Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Generasi Phi: Passion dan Bayang-bayang Stres

Oleh: Alifia Riski Monika & Fandhi Gautama

Generasi muda memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan estafet bangsa Indonesia. Berbagai hal perlu dipersiapkan oleh generasi muda, agar bisa menjadi agen perubahan bagi lingkungan sekitar, juga bangsa Indonesia. Mengembangkan passion menjadi sebuah keharusan karena erat kaitannya dengan kesuksesan di masa depan.

Generasi muda harus mengetahui apa saja potensi yang dimiliki untuk dikembangkan. Setiap orang tentu memiliki jenis passion yang berbeda dengan orang lain. Oleh karenanya, penting bagi generasi muda untuk menemukan passion-nya sedari dini.

Penyebutan generasi muda yang dikenal sebagai Generasi Z dan milenial, ternyata berasal dari Amerika Serikat, bukan Indonesia. Muhammad Faisal melakukan observasi sejarah dan kultur generasi, dan menemukan istilah Generasi Phi.

Istilah ini lebih cocok digunakan untuk penyebutan generasi milenial di Indonesia. Simak pembahasan selengkapnya bersama Wisnu Nugroho dalam siniar Beginu.

Generasi Phi

Muhammad Faisal membagi generasi di Indonesia menjadi empat, yaitu generasi Alpha (melewati remaja pada tahun 1900–1930), Beta (melewati remaja pada tahun 1930–1966), Omega (melewati remaja pada tahun 1970–1998), dan Phi (melewati remaja pada awal abad 21). Pembagian generasi tersebut berdasarkan pada situasi politik yang terjadi di Indonesia.

Generasi Phi disebut sebagai The Outlier karena kemampuan berpikir kreatifnya yang tinggi. Mereka mengalami fase yang lebih panjang dalam mengeksplorasi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas diri hingga mencapai usia dewasa tengah.

Generasi Phi cenderung mengejar sesuatu sesuai hobi dan passion mereka, tetapi di sisi lain mereka juga menginginkan kemapanan.

Generasi Phi memiliki kecenderungan untuk tidak masuk ke dalam struktur pemerintahan. Mereka lebih senang bergelut dalam industri kreatif dan bergerak secara independen. Satu yang menjadi ciri adalah, mereka gemar membicarakan isu politik di ruang media sosial.

Sebagai generasi yang masuk dalam kategori bonus demografi besar bagi Indonesia dalam rentang waktu 10 tahun mendatang. Seharusnya bisa menjadi peluang untuk mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik, bahkan diharapkan mampu mengguncang dunia.

Passion dan Generasi Phi

Berbicara mengenai passion yang erat kaitannya dengan Generasi Phi, passion adalah gairah besar untuk melakukan sesuatu yang disukai atau dianggap penting.

Menurut Professor J. Vallerand, passion dibagi menjadi dua tipe yaitu passion obsesi dan passion harmoni. Kedua tipe passion tersebut memiliki efek yang berbeda yang dapat berdampak pada individu yang bersangkutan.

Melansir gramedia.com, passion harmoni merupakan passion yang positif. Seorang individu dapat melakukan suatu hal karena senang. Contohnya, apabila Anda menjadikan hobi sebagai pekerjaan atau sumber pendapatan.

Passion harmoni membuat Anda lebih bahagia, karena dalam aktivitas sehari-hari tidak ada konflik antara aktivitas dengan nilai pribadi yang dianut.

Sedangkan passion obsesi adalah faktor eksternal yang menjadi landasan dan dorongan dari aktivitas Anda, contohnya mendapatkan gaji untuk menafkahi keluarga. Passion ini akan membuat Anda terpaksa untuk menjalani suatu aktivitas, meski tidak sesuai dengan nilai pribadi Anda.

Bayang-bayang Stres

Survei global UNICEF dan Gallup menunjukkan, lebih dari 80 persen anak dan pemuda di Indonesia percaya bahwa dunia semakin baik dari generasi ke generasi.

Pada saat yang bersamaan, survei menunjukkan bahwa kaum muda Indonesia sadar akan beragam permasalahan yang mereka hadapi.

Sebagian besar menyatakan bahwa generasi muda pada masa ini mengalami tekanan lebih besar untuk meraih kesuksesan, dibandingkan ketika orang tua mereka beranjak dewasa.

Melalui survei, hampir sepertiga (29 persen) anak muda menyatakan sering merasa depresi atau memiliki minat rendah untuk melakukan apa pun.

Tak heran jika generasi muda rentan akan serangan stres, karena usia ini sangat dinamis dan dituntut mengikuti perubahan.

Melansir kompas.com, stres adalah suatu kondisi yang menuntut seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap segala perubahan. Sebenarnya, stres tidak selalu negatif, tetapi juga bisa positif.

Dengan adanya stres, seseorang bisa menghasilkan zat kortisol dan adrenalin untuk melindungi diri agar tetap produktif.

Misalnya, ketika diminta untuk presentasi dengan jumlah peserta yang banyak, akan ada stressor sehingga seseorang terpicu untuk menampilkan materi sebaik mungkin.

Namun ketika stressor terlalu kuat, maka mekanisme otak akan kacau sehingga menyebabkan gangguan, baik psikis atau mental.

Meskipun generasi milenial adalah generasi yang rentan stres, mereka memiliki fleksibilitas yang baik sehingga menjadi daya tahan mereka. Banyaknya konten media sosial yang membahas isu kesehatan mental juga bisa meningkatkan kesadaran mereka akan kesehatan mental.

Namun perlu dicatat, kita tidak diperbolehkan melakukan diagnosis sendiri terhadap gejala kesehatan mental.

Bila mengalami gangguan kesehatan mental, maka carilah bantuan profesional dengan mendatangi psikiater atau psikolog. Mencari teman cerita yang tepat juga bisa mengurangi stres.

Simak juga episode terbaru Beginu yang tayang tiap hari Rabu. Dengan pembahasan seputar paradoks kehidupan, mengungkap yang nyata dibalik ‘fakta’.

Dipandu oleh Wisnu Nugroho, jurnalis, penulis, dan pemimpin redaksi Kompas.com. Pembahasan mengenai Perjalanan Generasi di Indonesia dan Masa Generasi Phi juga bisa diakses melalui tautan https://dik.si/beginu_faisal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/27/112446120/generasi-phi-passion-dan-bayang-bayang-stres

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke