Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orangtua Gemar Edit Foto Pakai Filter Bawa Pengaruh Buruk untuk Anak

Semua orang bisa terlihat lebih glowing maupun langsing, dalam kontennya, hanya dengan langkah editing yang mudah.

Segala kerutan, warna kulit tidak rata, warna bibir hingga bentuk mata bisa 'dipermak' dengan filter media sosial yang tepat.

Rupanya kebiasaan itu dapat berdampak buruk, khususnya jika dilakukan orangtua yang masih memiliki anak-anak di sekitarnya.

"Anak-anak meniru perilaku pengasuh mereka," kata Elizabet Altunkara, direktur pendidikan di National Eating Disorders Association, New York.

Tanpa disadari, anak-anak mengamati perilaku orangtua dengan sangat detail.

Perilaku orangtua lalu memengaruhi nilai-nilai dasar anak-anak, termasuk hubungan mereka dengan tubuhnya.

Diet, dorongan untuk kurus dan ketidakpuasan tubuh sering, yang tercermin dalam penggunaan filter, kemudian tersampaikan dan diinternalisasikan kepada anak sejak dini.

Buah hati juga mungkin menyimak percakapan dan komentar yang kita keluarkan kala asyik memasang filter di unggahan Instagram terbaru.

Kita mungkin tidak bicara dengan mereka namun anak berada dalam jangkauan pendengaran sehingga besar kemungkinan ikut memerhatikan.

"Mereka menginternalisasinya, dan mereka menganggapnya sebagai informasi tentang apa yang harus mereka lakukan, untuk membuat diri mereka terlihat dapat diterima oleh masyarakat di sekitar mereka," kata Anna Marcolin, seorang psikoterapis dan life coach di AS.

Pengaruh buruk lainnya juga muncul dari perilaku para selebritas dan influencer yang kerap mengkurasi fotonya begitu rupa, dengan berbagai filter sehingga tampak sempurna, seperti Kim Kardashian.

Hal ini kemudian mendorong orang lain untuk menggunakan filter pula, untuk tujuan yang sama.

Mitch Prinstein, chief science officer dari American Psychological Association, telah meneliti hubungan antara remaja, penggunaan media sosial dan sistem depresi.

Dia mengatakan, media sosial mungkin tidak bisa dipastikan dapat memicu depresi namun cara remaja menggunakan teknologi sangat berisiko untuk kesehatan mentalnya.

"Apa yang kami lihat adalah bahwa anak-anak yang paling sering menggunakan media sosial untuk perbandingan sosial dan mencari umpan balik, mereka juga kemungkinan besar mengalami depresi setahun kemudian," katanya.

"Anda mencukur bagian tubuh Anda dan membuang bagian tubuh yang tidak Anda inginkan, seolah-olah Anda dan tubuh Anda adalah semacam proyek yang perlu diubah," kata Crystal Burwell, seorang psikoterapis di Atlanta.

Anak kemudian jadi memiliki keinginan yang sama yakni penampilan glowing dan sempurna.

Mereka juga ikut mencari perhatian yang dari orang tidak dikenal, dengan likes di media sosial lewat foto berfilter tersebut.

"Sangat mudah untuk melampirkan rasa harga diri dan kepercayaan diri Anda pada berapa banyak orang yang menanggapi apa yang Anda posting, padahal kenyataannya tidak demikian," kata Burwell.

"Kita menyukai kepuasan instan itu yang sangat manusiawi. Tapi bisa berbahaya untuk melampirkan identitas Anda melalui cara orang merespons Anda," pesannya.

Sebaliknya, Altunkara menyarankan para orangtua untuk membahas soal penggunaan filter tersebut dengan anak-anaknya.

"Media sosial dapat digunakan untuk menciptakan kesadaran tentang efek gambar yang disaring dan diubah pada citra tubuh," katanya.

"Ini juga dapat digunakan untuk mempromosikan kepositifan dan penerimaan tubuh, merayakan keragaman tubuh dan mendidik tentang efek berbahaya dari tubuh dan penampilan ideal dan bagaimana gambar yang disaring dan diubah berkontribusi padanya."

Hal yang perlu dipertimbangkan orangtua

Sebelum menggunakan filter di konten media sosial terbaru, para orangtua sebaiknya memertimbangkan beberapa hal.

Misalnya:

  • Editing apa saja yang kita lakukan dan alasannya

Bedakan antara editing berlebihan dengan mengguakan filter sehingga mendapatkan foto yang tidak realistis atau hanya sekedar memerbaiki pencahayaan.

  • Edukasi diri sendiri

Pertimbangkan untuk membaca artikel, buku, dan materi terkait untuk mengetahui cara media sosial memengaruhi anak dan kehidupan kita.

"Kita semua terpapar pada penampilan ideal dan budaya diet ini," ujar Altunkara.

Untuk itu, orangtua perlu memiliki pengetahuan yang memadai soal efek filter foto tersebut pada penerimaan tubuh anak.

  • Posting foto asli

Daripada memilih foto selfie yang penuh filter, unggah foto liburan keluarga yang benar-benar menampilkan momen berharga kita.

  • Diskusi dengan anak

Anak remaja sudah bisa diajak bicara soal efek media sosial dan tren penggunaan filter sepertis aat ini.

Sebagai orangtua, kita bisa mengajak anak untuk menentukan batasnya agar dampaknya minim.

"Kita benar-benar membutuhkan orang tua untuk terlibat secara aktif, dan membantu anak-anak memproses informasi di media sosial dan membantu mereka memahami perbedaan antara apa yang dilakukan orang dan apa yang sebenarnya dimaksudkan orang," pesan Marcolin.

Ajak mereka untuuk  melakukan FaceTime atau interaksi langsung dengan seorang teman untuk memicu respons dopamin yang menyenangkan daripada mengunggah konten online demi mendapatkan umpan balik positif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/11/084408320/orangtua-gemar-edit-foto-pakai-filter-bawa-pengaruh-buruk-untuk-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke