Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semua Hal Baik yang Akan Terjadi Berawal dari Kepemimpinan Diri

Saya percaya bahwa setiap kejadian yang kita alami adalah sebuah kemajuan yang harus kita rayakan. Meskipun begitu, kita juga perlu melakukan introspeksi diri tentang cara, prinsip, dan pola pikir yang kita terapkan selama 2022.

Bisa jadi, tahun 2022 mengandung banyak momen pembelajaran penting yang dapat mengubah pola pikir kita secara holistik dan membangkitkan energi untuk terus berusaha menjadi lebih baik.

Menurut saya, penting bagi kita semua untuk menguatkan self-leadership yang kita miliki.

Self-leadership Penting untuk Hidup yang Lebih Terarah

Banyak anak muda atau usia produktif yang saat ini telah meraih kesuksesan di bidang masing-masing. Ada yang menjadi artis dan aktor papan atas, membangun startup, menjadi content creator, menjadi sociopreneur, dan lain sebagainya.

Anak-anak muda tersebut meraihnya dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah. Anak-anak muda Indonesia memiliki ketahanan diri yang luar biasa, memiliki visi dan misi, serta gigih memperjuangkan mimpinya.

Satu hal yang bisa kita petik dari kesuksesan anak muda Indonesia adalah kemampuannya memimpin diri sendiri dan bisa fokus meraih tujuannya. Memimpin diri sendiri bukanlah perkara mudah.

Imam Al-Ghazali, salah satu pemikir Islam paling mahsyur mengakui bahwa sulit untuk memimpin diri sendiri. “Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku,” kata Al-Ghazali.

Akan tetapi, ketika kita mampu menguasai diri sendiri, itu bisa menjadi kekuatan yang dahsyat. Lao Tzu, salah satu filsuf Tiongkok juga mengatakan, “Mastering others is strength, mastering yourself is true power.”

Dari perkataan Lao Tzu, ketika kita mampu menguasai diri, kita memiliki kekuatan yang besar untuk dapat mencapai apa yang diinginkan dalam hidup. Para pemimpin besar pun menjadi contohnya, saat mereka berani merealisasikan visinya.

Namun sayangnya, masih belum banyak orang yang mampu memimpin dirinya sendiri. Mimpi masa lalu pun berulang menjadi mimpi masa depan yang tak pernah terkeksekusi.

Proses memimpin diri cukup menyakitkan karena memaksa kita untuk mengakui realitas yang ada di dalam diri. Terlebih, kita lebih sering melihat ke luar bukan ke dalam diri. Namun, ketika telah melalui prosesnya dan mampu menerima diri, kita bisa bermetamorfosis menjadi pribadi yang hebat.

Banyak peneliti dan praktisi yang telah mencetuskan pengertian kepemimpinan diri. Namun, Ho & Jackson (2004) memberikan pengertian yang singkat tetapi menggambarkan esensinya. Mereka mengatakan bahwa kepemimpinan diri adalah proses memengaruhi diri sendiri guna mengarahkan kognisi dan tindakannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sederhananya, kepemimpinan diri adalah praktik untuk memahami siapa diri kita, apa tujuan kita, dan bagaimana cara kita mengejar tujuan.

Ada tiga elemen dalam kepemimpinan diri. Pertama adalah self-awareness, yaitu kemampuan untuk menyadari segala hal tentang diri.

Orang yang telah selesai dengan dirinya mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Ia sadar penuh akan kompetensi dan kualitas dirinya. Namun sayangnya, tidak semua orang memiliki kesadaran diri yang tinggi.

Harvard Business Review tahun 2018 menerbitkan riset tentang tingkat self-awareness yang dimiliki 5.000 orang. Riset tersebut menemukan bahwa hanya 10-15 persen orang yang memenuhi kriteria sebagai orang yang self-aware.

Karena itu, self-awareness menjadi dasar bagi kepemimpinan diri. Dengan mengenali apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, kita lebih mampu menerima diri dan fokus apa yang menjadi kekuatan kita.

Kita juga tidak akan memaksakan diri melakukan hal yang kita tidak bisa. Bahkan, kita tidak sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain untuk melakukan hal yang tidak bisa dilakukan.

Beberapa penelitian menunjukkan manfaat positif memiliki self-awareness. Sutton (2016) menemukan bahwa mempraktikkan self-awareness dan mindfulness meningkatkan empat hal: penerimaan diri, kepercayaan diri, proaktif, mengurangi stres di lingkungan sosial.

Sutton et.al (2015) mengambil sudut pandang yang berbeda, yaitu bagaimana dampak self-awareness di tempat kerja. Anggota yang mendapatkan pelatihan self-awareness akan meningkat kepuasan kerja dan kesejahteraannya.

Selain itu, anggota lebih menerima keberagaman, kepercayaan diri meningkat, dan berkomunikasi lebih baik dengan rekan kerja.

Tasha Eurich juga melakukan riset tentang bagaimana pengaruh kesadaran diri terhadap kebahagiaan pada tahun 2018. Dia menemukan bahwa orang dengan kesadaran diri tinggi lebih bahagia dan memiliki hubungan yang lebih baik. Selain itu, kita mampu lebih mengendalikan dirinya dan sosial serta memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi.

Survei dari Tracking Happines di tahun 2021 juga menguatkan hasil riset Eurich. Tracking Happiness menemukan bahwa orang yang berpikir kebahagiaan bisa dikendalikan menjadi 32 persen lebih bahagia. Kita sadar bahwa kebahagiaan berasal dari proses penerimaan diri yang diawali dengan perasaan sadar diri.

Elemen kedua adalah self-motivation. Menurut laman Positive Psychology, motivasi diri adalah semua hal yang berhubungan dengan asal dorongan yang dimiliki.

Motivasi terbagi jadi motivasi internal dan motivasi eksternal. Misalnya, ketika kita ingin bekerja, kita pasti memiliki motivasi. Survei dari Onyx 2022 menunjukkan bahwa 72 persen responden termotivasi karena gaji yang kompetitif. Sedangkan, 47 persen lainnya ingin tergabung dalam tim yang hebat serta punya kesempatan untuk mengembangkan diri.

Self-motivation adalah elemen penting dari kecerdasan emosi. Hal ini karena setiap kita berkegiatan pasti membutuhkan motivasi. Seberapa sustain motivasi kita tergantung dari seberapa baik kita mengelola emosi.

Karena itu, orang yang memiliki self-motivation yang tinggi punya kecerdasan emosi yang baik pula. Rode et.al (2017) menjelaskan betapa pentingnya kecerdasan emosi. Rode et.al meneliti tingkat kecerdasan emosi mahasiswa/I Universitas Leeds dan mengukurnya kembali 10 tahun kemudian. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa/i yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi mendapatkan gaji yang lebih baik daripada rekannya yang kurang cerdas secara emosional.

Elemen terakhir adalah self-regulation. Self-regulation pada dasarnya adalah pengendalian diri: sikap, emosi, pikiran, dan lain sebagainya. Bagaimana kita mengatur tingkat stres dan marah di tempat kerja juga termasuk self-regulation.

Hal itu karena kita tahu bahwa menunjukkan amarah bukanlah sesuatu yang baik, sehingga perasaan marah kita perlu dikendalikan. Ada hubungan yang erat antara kepemimpinan diri dengan regulasi emosi.

Houghton et.al (2012) mengatakan bahwa regulasi emosi dan kepemimpinan diri adalah mekanisme di mana individu dapat "menyesuaikan layar" dalam hidup untuk lebih efektif mengatasi stres yang mungkin muncul.

Dalam konteks profesional, self-regulation berperan penting dalam proses kolaborasi. Kark & Dijk (2019) mengatakan bahwa self-regulation terbukti memotivasi individu dan kelompok kerja yang berbeda untuk mencapai hasil akhir dari sebuah proyek.

Bagaimana Kepemimpin Diri Membawa Perubahan

Mempraktikkan self-leadership membuat kita mampu meraih hal yang ingin dicapai serta mampu memotivasi diri untuk berusaha keras meraih tujuan, tidak peduli halangan dan rintangan.

Kita percaya bahwa kita bisa mencapai hal tersebut walaupun mungkin semua orang meragukan kapasitas kita. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang telah memberi dampak positif bagi keluarganya dan masyarakat. Misalnya di isu lingkungan. Banyak anak muda Indonesia yang semakin peduli terhadap lingkungannya.

Riset World Wildlife Fund Indonesia tahun 2018 menemukan bahwa 61 persen responden berusia 15-45 tahun merasa bertanggung jawab atas lingkungan. Rasa tanggung jawab tersebut kemudian ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan.

Temuan JakPat 2022 terkait perilaku konsumen anak muda menunjukkan, 69,8 persen anak muda membawa tas belanja sendiri. Sementara itu, 56,2 persen memilih membeli produk ramah lingkungan dan 46,2 persen lainnya mengumpulkan barang kemasan untuk dibawa ke tempat daur ulang.

Kebiasaan yang ditunjukkan anak muda memang sederhana, tetapi berhasil mengubah gaya hidup lamanya. Dahulu, kita sering menggunakan plastik saat berbelanja. Saat ini, kita beralih dengan membawa tas belanja sendiri. Bahkan, saat berbelanja di pasar swalayan, kita diharuskan membawa tas belanja sendiri.

Hal ini menunjukkan perubahan sikap anak muda. Perubahan sikap tersebut merepresentasikan bagaimana anak muda mampu mengubah sikapnya.

Selain di isu lingkungan, kita juga banyak menyaksikan anak muda berkontribusi di isu pendidikan. Berbicara tentang isu pendidikan, menurut survei dari GNFI dan KedaiKopi 2022, 77 persen anak muda optimis tentang sektor pendidikan Indonesia.

Selain itu, temuan dari riset British Council 2022 menunjukkan bahwa anak muda ingin mengubah pendidikan di Indonesia. Keinginan anak muda berbuat sesuatu di sektor pendidikan pun beragam bentuknya. Ada anak muda yang mengabdi melalui organisasi atau komunitas.

Ada juga anak muda yang berkontribusi melalui wirausaha. Dalam konteks wirausaha, muncul berbagai platform pembelajaran dengan harga terjangkau yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Ada MySkill, Ruangguru, Belajarlagi, Harisenin, dan banyak platform lainnya.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bagaimana anak muda Indonesia memiliki kemampuan memimpin diri yang tinggi, sehingga bisa berkontribusi ke masyarakat. Anak-anak muda ini berani mengubah sikapnya supaya bisa merealisasikan visi dan misinya.

Selain itu, anak-anak muda menunjukkan kegigihan dan keberaniannya. Menurut Kyle Hermans, CEO dari Be Courageous, konsultan kepemimpinan global, “Courage gives us strength. Courage opens doors. Courage saves lives. Courage helps us grow in small and big ways.”

Tahun 2023, Memperkuat Self-leadership

Anak muda di Indonesia telah menunjukkan kepada kita tentang dampak besar dari kepemimpinan diri. Mereka mampu mengatasi ketakutan akan kegagalannya dan bergerak maju.

Aristoteles, filsuf Yunani, mengatakan bahwa barang siapa berhasil mengalahkan ketakutannya akan menjadi orang yang benar-benar bebas.

Ketika mampu mengatasi ketakutan kita, kita pun bisa melakukan apapun yang kita aspirasikan. Yang telah membuat komunitas dan merintis usahanya pun menjadi bukti nyata bahwa mereka tidak takut lagi untuk berbuat sesuatu.

Mengalahkan ketakutan menjadi salah satu faktor bahwa kita telah sukses memimpin diri sendiri. Dari fakta dan data terkait kontribusi yang telah dilakukan pemuda, saya yakin kita semua bisa meraih apa yang kita inginkan jika berhasil menguasai diri kita dan mengatasi ketakutan kita.

Kita semua memiliki waktu yang sama, yakni 24 jam sehari. Bagaimana cara kita menghabiskannya yang menjadi pembeda. Jika kita memiliki tujuan dan berkomitmen mewujudkannya, maka bukan tidak mungkin kita bisa meraihnya dalam jangka waktu tertentu.

Kita membutuhkan kemampuan memimpin diri sendiri. Ada beberapa cara bagi kita untuk memperkuat self-leadership. Pertama, lakukan refleksi diri. Ini menjadi awal mula untuk menguatkan self-leadership.

James R Bailey dan Scheherazade Rehman mengatakan bahwa pada dasarnya refleksi diri adalah merenungkan perilaku kita dan konsekuensinya. Refleksi diri membutuhkan keberanian karena secara langsung kita menganalisis apa hal yang salah dalam diri kita, apa yang bermanfaat buat kita, dan bagaimana kita menjadi lebih baik kedepannya.

Refleksi diri juga membuat kita menyadari sisi baik dan buruk kita, tentang apa hal yang kita lakukan. Dengan menerima diri kita seutuhnya, kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat dan bertanggung jawab.

Menurut Knapp et.al (2017), refleksi diri dapat mengurangi kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri, menyimpan prasangka, atau menampilkan perilaku dan sikap yang dapat mengurangi efektivitas.

Banyak pemimpin yang melakukan refleksi diri. Bill Gates, yang saat ini menjadi seorang filantropis, sering melakukan refleksi diri. Dia menyebutnya sebagai end-of-year assessment. Tradisi tersebut telah dilakukannya sejak dia kecil.

Bill Gates menanyakan dua hal ini pada dirinya sendiri: What was I excited about? What could I have done better?

Kedua, membangun kebiasaan baik setiap hari. Setiap orang sukses dan punya kemampuan kepemimpinan diri yang tinggi memiliki kebiasaan positif yang bermanfaat bagi dirinya. Misalnya, Sue Hawkes, salah satu penulis terlaris dan CEO YESS, sebuah konsultan yang bertujuan menolong orang untuk sukses dalam hidup, memiliki kebiasaan untuk mensyukuri hal-hal yang dialami sebelum tidur.

Dengan melakukan hal itu membuat Sue lebih menghargai hidup. Agar kita bisa membangun kebiasaan baik, BJ Fogg, seorang peneliti di Universitas Stanford menyarankan kita untuk membangun kebiasaan baik yang mudah. Tujuannya untuk mempertahankan level motivasi kita.

Selain itu, kebiasaan baik itu harus dilakukan setiap hari. Studi dari Lally et.al (2009) menunjukkan bahwa jumlah hari yang dibutuhkan agar tugas yang kita lakukan menjadi sebuah kebiasaan berkisar antara 18 – 254 hari, tergantung dari seberapa sering kita melakukannya. Jadi, kita bisa mulai kebiasaan baru yang mudah terlebih dahulu.

Terakhir adalah berkomitmen untuk mewujudkan target yang ingin dicapai di tahun berikutnya. Dalam hal ini, kita perlu menjadi kompetitif, setidaknya dengan diri kita sendiri. Kita perlu berusaha semaksimal mungkin.

Angela Duckworth, penulis buku Grit, menemukan bahwa orang yang sangat sukses memiliki ketahanan dan tekad yang kuat. Selain itu, kita juga bekerja keras serta mengetahui apa yang kita inginkan.

Self-leadership adalah kemampuan fundamental yang harus kita miliki untuk hidup dengan tujuan dan niat. Dengan begitu, kita bisa lebih optimis menatap hari esok. Mengubah nasib untuk lebih baik juga bentuk wujud dari kepemimpin diri yang baik.

Saya yakin, semua hal baik yang akan terjadi di tahun 2023 berawal dari kepemimpinan diri. Berdamailah dan eksekusi mimpimu mulai besok. Jadilah tuan bagi diri sendiri yang lebih berdaya untuk masa depan yang lebih cerah.

Selamat Tahun Baru 2023 dan semoga kita semua bisa meraih masa depan yang lebih baik!

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/12/29/080607420/semua-hal-baik-yang-akan-terjadi-berawal-dari-kepemimpinan-diri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke