Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kakak-Adik Susah Akur, Begini 7 Cara Menghadapinya

Beberapa anak mungkin bisa sangat akrab dengan saudaranya, sementara anak lainnya bisa memosisikan diri sebagai kompetitor saudaranya.

Rivalitas kakak-adik ini bisa sulit di atasi di waktu-waktu normal, tapi mungkin bisa lebih mudah ditangani di masa pandemi seperti saat ini.

Menurut psikolog klinis Becky Kennedy, hal pertama yang perlu dipastikan adalah membuat anak-anak berhenti melihat saudaranya sebagai kompetitor.

Persaingan yang terjadi bisa diakibatkan beberapa hal, seperti perhatian atau kasih sayang orangtua.

Jadi, pastikan tidak ada anak yang merasa dirinya tidak aman (insecure).

"Seperti halnya hubungan apa pun, kita cenderung tidak melihat sekeliling dan melihat orang sebagai pesaing saat kita merasa aman dengan diri kita dan dengan peran kita di sana," kata Kennedy, seperti dilansir Yahoo Life.

Setidaknya ada tujuh cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi kakak-adik susah akur:

1. Meluangkan waktu empat mata dengan masing-masing anak

Bantu setiap anak bisa menilai keunikan dirinya.

Menurut psikolog klinis dari the Child Mind Institute, Janine Domingues, cara untuk mengetahuinya adalah dengan meluangkan waktu untuk ngobrol empat mata dengan setiap anak.

Ini tak hanya bisa membangun relasi yang sehat antar-anak, tetapi juga antara orangtua dan anak.

Semakin anak merasa terpenuhi oleh orangtuanya, mereka akan semakin merasa terhubung dengan orangtuanya dan tidak memandang saudaranya sebagai kompetitor.

2. Jangan membandingkan

Sangat mudah bagi orangtua untuk membandingkan satu anak dengan yang lain. Namun, jangan lakukan hal itu karena hanya akan membantu menyuburkan rivalitas antar-anak.

Kennedy mencontohkan, jika orangtua mengajak salah satu anak pergi dan makan es krim bersama.

Jika anak lainnya merasa cemburu, yang harus dilakukan orangtua bukanlah menawarkan es krim juga pada anak tersebut.

Tapi, cobalah katakan kalimat seperti: "ibu lihat kamu tak sabar mau jalan-jalan dengan ibu. Apakah kamu mau ibu belikan es krim untuk hari jalan-jalan itu?".

Dengan begitu, anak punya waktu untuk memikirkan apa yang diinginkannya alih-alih sekadar bereaksi karena cemburu dengan saudaranya.

Mereka mungkun menyadari ingin melakukan aktivitas berbeda, misalnya makan donat atau naik sepeda bersama.

Jadi, ini sama dengan mengalihkan fokus anak pada kecemburuan terhadap saudaranya, tetapi lebih memikirkan apa yang diinginkannya.

3. Berkata jujur tentang keadaan

Penting untuk tetap bersikap jujur di depan anak, termasuk dalam menghadapi rivalitas antar-anak.

Tak masalah untuk jujur tentang keadaan yang sedang Anda hadapi.

Misalnya dengan mengatakan: "duh. Memang susah jika memiliki kakak. Sulit juga tinggal di tengah pandemi karena kita tidak bisa main dengan teman-teman. Ibu paham kamu perlu berjuang lebih".

4. Membantu anak mengatur emosi

Salah satu cara untuk menyelesaikan konflik antar-anak ternyata bukanlah dengan menyelesaikannya langsung.

Kennedy menyarankan untuk tak langsung fokus menyelesaikan konflik tetapi membantu anak mengatur intensitas emosinya.

Misalnya, ketika anak memperebutkan benda yang hanya ada satu. Jangan membuat mereka harus memutuskan siapa yang harus memilikinya duluan.

Orangtua bisa membimbing anak untuk menyelesaikan masalahnya dengan mengatakan kalimat seperti: "wah dua anak berebut satu barang. Susah banget, ya. Jadi, kita harus berbuat apa nih?".

Orangtua juga bisa melakukan pendekatan secara individu untuk membantu mereka menyelesaikan masalah.

Tapi, orangtua perlu turun tangan jika salah satu anak merebut barang dari saudaranya atau memukul.

Katakan hal seperti: "ibu tidak akan membiarkan kamu memukul kakakmu atau merebut. Ibu akan simpan barangnya sampai kalian menemukan solusinya."

5. Dorong anak untuk punya ruang terpisah

Terkadang, salah satu cara untuk mencegah rivalitas antar-anak adalah dengan mendorong mereka memiliki ruang yang terpisah.

Orangtua bisa mengatakan kepada anak bahwa kebersamaan dalam keluarga untuk menghabiskan momen bersenang-senang sangatlah baik, namun sedikit menjaga jarak juga tidak apa-apa jika salah satu dari mereka butuh waktu sendiri.

"Ajarkan pada anak seperti apa waktu sendiri yang sehat dan apa yang bisa dilakukan di waktu me-time tersebut."

"Termasuk merancang rencana tentang apa yang bisa dilakukan ketika sedang berkumpul bersama," kata Domingues.

6. Libatkan seluruh anggota keluarga

Jika tensi sudah tinggi, mungkin melibatkan seluruh anggota keluarga diperlukan.

Dalam kesempatan tersebut, orangtua bisa mengawali dengan memuji anak-anak terlebih dahulu kemudian memberikan mereka ide agar keadaan lebih baik.

"Kan rumah kita sama, tentu lebih enak jika akur, bukan? Yuk, kita lakukan sama-sama," ungkap Kennedy mencontohkan.

Hindari menyalahkan sekalipun kepada anak yang membuat "masalah". Sampaikan padanya bahwa semua anggota keluarga penting.

Berikan pandangan bahwa dinamika dalam keluarga adalah hal biasa, jadi tak perlu saling menyalahkan.

7. Puji perilaku positifnya

Agar dapat mengubah perilaku anak, cobalah untuk mengurangi teguran dan fokus memuji perilaku-perilaku positif anak.

Arahkan agar anak melakukan apa yang disukainya dan mendapat pujian karena melakukan hal itu.

"Setiap anak punya kelebihan yang berbeda dan setiap orang melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan saat ini."

"Jadi, fokuslah pada penguatan hal-hal positif pada setiap anak," kata Domingues.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/26/060300420/kakak-adik-susah-akur-begini-7-cara-menghadapinya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke