Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali Bedanya Mendengar dan Mendengarkan

KOMPAS.com - Kita pasti pernah berada dalam situasi di mana teman atau orang lain sedang berbicara dengan kita, namun pikiran kita melayang entah ke mana.

Di saat pikiran dipenuhi banyak hal, kita hanya mendengar pembicaraan orang lain tetapi tidak sungguh-sungguh mendengarkan apa yang mereka katakan.

Kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada jalannya percakapan, sekaligus hubungan kita dengan lawan bicara. Orang lain akan menganggap kita tidak mendengarkan mereka.

Sebaiknya kita memahami lebih dulu apa bedanya mendengar dan mendengarkan, serta bagaimana kita bisa menjadi pendengar yang baik.

Bedanya mendengar dan mendengarkan

"Banyak orang menggunakan kata 'mendengar' dan 'mendengarkan' secara bergantian, namun ada beberapa perbedaan penting antara kedua kata tersebut," kata Kelly Workman, PsyD, psikolog di Columbia University Medical Center.

1. Mendengar

Mendengar adalah proses pasif, tidak disengaja, dan sensorik di mana kita merasakan suara.

Ini adalah respons fisiologis yang melibatkan persepsi kita tentang suara dan tidak memerlukan perhatian. Misalnya, jika kita sedang menonton televisi, kita masih bisa mendengar suara mesin mobil, anjing tetangga menggonggong, atau suara anak kecil bermain di luar rumah.

2. Mendengarkan

Mendengarkan adalah proses aktif dan disengaja yang melibatkan pemahaman kata-kata dan suara yang kita dengar.

Kita dapat mengembangkan respons emosional terhadap apa yang kita dengar. Mendengarkan dengan maksud untuk memahami disebut sebagai mendengarkan aktif.

Misalnya, jika kita mendengarkan seseorang berbicara tentang kesulitan yang mereka alami di tempat kerja, kita akan memusatkan perhatian penuh pada mereka sehingga kita memahami konteksnya dan dampak yang mereka rasakan.

Dari situ, kita akan membuat pendapat yang bijaksana dan mengajukan pertanyaan yang relevan untuk lebih memahami pengalaman mereka.

Kaitan mendengar dan mendengarkan bagi kesehatan mental

Mendengar maupun mendengarkan berperan penting dalam kehidupan kita. Mendengar adalah bentuk input sensorik sedangkan mendengarkan merupakan cara untuk membentuk koneksi dengan orang lain.

1. Pentingnya mendengar bagi kesehatan mental

Kemampuan mendengar penting bagi kita untuk memberikan navigasi. Kehilangan kemampuan mendengar dapat berdampak besar pada kesehatan mental karena menyebabkan kita marah, menarik diri dari pergaulan, menurunnya harga diri, serta depresi.

Carilah bantuan kesehatan mental jika kita mengalami depresi atau kesulitan penyesuaian karena kehilangan kemampuan mendengar.

2. Pentingnya mendengarkan bagi kesehatan mental

Mendengarkan adalah hal yang memungkinkan kita untuk mengembangkan rasa ingin tahu tentang pengalaman orang lain, meningkatkan kasih sayang dan empati, serta meningkatkan koneksi.

Jika kita tidak mendengarkan orang lain atau tidak didengarkan, itu dapat berdampak negatif pada rasa terhubung dan memiliki.

Ketika kita tidak didengarkan, maka kita merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan, dan kesepian. Semua itu akan memicu perasaan malu, cemas, dan depresi.

Kenapa orang bisa mendengar namun tidak mendengarkan?

"Orang sering mendengarkan dengan maksud untuk merespons daripada memahami. Ini artinya orang lebih sering mendengar daripada mendengarkan," kata Workman.

Workman mencantumkan beberapa alasan mengapa seseorang mampu mendengar namun tidak mendengarkan, antara lain tak punya keterampilan mendengarkan, sibuk atau melamun, serta punya kecemasan sosial sehingga takut dengan apa yang orang lain pikirkan.

Dalam kasus tersebut, Workman menganjurkan untuk meninjau kembali nilai-nilai yang kita anut dan menyadari jenis koneksi serta hubungan apa yang penting bagi kita. Hal itu --tentu saja, termasuk jenis mitra yang kita inginkan.

Tips menjadi pendengar yang baik

Workman menyarankan beberapa tips yang dapat membantu kita meningkatkan keterampilan mendengarkan:

1. Meningkatkan kemampuan mendengarkan

Menetapkan tujuan yang jelas untuk melatih keterampilan mendengarkan dapat membantu kita berpikir lebih konkret tentang bagaimana, kapan, dan dengan siapa kita berlatih.

2. Melatih mindfulness

Perhatian penuh atau mindfulness akan membantu kita menjadi lebih hadir. Fokuslah pada apa yang menjadi perhatian kita saat ini, apakah itu orang yang berbicara kepada kita atau sesuatu yang lain?

Jika perhatian kita tertuju pada hal lain, arahkan kembali fokus kita ke orang tersebut dengan memerhatikan perubahan dalam suara, kata-kata yang mereka gunakan, dan ekspresi nonverbal mereka.

3. Memiliki rasa ingin tahu

Mengadopsi pola pikir ingin tahu memungkinkan kita untuk benar-benar mendengarkan dan memahami.

Dengan demikian, kita secara otomatis menjadi lebih ingin tahu dan tertarik pada pembicaraan seseorang.

4. Tidak berasumsi

Ketika kita menilai dan mengasumsikan sesuatu, kita menutup akses untuk informasi baru. Artinya, kita cenderung tidak memerhatikan dan mendengarkan. Tidak menilai atau berasumsi di awal akan membantu kita untuk menjadi lebih penasaran.

5. Mengambil kesimpulan

Mengulangi dengan kata-kata kita tentang apa yang kita dengar dari orang lain menandakan bahwa kita terlibat dalam percakapan dan memberi orang lain kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman.

6. Mengajukan pertanyaan

Mengajukan pertanyaan terbuka yang relevan menunjukkan kita mendengarkan dan menanggapi dengan cara yang bijaksana.

Jika kita tidak yakin ingin bertanya, cobalah memikirkan pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, atau bagaimana.

7. Gunakan isyarat nonverbal

Menggunakan isyarat nonverbal, seperti kontak mata dan sesekali menganggukkan kepala dapat menegaskan bahwa kita mendengarkan dan memerhatikan.

8. Memvalidasi

Mampu mengakui pikiran dan perasaan seseorang dari kondisi mereka saat ini bisa sangat berarti.

9. Memberikan saran jika diminta

Jangan memecahkan masalah atau memberikan saran kecuali itulah yang diminta lawan bicara kita.

Terkadang kita terlalu cepat ingin membantu orang lain dengan menawarkan solusi. Namun cara ini belum tentu cocok bagi sebagian orang. Ada orang yang hanya ingin dipahami dan didengarkan.

10. Tidak terganggu oleh hal lain

Meletakkan layar ponsel menghadap ke bawah akan meminimalkan kemungkinan kita untuk melihat pesan atau notifikasi yang masuk, sehingga kita bisa lebih fokus dan penuh perhatian pada percakapan.

11. Melatih kemampuan mendengarkan

Bersama pasangan, kita dapat meluangkan waktu sejenak untuk membagikan cerita. Sebaiknya, ambil jeda 15-30 detik sebelum orang lain mulai berbagi cerita.

Setelah kedua orang saling bercerita, kita dapat meluangkan waktu beberapa menit untuk mendiskusikan bagaimana rasanya mendengarkan dan didengarkan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/26/142907120/kenali-bedanya-mendengar-dan-mendengarkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke