Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Gen Z dan Milenial Tak Lagi Tertarik Punya Anak?

Tema childfree, kesiapan memiliki buah hati dan pilihan banyak orang untuk menunda kehadiran anak kerap mewarnai dunia maya.

Salah satu yang kontroversial misalnya ketika influencer Gita Savitri menyebut bahwa tidak memiliki anak adalah anti-aging alami.

Di satu sisi, terlepas dari adanya anak, generasi muda menyadari bahwa membangun sebuah keluarga bukanlah hal mudah.

Jakpat membuat survei untuk mengetahui bagaimana pandangan generasi muda dalam mempersiapkan rumah tangga.

Laporan yang melibatkan 1.216 responden ini menunjukkan apa saja yang menjadi pertimbangan untuk melangkah ke jenjang lebih serius dengan pasangan dan arti kehadiran anak dalam sebuah keluarga.

Hasil survei menunjukkan bahwa 97 persen responden lajang, baik memiliki anak atau tidak, tetap punya keinginan atau berencana untuk menikah.

Lebih dari setengah responden atau sekitar 65 persen mengaku ingin menikah karena ingin memiliki teman hidup dan sekitar 57 persen responden ingin menikah karena ajaran agama. 

Selain itu, 48 persen dari mereka beralasan sudah menemukan orang yang tepat, ingin memiliki anak, dan merasa menikah memang fase hidup yang harus dilalui.

Sebanyak 52 persen responden juga menargetkan menikah pada usia 25-29 tahun.

"Di antara Gen Z dan Milenial yang saat ini statusnya tidak menikah, mereka sama-sama ingin menikah di masa depan. Hanya saja bedanya adalah Milenial ingin segera menikah dalam waktu dekat, sedangkan Gen Z tidak dalam waktu dekat," ucap head of research Jakpat, Aska Primardi dalam keterangan persnya kepada Kompas.com.

"Hal ini bisa disebabkan karena persepsi bahwa segmen Milenial saat ini sudah memasuki batas atas usia ideal dalam pernikahan,"

Sementara itu, melalui survei itu pula ditemukan tiga alasan utama para responden tak ingin menikah, yaitu bukan prioritas, sadar tak mampu secara finansial, dan ingin fokus berkarier dengan persentase masing-masing 33 persen.

Jakpat mengelompokkan enam jenis kemampuan yang perlu dipersiapkan dalam dalam berumah tangga.

Pertama, kemampuan mental yaitu adaptasi dengan kehidupan berpasangan dan berkeluarga.

Disusul dengan kemampuan finansial (seperti biaya kebutuhan sehari-hari, biaya membesarkan anak) dan properti (seperti memiliki tempat tinggal dan/atau kendaraan).

Kemudian, kemampuan fisik (sehat jasmani) dan kemampuan emosi (mampu mengontrol tindakan).

Terakhir, mempersiapkan kemampuan intelektual (mencari informasi seputar pernikahan dan keluarga).

Sebanyak 91 persen responden menilai kemampuan mental adalah persiapan utama dalam berumah tangga.

Kemudian disusul kemampuan finansial (87 persen) dan emosi (78 persen).

Namun, di satu sisi, mereka juga sadar kemampuan mental juga menjadi persiapan yang paling sulit dicapai (43 persen).

Pandangan anak muda soal punya anak dalam berkeluarga

Terkait dengan maraknya isu childfree, lebih dari separuh responden yang terdiri dari Gen Z dan Milenial di Tanah Air masih menilai kehadiran anak sangat penting.

Sementara 16 persen lainnya menilai adanya buah hati adalah hal yang biasa saja dan kurang dari satu persen merasa tak penting.

Hal ini tentunya berpengaruh pada keputusan mereka yang ingin memiliki anak setelah menikah.

Sebanyak 67 persen responden ingin mempunyai anak secepatnya setelah menikah.

Sedangkan, 22 persen memutuskan menunda anak setelah menikah dan ada juga yang memikirkan pilihan adopsi.

Gen Z lebih memilih menunda kehadiran anak

Survei Jakpat juga menunjukkan kelompok yang ingin memiliki anak secepatnya yang faktanya didominasi oleh segmen Milenial.

Sedangkan kebanyakan Gen Z memilih menunda anak setelah menikah.

“Jadi walaupun dua-duanya ingin menikah, tetapi keduanya memiliki perbedaan rencana tentang memiliki anak."

"Ketika kami gali alasannya, didapatkan fakta bahwa lebih sedikit jumlah Gen Z daripada Milenial yang setuju dengan pendapat bahwa (anak sebagai pintu rezeki) ataupun (anak yang akan merawat kita di masa tua). Jadi tampaknya memang sudah ada pergeseran nilai-nilai ini bagi Gen Z,” tutur Aska.

Hal ini rupanya selaras dengan data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan populasi jumlah anak di bawah lima tahun (balita) akan semakin menurun, sejalan dengan tren penurunan angka kelahiran bayi di Indonesia.

Di sisi lain, ada beberapa alasan untuk memiliki anak dalam rumah tangga. Sekitar 75 persen responden mengaku memang ingin memiliki keturunan.

69 persen generasi muda menganggap bahwa kehadiran buah hati juga dinilai sebagai pelengkap keluarga dan 68 persen menganggap kehadiran anak sebagai penambah kebahagiaan dalam hubungan pernikahan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/24/140300720/benarkah-gen-z-dan-milenial-tak-lagi-tertarik-punya-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke