Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fakta yang Mungkin Terjadi terhadap Bahan Pangan yang Kita Beli di Supermarket

KOMPAS.com - Meski sering berbelanja ke supermarket untuk menyetok isi dapur, masih banyak informasi yang tidak kita ketahui soal apa yang kita beli. Padahal informasi ini cukup penting untuk dimengerti agar kita mendapatkan bahan makanan terbaik.

Biasanya kita tertarik pada kemasan indah, penataan yang bagus, dan warna-warna cerah dan terlihat segar pada buah-buahan maupun sayur-sayuran. Lalu kita mengisi keranjang belanjaan dengan berbagai bahan yang terlihat menarik tadi.

Namun tidak semua yang terlihat indah memiliki kualitas seperti kenampakannya. Ada barang-barang yang memang sengaja dipajang dengan cara tertentu agar orang tertarik membelinya.

Nah, apa saja fakta yang mungkin tidak kita ketahui soal bahan makanan yang dijual di berbagai supermarket?

Bahan pangan biasanya tidak sesegar perkiraan kita

Umumnya kita langsung tergiur membeli buah ataupun sayuran setelah melihat warnanya yang segar. Tapi tahukah kamu bahwa beberapa buah adalah buah musiman? Apel misalnya, pada umumnya berbuah di musim gugur. Jadi bagaimana bisa apel di supermarket terlihat selalu segar dan baru setiap kita berkunjung?

David Barbour, salah satu pendiri perusahaan kesehatan Vivio Life Sciences, mengatakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan penyimpanan modern.

“Ketika dipanen, apel segera dibawa ke tempat penyimpanan yang terkendali dan sering kali diberi pelapis bahan kimia atau pestisida agar bisa disimpan dalam waktu lama,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa apel supermarket umumnya adalah hasil panen musim lalu yang berarti apel yang kita beli di supermarket mungkin berumur 10 bulan!

Bahan pangan yang sudah dicuci, belum tentu siap dimakan

Jangan percaya dengan iming-iming bahwa sekantong selada atau sekotak stroberi yang kita beli telah dicuci dan siap dimakan. Bahan-bahan ini mungkin sudah dicuci, tetapi tidak berarti siap untuk langsung disantap.

“Barang-barang di dalam wadah atau tas harus dicuci sebelum dimakan karena meskipun dikatakan sudah dicuci, kenyataannya tidak selalu demikian,” kata Brianna Nash, pencipta Balance + Lift. Suaminya, Zach, yang bekerja di supermarket selama satu decade selalu menyuruhnya mencuci semuanya.

Pasalnya, Zach yang bertugas menata bahan-bahan pangan, selalu mendapati tangannya menjadi kotor setelah melakukan tugasnya. Artinya, bahan-bahan pangan itu tidak sepenuhnya bersih bukan?

Pestisida dan lilin banyak digunakan setelah panen

Beberapa produk diproses dengan pestisida setelah dipetik untuk memperlambat pematangan, kata Samantha Presicci, MCN, RD, LD, CPT, Ahli Gizi terdaftar di FOND Bone Broth.

“Jeruk non-organik seringkali disemprot pestisida tidak hanya pada saat pertumbuhannya tetapi juga setelah dipetik untuk menjaga kesegarannya," ujarnya.

Jika kita mengamati dengan seksama, mungkin kita melihat tulisan pada kemasannya, ‘Diolah untuk menjaga kesegaran saat transit dengan Imazalil, Sodium o-phenylphenate dan/atau Thiabendazole’ atau ‘Dilapisi dengan bahan dasar nabati, lilin lebah, dan/atau lilin berbahan dasar resin, atau lak resin yang aman untuk makanan’.”

Bahan pangan tidak terlindung dari hewan-hewan kecil

Meskipun produk-bahan pangan dikemas rapi saat pengangkutan dan penyimpanan, karton dan wadah pengiriman yang digunakan tidak selalu terlindung dari hewan seperti laba-laba, ulat, lalat, dan lain-lain.

"Jadi, jangan percaya bahwa semua yang tampak indah dan segar selalu bersih. Selalu cuci produk yang Anda beli,” kata Nash.

Organik tidak selalu berarti bebas bahan kimia

Tidak sedikit dari kita yang memilih produk bertuliskan organik karena berpikir bahwa produk-produk tersebut tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia lain. Namun sesungguhnya produk dengan tanda organik belum tentu bebas bahan kimia.

“Kita sering salah mengira bahwa organik sama dengan bebas pestisida, padahal kenyataannya yang digunakan hanyalah pestisida yang dianggap ‘organik’,” kata Brianne Bell, RD, pencipta Frugal Minimalist Kitchen.

Selain itu Chris Mathews, manajer produksi dan pendiri blog The Great Fruit Hunt, menambahkan bahwa label “organik” tidak berarti boleh dikonsumsi tanpa dicuci.

Dalam pertanian organik, kekhawatiran akan kebersihan pangan bisa meningkat karena adanya kontak erat dengan pupuk alami seperti kotoran hewan dan penggunaan pestisida organik.

Bahan pangan tidak dicuci ketika diletakkan di rak

Jika Anda mengira apel, alpukat, atau buah pir dicuci dan dibilas sebelum dikemas dan dikirim keluar dari kebun, Anda mungkin akan terkejut dengan informasi ini.

“Satu hal yang akan mengejutkan banyak orang adalah tidak adanya banyak pemeriksaan untuk makanan tertentu sebelum makanan tersebut tiba,” kata Mathews.

“Beberapa datang langsung dari ladang ke supermarket. Artinya, tidak ada pembersihan, sanitasi, atau pemrosesan apa pun pada sebagian besar buah sebelum sampai ke supermarket.”

Bahan pangan yang lebih segar biasanya disembunyikan

Nicolette Pace, koki, ahli diet, dan ahli gizi mengatakan bahwa jika kita menginginkan buah dan sayuran yang lebih segar, kita mungkin harus mencari sedikit lebih dalam.

“Bahan pangan dengan tanggal kadaluwarsa yang lebih baru ditempatkan di bagian belakang rak, jadi jika kita membutuhkan umur simpan yang lebih lama, periksa bagian belakang rak,” katanya.

Kebijakan kesehatan tidak ditegakkan secara ketat

Memang ada peraturan bagaimana bahan makanan diimpor atau kualitasnya distandarkan. Namun ada banyak celah yang memungkinkan bahan makanan masuk ke toko tanpa pengawasan ketat.

Selain itu, perlakuan terhadap bahan makanan di supermarket bisa jadi tidak higienis. Misalnya ada peraturan karyawan harus mengenakan penutup mulit ketika menangani makanan siap saji. Tetapi untuk beberapa item yang sebenarnya juga langsung dimakan, seperti apel, anggur, pir, mereka tidak menerapkan aturan yang sama.

Pisang dimatangkan secara kimia

Jika supermarket tidak berada di dekat perkebunan pisang, dapat dipastikan bahwa buah tersebut sudah dipetik jauh sebelum sampai ke sana dan warnanya sama sekali tidak kuning.

Sebuah proses ilmiah memungkinkan petani pisang untuk memanen buahnya saat masih sangat hijau, menghentikan proses pemasakan, dan kemudian mulai mematangkannya kembali tepat sebelum buah tersebut dipasarkan ke konsumen.

Mungkin terdapat serangga di bahan makanan yang kita beli

Buah-buahan umumnya disemprot dengan pestisida setelah dipanen dan sebelum dikirim untuk membunuh penumpang gelap seperti laba-laba, namun terkadang hewan merayap tersebut dapat tetap bertahan hidup.

Beberapa jenis hewan bisa membahayakan karena memiliki racun. Karenanya, sekali lagi kita sebaiknya mencuci dan membersihkan bahan-bahan pangan sebelum meletakkannya di meja makan.

Banyak orang menyentuh bahan pangan yang ada di supermarket

Karyawan supermarket dan Anda bukan satu-satunya orang yang menyentuh buah maupun sayuran yang akan dibeli. Setiap orang yang memilih bahan-bahan itu berpotensi melakukannya.

Mereka mungkin meremas atau mencium baunya untuk mencari barang yang paling tepat. Semua itu berarti lebih banyak kuman pada bahan makanan tersebut sehingga menjadi alasan untuk mencuci semuanya dengan bersih.

Buah yang sudah dipotong memiliki umur simpan yang pendek

Produk yang sudah dipotong tidak memiliki waktu simpan sepanjang buah yang masih utuh. Pasalnya bahan ini sudah terkena oksigen, cahaya, dan mungkin panas yang apat mempengaruhi kandungan nutrisinya dan dengan cepat menurunkan kualitasnya.

Produk lama mungkin berakhir di kotak salad

Banyak bahan pangan yang tidak laku biasanya akan dibuang, namun tidak semuanya. Beberapa supermarket akan menggunakan buah-buahan, sayuran berdaun hijau, dan sayuran yang mendekati puncak kesegarannya atau hampir kadaluwarsa sebagai salad yang dikemas untuk dijual.

Makanan-makanan ini tidak buruk atau berpotensi membahayakan, hanya saja tingkat kesegarannya bisa jadi sudah lewat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/26/205603020/fakta-yang-mungkin-terjadi-terhadap-bahan-pangan-yang-kita-beli-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke