Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jenis-jenis Diet Terbaik dan Terburuk untuk Kesehatan Usus, Apa Saja?

KOMPAS.com - Usus merupakan organ tubuh yang bekerja keras untuk mencerna makanan, menghasilkan vitamin yang membuat darah kita berfungsi dengan baik, serta membantu mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Memiliki usus yang sehat juga dapat bermanfaat untuk mengelola kesehatan mental dan mengendalikan nafsu makan kita.

Nah, untuk mendukung mikrobioma usus tetap seimbang, kita bisa mengonsumsi makanan yang kaya akan probiotik dan serat (prebiotik). Selain itu, menghindari makanan-makanan yang tidak sehat bagi usus.

Diet terbaik bagi usus

Diet mediterania dinobatkan sebagai diet tersehat tahun 2021 oleh US News and World Report dan tidak sulit untuk mengetahui alasannya.

Sebab, diet ini tidak mengikuti aturan ketat dan lebih berfokus pada makan sehat secara holistik yang menekankan untuk banyak mengonsumsi biji-bijian, buah, sayuran, ikan, serta makanan dengan lemak sehat.

Karena diet mediterania memprioritaskan bahan-bahan sehat daripada mengurangi karbohidrat atau mengurangi kalori, ini menjadi salah satu pola makan yang paling mudah untuk diikuti.

Studi kesehatan usus terbesar American Gut Project menemukan bahwa indikator nomor satu dari mikrobioma yang sehat adalah berapa banyak makanan nabati yang berbeda (seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian) dikonsumsi seseorang secara teratur.

Diet mediterania juga dikenal sangat baik untuk diterapkan karena membatasi makanan olahan dan gula tambahan yang menjadi makanan terburuk bagi kesehatan usus.

Tiga jenis diet terburuk bagi usus

Ada tiga jenis diet yang sebaiknya dihindari karena selain berdampak buruk untuk usus, beberapa diet ini juga tidak baik dilakukan dalam jangka panjang.

Yang pertama adalah diet ketogenik atau keto. Diet ini menghilangkan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang sehat untuk mengurangi asupan karbohidrat secara drastis.

Keto cukup populer saat ini karena memfasilitasi penurunan berat badan yang cepat, tetapi aturannya yang membatasi makanan justru membuatnya sulit untuk diikuti dalam jangka panjang.

Ditambah lagi, diet ultra-tinggi lemak yang dipromosikan keto menimbulkan risiko jangka panjang bagi kesehatan usus kita.

Sebuah studi tahun 2019 menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak dapat meningkatkan peradangan di usus, sementara diet yang lebih rendah lemak mengurangi peradangan.

Cara lain yang pasti dapat merusak kesehatan usus adalah dengan mengikuti diet rendah kalori yang drastis.

Memang, tidak ada yang salah dengan menetapkan tujuan nutrisi yang sehat dan seimbang, itu juga bisa termasuk menurunkan asupan kalori.

Namun, penelitian terbaru dari para peneliti di Jerman dan AS menemukan bahwa diet yang sangat rendah kalori atau diet hanya 800 kalori per hari bisa mengakibatkan kekurangan energi yang parah karena usus yang tidak sehat.

Penelitian yang mengamati 80 wanita dengan kelebihan berat badan, menunjukkan bahwa diet ekstrem dapat mengubah komposisi mikrobioma dan meningkatkan peradangan.

Di sisi lain, diet tinggi kalori juga bisa sama berbahayanya dengan diet rendah kalori.

Banyak mengonsumsi makanan olahan, gula rafinasi, dan lemak tambahan bukanlah cara terbaik untuk mendukung mikrobioma usus.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi banyak gula sebenarnya dapat mengubah komposisi mikrobioma dan pemanis buatan dapat mengubah usus, serta meningkatkan risiko diabetes.

Oleh karena itu, jika kita tetap ingin menurunkan berat badan, pastikan kita memilih diet mediterania yang lebih dan tidak lupa untuk berolahraga, serta mendapatkan kualitas tidur yang baik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/09/152200820/jenis-jenis-diet-terbaik-dan-terburuk-untuk-kesehatan-usus-apa-saja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke