Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Menentukan Apakah Anak Harus Sekolah atau Tidak Saat Sakit?

KOMPAS.com - Kerap kali ketika melihat anak bangun dengan lesu, lelah, dan tidak bersemangat, kita jadi bingung apakah harus tetap mengantar mereka ke sekolah atau menghubungi wali kelas untuk memintakan izin.

Ketika anak jatuh sakit, banyak orangtua kurang mengerti batasan kapan anak harus istirahat di rumah dan kapan mereka bisa tetap berangkat ke sekolah.

Di satu sisi, izin tidak masuk sekolah mungkin berarti anak akan tertinggal pelajaran dan harus mengejar ketertinggalannya. Ditambah lagi, harus ada penjaga yang tinggal di rumah bersama anak, suatu hal yang cukup merepotkan bila kedua orangtuanya bekerja.

Namun di sisi lain, jika membiarkan anak sekolah dalam keadaan sakit, mereka mungkin tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dan bisa jadi kita harus menjemput mereka di UKS.

Dengan banyaknya faktor yang menjadi penentu, dokter anak, Joanna Buckingham, MD, mengatakan agar orangtua mengamati gejala yang dialami anak untuk menjadi panduan.

"Biarkan mereka tidak masuk sekolah dan tinggal di rumah jika gejalanya menghalangi mereka untuk berkonsentrasi atau berpartisipasi di kelas,” ujar Buckingham.

Dia juga memberikan saran dalam menilai 5 gejala umum yang muncul pada anak ketika jatuh sakit, untuk menentukan apakah anak sebaiknya masuk sekolah atau tidak.

Demam

Demam adalah salah satu gejala yang umum dialami oleh siapapun termasuk anak sekolah.

Suhu tubuh 38 derajat celsius atau lebih sudah dianggap sebagai demam dan hal ini merupakan tanda paling jelas bahwa anak sedang melawan penyakitnya. Demam biasanya dibarengi dengan penyakit menular dan anak juga akan kesulitan untuk fokus sehingga lebih baik bila anak tinggal di rumah ketika terserang demam.

Jaga mereka agar tetap terhidrasi mengingat demam dapat menguras cairan dalam tubuh. Kompres dan berikan obat penurun demam bagi anak. Selama demam, mereka harus tetap di rumah hingga mereka bebas demam setidaknya selama 24 jam tanpa menggunakan obat penurun demam.

Namun coba hubungi dokter anak jika:

· Demamnya berlangsung lebih dari lima hari.

· Suhunya 40 derajat celsius atau lebih.

· Demamnya tidak merespons pengobatan penurun demam.

· Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau sulit dibangunkan.

Muntah

Beberapa anak lebih rentan mengalami masalah perut dibandingkan anak lainnya. Terkadang, muntah adalah gejala yang sekali terjadi lalu langsung selesai. Ini juga bisa merupakan pertanda bahwa mereka sedang melawan suatu penyakit dan mereka akan kembali bersemangat dengan cepat.

Apa pun itu, anak yang muntah sebaiknya tetap berada di rumah, tidak bersekolah, dan diawasi di rumah sampai makanan dan minuman yang mereka konsumsi bertahan selama 24 jam tanpa dimuntahkan.

Berikan makanan dan minuman secara perlahan setelah muntah.

Mungkin Anda bisa mulai dengan pola makam BRAT (pisang, nasi, saus apel, dan roti panggang) yang enak untuk perut. Dorong anak untuk menyesap minuman secara perlahan guna memastikan minuman tersebut tidak memperburuk rasa mualnya.

Namun jika muntahnya berlangsung lebih dari 24 jam, disertai demam, atau jika anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera temui penyedia layanan kesehatan.

Diare

Jika anak mengalami diare, keputusan untuk mengizikan mereka tidak masuk sekolah bergantung pada seberapa parah masalahnya. Frekuensi yang sering ke toilet dapat menjadi tanda bahwa anak harus tinggal di rumah dan tidak bersekolah sampai gejalanya hilang.

Di sisi lain, jika diare hanya terjadi sekali dan tidak ada keluhan lain seperti mulas, maka anak bisa bersekolah dan tidak harus tinggal di rumah.

“Satu kali diare mungkin saja terjadi karena makanan yang dimakan anak tidak sesuai dengan pola makannya,” kata Dr. Buckingham. “Tetapi jika penyakitnya berkembang menjadi beberapa episode, atau disertai dengan muntah atau demam, itu dapat menjadi alasan untuk mempertimbangkan agar anak tetap tinggal di rumah.”

Batuk dan pilek

Batuk, bersin, pilek, dan hidung tersumbat sering terjadi pada anak-anak, terutama saat musim pilek dan flu. Namun tidak semua sakit pilek harus diperlakukan sama.

“Ada spektrum gejala flu yang dapat dialami anak-anak dan mereka mungkin tidak harus tinggal di rumah untuk itu semua,” ucap Dr. Buckingham.

Gejala batuk dan pilek yang ringan tidak berarti anak harus izin tidak masuk sekolah. Namun jika pileknya deras, batuk parah, mengi, atau demam, istirahat satu atau dua hari mungkin diperlukan.

Ajarkan anak untuk sering mencuci tangan dan menutup mulut dengan siku saat batuk atau bersin untuk membantu mencegah penyebaran kuman.

Sakit tenggorokan

Menilai sakit tenggorokan tergantung pada penyebabnya. Dr. Buckingham menyampaikan bahwa mungkin orangtua dapat memperbolehkan anak untuk tetap berangkat sekolah jika penyebabnya adalah alergi atau pilek ringan.

Namun jika kita menduga sakit tenggorokannya disebabkan oleh penyakit lain, seperti radang tenggorokan, inilah saatnya untuk mengizinkan anak tidak masuk sekolah dan menghubungi penyedia layanan kesehatan. Jika anak menderita radang, mereka harus tinggal di rumah sampai 24 jam setelah mulai diberi antibiotik.

Radang tenggorokan cenderung datang secara tiba-tiba dan seringkali disertai demam, sakit perut, atau sakit kepala. Radang tenggorokan biasanya tidak menimbulkan gejala seperti batuk atau pilek.

Radang tenggorokan adalah infeksi bakteri. Penyedia layanan kesehatan dapat melakukan tes radang dan kemungkinan besar akan merekomendasikan antibiotik jika hasil tesnya positif.

Sekali lagi, orangtua adalah orang yang paling mengenal anaknya. Jika Anda pikir mereka tidak akan bisa menjalani hari sekolah dengan nyaman, mungkin izin untuk tidak masuk sekolah adalah pilihan yang tepat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/18/121159720/bagaimana-menentukan-apakah-anak-harus-sekolah-atau-tidak-saat-sakit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke