Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2.100 Km dari Jakarta ke Ngada-NTT Pakai Sepeda Bambu Spedagi

KOMPAS.com - Masih ingat ketika Presiden Joko Widodo menggowes sepeda di kawasan hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) Sudirman-Thamrin, Jakarta beberapa hari lalu?

Saat itu Presiden Jokowi menggunakan sepeda bambu buatan Spedagi, merek lokal dari Temanggung, Jawa Tengah.

Meski rangka sepeda terbuat dari bambu, daya tahan sepeda bambu itu ternyata tidak kalah dari rangka aluminium atau pun karbon lho.

Hal ini dibuktikan oleh beberapa slide foto yang dibagikan akun Instagram @spedagibamboobike sekitar dua hari lalu.

Dari foto-foto tersebut, terlihat seperti apa ketangguhan sepeda bambu Spedagi saat digunakan untuk perjalanan panjang dari Jakarta menuju Ngada, NTT.

Tidak main-main, tim Spedagi Jakarta yang menempuh jarak 2.100 kilometer menggunakan sepeda bambu Spedagi harus melewati medan terjal dan tanjakan yang curam.

"Semoga ini akan membungkam pertanyaan wajib bagi orang yg pertama kali melihat sepeda bambu 'kuatkah?'."

"Sungguh perjalanan epic dari hutan beton di Jakarta ke Hutan bambu nun di pelosok timur Indonesia. Di tempat ini pula Pak @jokowi membeli Spedagi yg sering digunakan bersepeda akhir-akhir ini."

Singgih Susilo Kartono, founder sekaligus desainer Spedagi Bamboo Bike, menceritakan sedikit mengenai journey tersebut.

"Inisiatif menempuh perjalanan dari Jakarta ke NTT ini datang dari tim Spedagi di Jakarta."

"Mereka merencanakan semuanya, termasuk bekerja sama dengan Journey to Zero," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (18/1/2023).

Spesialis pembuat sepeda bambu sejak 2013

Dikutip laman resmi Spedagi, nama Spedagi merupakan singkatan dari "sepeda pagi".

Kegiatan bersepeda pagi ini awalnya dilakukan Singgih Susilo Kartono untuk menjaga kesehatan.

Kecintaannya menggowes sepeda, ditambah latar belakang profesinya sebagai desainer membuat Singgih tertarik membuat sepeda.

Singgih dibuat takjub ketika melihat sepeda bambu buatan Craig Calfee dari AS. Selain berbahan bambu, sepeda itu dibuat dengan tangan.

Sepeda itulah yang menginspirasi Singgih untuk merancang sepeda dari bahan bambu, mengingat bambu sangat berlimpah di Indonesia.

Sepeda bambu Spedagi mulai dikembangkan awal 2013. Spedagi berusaha mencari jenis bambu yang tepat, serta desain rangka sepeda yang kuat, nyaman, dan sedap dipandang.

Akhirnya, dipilihlah bambu betung (Dendrocalamus asper) yang termasuk jenis bambu terkuat dan banyak tersedia di pasaran.

Selain kuat, bambu berdiameter besar dan tebal ini bisa dijadikan batang rangka sepeda dengan ukuran yang seragam.

Konstruksi bilah tangkup kerangka atap rumah di pedesaan menjadi sumber inspirasi Spedagi.

Batang bambu bilah tangkup lalu dihubungkan dengan sambungan metal khusus (lugs) yang diproduksi menjadi kerangka sepeda.

Sepeda bambu Spedagi pertama lolos uji kendara sejauh 750 kilometer dari Jakarta menuju Madiun, dengan total beban 90 kilogram tanpa kerusakan apa pun.

Saat ini, Spedagi sudah memproduksi empat model.

Spedagi Dwiguna adalah sepeda dual track yang dikhususkan untuk jalan raya dan trek kasar di pedesaan. Kemudian, Spedagi Dalanrata merupakan road bike untuk digunakan di trek yang mulus.

Untuk jalur perkotaan, ada Spedagi Gowesmulyo (joy bike) dan Spedagi Rodacilik (minivelo) yang menggunakan ban berdiameter kecil.

Persepsi sepeda bambu di masyarakat

Menurut Singgih, masyarakat cenderung menganggap bambu adalah material yang mudah rusak. Alhasil, kualitas sepeda bambu Spedagi masih sering diragukan.

"Biasanya bambu hanya digunakan untuk konstruksi yang sederhana. Baru sekarang ini aja orang mengenal konstruksi dari bambu yang bukan hanya indah, tapi kuat, seperti yang ada di Bali," tutur Singgih.

Lebih lanjut Singgih mengatakan, satu-satunya cara untuk meyakinkan masyarakat mengenai kekuatan sepeda bambu adalah dengan mengujinya di trek jarak jauh dan rute yang berat.

"Sepeda bambu Spedagi sudah berkali-kali teruji dan lolos dalam event-event berat di Indonesia maupun luar negeri," tegas pria tersebut.

Misalnya, ketika Spedagi mengirimkan sepeda bambu untuk ajang Paris-Brest-Paris tahun 2019 lalu.

Sebagai catatan, Paris-Brest-Paris adalah perlombaan sepeda Perancis sejauh 1.200 kilometer dari kota Paris menuju Brest lalu kembali ke Paris.

Perlombaan ini digagas pertama kali pada 1891 dan dihentikan di tahun 1951, sebelum diadakan lagi di tahun 2019.

"Sepeda bambu Spedagi yang kami kirim ke Jepang pernah digunakan pada saat musim salju. Event Bentang Jawa juga ada yang memakainya," imbuh Singgih.

Bahkan, di event Journey to Zero dari Banda Aceh-Denpasar dengan jarak 3.700 kilometer, satu sepeda bambu Spedagi digunakan berkali-kali oleh 12 pengendara yang berbeda.

"Melalui event-event seperti inilah, diharapkan masyarakat semakin sering terpapar oleh ketangguhan sepeda bambu, dan ketidakpercayaan itu saya yakin akan mulai terkikis," katanya lagi.

Bersiap ikuti Paris-Brest-Paris 2023

Tahun ini, Spedagi kembali akan mengirimkan tim untuk mengikuti perlombaan Paris-Brest-Paris di Perancis pada bulan Agustus mendatang.

"Jika sebelumnya hanya dua sepeda bambu Spedagi yang mengikuti (Paris-Brest-Paris), untuk tahun 2023 ini kami harap bisa lebih banyak lagi," sebut Singgih.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/19/054433720/2100-km-dari-jakarta-ke-ngada-ntt-pakai-sepeda-bambu-spedagi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke