Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Fakta Baru yang Terungkap di "Victoria's Secret: Angels and Demons"

Perusahaan tersebut akhirnya harus melakukan berbagai perubahan besar termasuk meniadakan Victoria's Secret Show, pagelaran busana tahunannya yang ikonik.

Tak hanya itu, merek fesyen ini juga mulai kehilangan pelanggannya karena dianggap tidak inklusif, mengeksploitasi tubuh wanita, dan munculnya berbagai pesaing lain.

Kejatuhannya dalam kurun waktu yang relatif singkat inilah yang kemudian dibahas dalam Victoria's Secret: Angels and Demons, film dokumenter yang tayang di Hulu beberapa waktu lalu.

Fakta mengejutkan yang terungkap dalam Victoria's Secret: Angels and Demons

Victoria's Secret: Angels and Demons merupakan tayangan dokumenter karya Matt Tyrnauer, sutradara sekaligus jurnalis peraih banyak penghargaan.

Ia mengaku tak pernah tahu soal produsen lingerie itu termasuk kampanye marketingnya yang sensual sampai akhirnya menjadi penasaran soal merek yang membesarkan nama seperti Adriana Lili, Tyra Bank hingga Lili Aldridge ini.

"Saya heran melihat betapa bodoh dan sangat suksesnya — mungkin salah satu kampanye pemasaran paling sukses yang pernah ada — sepertinya tidak ada hak untuk menjadi sesukses itu," katanya, dikutip dari Pop Sugar.

Dari hasil kerjanya ini, kemudian terungkap setidaknya enam fakta paling mengejutkan soal Victoria's Secret yang belum banyak diketahui publik.

Kisah pendirian Victoria's Secret ternyata palsu

Dari namanya, mungkin kita menyangka jika merek lingerie ini dibuat oleh seorang wanita yang menyukai keindahan.

Faktanya, Victoria's Secret didirikan oleh Les Wexner, pengusaha pria asal Ohio, yang mengawali bisnisnya itu di tahun 1982.

Ia memiliki konsep "making a movie" saat menjalankan bisnisnya termasuk dengan menciptakan persona "Victoria" yang disebut sebagai founder merek tersebut, sebagai konten marketing.

Langkahnya juga termasuk menggunakan model cantik dalam pemotretan mewah untuk katalog belanjanya, menciptakan nilai pemberdayaan perempuan palsu, dan menciptakan Victoria's Secret Fashion Show untuk memikat lebih banyak konsumen.

Keterlibatan Jeffery Epstein di dalam bisnis

Jeffery Epstein adalah miliarder AS yang kemudian terbukti sebagai predator seks dengan korban ratusan wanita, termasuk yang masih berusia di bawah umur.

Tayangan dokumenter ini kemudian mengungkap jika sosok kontroversial ini rupanya memiliki andil yang besar karena bersahabat dengan Les Wexner.

Tak hanya itu, ia juga disebut memiliki akses atas laporan keuangan dan bisnis Victoria's Secret.

Sejumlah narasumber menyebutnya menyalahgunakan kekuasannya untuk mengakses para wanita cantik yang bekerja untuk brand ini.

Sayangnya, rumor tersebut tak bisa dibuktikan karena Jeffery Epstein ditemukan tewas di penjara pada 2019 lalu.

Hal yang sebenarnya tidak realistis karena kurangnya keragaman soal bentuk tubuh para wanita yang sesungguhnya.

Meski demikian, ide 'fantasy' ini berhasil membuatnya sukses besar di pasaran baik dari segi penjualan maupun promosi.

Ketika Victoria's Secret Fashion Show pertama kali digelar di tahun 1999, website resmi perusahaan bahkan rusak karena begitu banyaknya penontonnya yang ingin menyaksikan secara online.

Namun konsep tersebut mulai pudar ketika perusahaan berusaha menjual ide pemberdayaan wanita yang palsu pada pertengahan tahun 2000-an.

Kala itu, diciptakan seri produk PINK yang lebih sporty, nyaman dan kasual untuk menyasar konsumen yang lebih muda.

Perubahan ini menciptakan gejolak di internal perusahaan sekaligus gagal mendapatkan pangsa pasarnya sendiri.

Masih dikuasai pria dan adanya diskriminasi pada wanita

Sebelum rebranding besar-besaran, Victoria's Secret terbukti masih dikuasai oleh pria termasuk Ed Razek sebagai chief marketing.

Langkah perusahaan merekrut eksekutif wanita hanya sekedar gimmick karena masih ada diskriminasi gender dalam praktiknya.

Dalam Victoria's Secret: Angels and Demons, Sarah Zofko, salah satu mantan karyawan mengatakan para eksekutif pria itu masih berfokus pada seksualitas model saja.

Mereka memaksakan konsep wanita yang sempurna sehingga berbagai konten marketingnya dibuat dengan visi pornografi yang sempit dan standar kecantikan yang tidak realitis.

Dalam film dokumenter ini, banyak mantan karyawan, desainer, direktur casting, dan model mengakui jika acara tahunan ini memberikan akses eksekutif pria kepada para model cantik yang masih muda.

Desas-desus yang beredar, banyak yang mengalami pelecehan maupun penyerangan seksual termasuk lelucon yang tidak nyaman.

Namun perusahaan tidak pernah menganggapnya sebagai isu yang serius dan membiarkan tradisi buruk itu bertahan.

Pengaruh media Sosial, tren belanja online, dan gerakan #MeToo

Tiga hal ini dianggap sebagai faktor penting sehingga akhirnya terjadi rebranding besar-besaran di internal Victoria's Secret.

Brand ini mulai kehilangan kesuksesannya karena konsumen yang lebih peduli pada isu kenyamanan, inklusivitas, dan marketing yang realistis.

Kini perusahaan tersebut melakukan sejumlah transformasi dengan merombak jajaran eksekutifnya, memperkenalkan VS Collective dan memperkenalkan produk yang lebih inklusif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/18/073000520/6-fakta-baru-yang-terungkap-di-victoria-s-secret--angels-and-demons-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke