dan fiksi," sambung dia.

McGuire dan pakar lainnya kemudian membagikan beberapa tips yang dapat dilakukan orangtua dalam meningkatkan literasi media pada anak-anak mereka, seperti yang dilansir dari laman HuffPost.

1. Mulailah lebih awal

Profesor dan ketua departemen pendidikan guru di Bradley University, Dean Cantu, menyarankan agar orangtua memulai literasi media pada anak lebih awal.

Hal ini disebabkan banyak anak usia dini yang mulai aktif dengan perangkat digital, baik untuk menonton maupun belajar online. 

Laporan Pew Research Center di bulan Juli yang menemukan, lebih dari sepertiga orangtua dengan anak di bawah usia 12 tahun melaporkan kalau anak mereka mulai menggunakan smartphone sebelum usia 5 tahun.

“Mengajarkan literasi media dapat dimulai dari hal-hal paling dasar dengan anak-anak kecil,” kata Leilani Carver-Madalon, asisten profesor di Program Master Komunikasi Strategis dan Kepemimpinan Online di Maryville University.

Misalnya dengan memberi tahu anak-anak perbedaan antara kenyataan dan fantasi di YouTube atau televisi.

Orangtua dapat menjelaskan, orang-orang dalam iklan adalah aktor yang memainkan peran, seperti yang dilakukan anak-anak ketika mereka berdandan atau memakai kostum.

Ini bisa menjadi dasar anak-anak untuk memahami bahwa media tidak selalu mencerminkan realitas yang akurat dan orang yang membuat iklan, berita, film, dan lainnya memiliki perspektif tertentu yang ingin mereka sampaikan.

"Anak-anak yang secara kritis mengonsumsi teks media dengan memahami bagaimana teks dan gambar menyampaikan pesan tertentu bisa memengaruhi membuat keputusan yang tepat mengenai apa yang harus dipercaya, serta yang tidak."

Demikian penuturan seorang profesor sekolah pendidikan di American University, Vivian Maria Vasquez.

"Di samping itu, mereka juga mampu mengartikulasikan mengapa mereka percaya pada hal-hal tertentu, serta mampu membuat pilihan bahasa yang adil dan setara secara sosial," kata dia lagi.

2. Berpikir sebelum bertindak

Mungkin hal nomor satu yang dapat diajarkan orangtua kepada anak-anak mereka adalah berpikir sebelum bertindak (mengklik dan membagikan informasi).

"Penelitian telah menunjukkan, orang cenderung mengeklik judul berita dan membagikannya jika berita itu membuatnya senang, marah, atau bersemangat."

Begitulah yang dikatakan oleh Robin Terry Brown, penulis "Breaking the News: What’s Real, What’s Not, dan Why the Difference Matters".

Menurut dia, remaja termasuk individu yang paling mungkin membaca berita clickbait. Maka, orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berpikir sebelum menyebarkan informasi yang diterima.

Mereka harus mempertimbangkan apakah sumbernya bisa saja membuat orang ketakutan, marah, atau memberikan harapan positif dengan menyajikan fakta untuk mendukung klaim tersebut.

"Cari tanda-tanda kesalahan informasi. Bisa dilihat dari gambar atau judul yang mengejutkan. Mungkin juga bagaimana artikel itu dibuat tanpa fakta yang mendukung," saran dia.

Dan, karena banyak berita yang rentan menjadi hoaks, anak-anak harus membaca artikel itu secara keseluruhan sebelum mereka membagikannya.

3. Mendampingi anak-anak

Pengalaman mengasuh anak yang klasik adalah duduk di sebelah mereka untuk membaca buku bersama, melafalkan kata-kata, dan mengomentari gambar atau ceritanya.

Hal yang sama harus diterapkan ketika anak-anak sedang membaca sebuah informasi dalam bentuk digital.

"Orangtua dapat mendampingi anak-anak mereka ketika berada di depan layar gadget, ketimbang hanya menyerahkannya begitu saja," ujar Michelle Lipkin, Direktur Eksekutif Asosiasi Nasional untuk Pendidikan Literasi Media.

Dia menyarankan orangtua meminta anak-anak mereka untuk mengajari bagaimana cara bermain game online favorit atau menjelaskan apa yang terjadi di dalam acara yang mereka tonton.

"Bicaralah dengan mereka tentang konten apa yang mereka nikmati untuk dikonsumsi, daripada hanya memberi tahu mereka aturan tentang apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan dengan teknologi," jelasnya.

"Beri komentar tentang hal-hal yang ditonton bersama, seperti bagian yang menyedihkan atau membuat marah," imbuhnya.

Seiring bertambahnya usia anak, orangtua dapat berbicara dengan mereka tentang artikel berita dan konten yang mereka lihat di internet.

Orangtua juga bisa menjelaskan, bahwa berita yang dapat dipercaya akan memberikan sumber informasi yang jelas asal usulnya.

4. Soroti sumber informasi yang berkualitas

Belajar untuk waspada terhadap misinformasi itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah membantu anak-anak belajar menemukan informasi yang baik dan faktual.

Kita bisa menjelaskan standar dan proses jurnalistik yang harus diikuti oleh wartawan di media berita terkemuka.

"Orangtua harus mencari informasi yang baik dan terpercaya. Tidak bisa jika hanya menunggu sampai sumber itu dikirimkan kepada kita di media sosial," kata produser senior dan ahli strategi konten Common Sense Education, Jeffrey Knutson.

5. Membina percakapan kritis

Pemikiran kritis dan literasi media harus saling beriringan, sehingga orangtua perlu mempromosikan keterampilan analitis penting tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

"Karena kita hidup di dunia yang penuh dengan media, penting bagi orangtua untuk membicarakan teks dan gambar sebagai langkah pertama membantu anak-anak kritis dalam menerima informasi," terang Vasquez.

Ini bisa dimulai dengan mengetahui minat anak-anak. Dengan kata lain, temukan teks media yang ingin mereka eksplorasi dan diskusikan.

Kemudian, kita dapat meminta anak-anak untuk sekadar mengatakan sesuatu tentang apa yang mereka lihat, baca, dan dengar untuk memahami efek teks media terhadap pemahaman mereka.

Dorong pula mereka untuk berbicara tentang apa yang mereka lihat dan dengar dalam memengaruhi perasaan mereka.

Bicara tentang saat-saat mereka mungkin telah melihat sesuatu yang dianggap benar, tetapi kemudian mengetahui bahwa itu ternyata salah.

6. Ajukan banyak pertanyaan

Ada banyak pertanyaan dasar yang dapat diajukan orangtua tentang media apa pun yang dikonsumsi anak-anak mereka. Apakah itu posting di media sosial, laporan berita, film, atau video YouTube.

Beberapa contoh pertanyaan yang dibagikan para ahli di antaranya:

• Apa pesannya?

• Bagaimana gambar dan kata-kata bekerja untuk menyampaikan pesan ini?

• Siapa yang membuat pesan ini dan apa agenda mereka?

• Bagaimana saya tahu ini faktual?

• Apa yang dikatakan situs dan sumber lain tentang pesan ini?

Orangtua dapat mendorong anak-anak untuk mengajukan pertanyaan lain dan menumbuhkan rasa ingin tahu mereka tentang berbagai media.

Kuncinya adalah selalu berusaha menjadikan media sebagai aktivitas non-pasif. Selain itu, tanyakan bagaimana iklan dapat memengaruhi perasaan mereka dan faktor-faktor menarik di dalam iklan yang membuat mereka ingin membeli barang yang ditawarkan.

7. Menjadi panutan literasi media

Anak-anak dapat mempelajari literasi media tidak hanya dari mendengarkan apa yang dijelaskan orangtua, tetapi juga dari apa yang mereka amati yang dilakukan oleh orang tua mereka.

"Tunjukkan kepada mereka bahwa kita sendiri tertarik untuk menemukan berita dan informasi faktual. Yang terpenting menjadi teladan bagi anak-anak adalah kita dapat bersikap skeptis, tanpa menjadi sinis," kata Knutson.

Penafsiran atas suatu informasi mungkin akan membingungkan, tetapi sangat penting untuk tidak cuma melarang mereka membacanya.

"Kita harus menegaskan kepada anak-anak bahwa fakta memang ada dan informasi berkualitas yang dapat dipercaya itu bisa ditemukan," jelasnya.

8. Gunakan sumber daya

Ada banyak buku dan sumber daya online untuk membantu orangtua memandu percakapan tentang literasi media dengan anak-anak mereka.

Banyak organisasi literasi media yang sudah menyusun panduan untuk orangtua dengan poin-poin pembicaraan yang berguna.

McGuire merekomendasikan, agar orangtua juga turut memeriksa kiat, ide, dan sumber daya internet dari pusat literasi media yang tersedia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/24/173837320/mengajarkan-anak-agar-tak-mudah-percaya-hoaks-di-internet

Terkini Lainnya

Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com