Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Simfoni Mekanis Indah dalam Jam Tangan Sangat Terbatas dari Bvlgari

KOMPAS.com - Bagi para pembuat jam tangan, menciptakan mesin yang akurat adalah suatu kebanggaan. Sebuah brand dianggap meraih level tertinggi bila berhasil membuat mesin jam yang tidak sekedar akurat, namun rumit dan indah.

Itu menjadi alasan mengapa makin banyak jam tangan yang dirancang agar mesinnya terlihat, dan salah satu yang terbaru adalah Bvlgari Octo Roma Carillon Tourbillon.

Selain piawai dalam membuat jam tangan yang sekaligus menjadi perhiasan, brand Italia itu menunjukkan kelasnya dalam membuat mesin jam yang mengikuti prinsip estetica della meccanica, atau keindahan mesin.

Octo Roma Carillon Tourbillon bahkan menggabungkan dua hal yang secara tradisional dianggap pencapaian agung, yakni keindahan visual lewat mesin dan tourbillon, serta kejernihan akustik melalui chime atau lonceng tiga palu yang ditampilkan lewat dial jam tersebut.

Menciptakan musik dengan mekanisme berukuran kecil dan rumit barangkali hanya bisa ditemukan dalam dunia pembuatan jam. Ini adalah seni yang tidak mudah karena mengandalkan ratusan bagian sangat kecil dari mesin untuk menghasilkan suara.

Keahlian Swiss dan Seni Italia

Karya komposer Italia asli abad ke-19 dan awal abad ke-20, seperti Rossini, Bellini, Donizetti, Verdi, dan Puccini, termasuk di antara opera paling terkenal yang pernah ditulis.

Karenanya bagi Bvlgari, jam tangan Octo Roma Carillon Tourbillon haruslah menjadi karya seni yang besar, mengingat darah Italia di dalamnya.

Namun sebuah karya seni bukanlah mahakarya jika tidak bisa berfungsi dengan baik. Di sinilah sentuhan Swiss diperlukan.

Bila opera berakar di Italia, pembuatan jam Swiss berkembang di Jenewa pada paruh kedua abad ke-16.

Dari Jenewa, teknik dan inovasi jam tangan terus berkembang selama abad ke-19, dan pada pertengahan abad tersebut, Swiss menjadi produsen jam tangan terpenting di dunia.

Gabungan keahlian pembuatan jam tangan Swiss dan kesenian Italia itulah yang menghasilkan Sinfonia della Meccanica, alias simfoni indah dari mesin Octo Roma Carillon Tourbillon.

Apa gunanya musik dalam jam tangan?

"Sejak lama jam dengan lonceng dianggap sebagai mahakarya karena sulit dibuat, apalagi menggabungkannya dengan mesin presisi. Ini benar-benar butuh keahlian," katanya menjawab pertanyaan Kompas.com dalam konferensi online, Jumat (29/1/2021).

Secara fungsi, jam tangan dengan lonceng yang digerakkan mesin memang tidak lagi diperlukan. Apalagi dibandingkan dengan smartwatch yang bisa memutar ratusan lagu.

Namun toh jam tangan tradisional yang bisa menghasilkan bunyi lewat rancangan mekanisnya masih diinginkan.

Sebagai catatan, jam tangan bersuara awalnya dirancang sebelum orang memiliki lampu listrik di rumah mereka. Sehingga daripada repot menyalakan lilin di tengah malam untuk melihat waktu, dibuatlah arloji yang berbunyi setiap jam.

Dalam perkembangannya, teknik ini menjadi seni di mana para pembuat jam berlomba-lomba menghasilkan mekanisme terbaik untuk memadukan suara dan waktu.

Lalu mengapa jam semacam itu masih diproduksi sampai sekarang, mengingat kita tidak lagi memakai lilin untuk penerangan?

Memang pembuatan jam tangan mekanis hampir hilang seluruhnya semenjak munculnya teknologi quartz pada tahun 1969.

Industri jam mekanik pun sadar, bila ingin bertahan, sistem mekanis ini harus dianggap sebagai sebuah seni yang digabungkan dengan kemewahan. Ini bagaikan lukisan karya maestro yang berbeda dari gambar-gambar cetakan mesin.

Dan rupanya dunia menghargai dan menganggap segala sesuatu yang handmade sebagai kemewahan. Bukan hanya karena dibentuk dari ratusan komponen, namun jam-jam ini juga harus disetel dengan tangan dalam waktu yang tidak sekejap. Berbeda dengan barang pabrikan.

Hanya 15 buah di dunia

Diproduksi sendiri oleh Bvlgari, mesin BVL428 memiliki ketebalan 8,35 mm, dan terdiri dari total 432 komponen. Bersama loncengnya, mesin ini diprioritaskan agar menghasilkan suara yang jernih.

Agar suara yang dihasilkan lebih nyaring, Bvlgari menggunakan tiga palu untuk memukul gong, serta menerapkan kisi-kisi pada bagian dial untuk menyebarkan suara ke seluruh bagian casing.

Begitu juga dengan konstruksi casing titanium dan bagian lain jam tangan yang dirancang untuk memaksimalkan penyebaran suara, memungkinkan peningkatan torsi dari konstruksi tiga palu dan produksi tenaga suara yang lebih besar.

Adapun gong jam tangan dibuat lewat berbagai tahap. Gong ini dilipat dan dibentuk dengan tangan sebelum dikeraskan, pada suhu 900 derajat, kemudian dibersihkan dan dimasukkan dalam oven pada suhu 500 derajat. Perlakuan ini dimaksudkan agar gong menghasilkan suara nyaring.

Seperti jam Big Ben di London, urutan melodi Carillon ini membunyikan tiga nada, yaitu nada C untuk jam, nada mid-re-C berurutan untuk perempat jam, dan nada tengah untuk menit.

Palu, gong, dan tourbillon bisa kita lihat dengan jelas pada dial, sedangkan mesin penggerak baru BVL428 bisa diintip melalui kisi-kisi logam yang dipasang ke dial. Mesin ini juga bisa dilihat lewat sisi belakang casing titanium hitamnya.

Jam tangan dengan diameter 44mm ini memiliki casing belakang kristal safir bening, tahan air hingga 3 atmosfer, dan dilengkapi dengan tali kulit buaya warna hitam dengan gesper lipat tiga bilah yang dilapisi dengan DLC Titanium.

Bvlgari Octo Roma Carillon Tourbillon dirilis sangat terbatas, yakni hanya 15 unit. Setiap jam diukir satu per satu dengan nomor dari 1 hingga 15 di bagian mahkota untuk menunjukkan bahwa itu tidak ada satu jam pun yang sama.

Lewat arloji seharga sekitar Rp 4,9 miliar ini Bvlgari sekali lagi ingin menghadirkan merdunya simfoni melalui keindahan mekanis jam tangan karyanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/03/060600320/simfoni-mekanis-indah-dalam-jam-tangan-sangat-terbatas-dari-bvlgari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke