Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Didik Anak Jadi "Pejuang yang Sehat" agar Sukses di Masa Depan

Menurut dia, para "pejuang yang sehat" adalah mereka yang ulet dan memiliki motivasi diri untuk berhasil, namun tidak percaya bahwa pencapaian menentukan nilai diri sebagai manusia.

Mereka akan berbeda dengan kebanyakan remaja masa kini, yang terjerumus ke dalam lingkungan yang sangat kompetitif di sekolah, olahraga, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Sebab, kata Wallace - kondisi kompetitif semacam itulah yang terbukti meningkatkan potensi kecemasan dan depresi.

"Anak-anak yang menghadapi tekanan untuk berhasil adalah korban dari budaya prestasi yang beracun," kata Wallace kepada CNBC Make It.

Wallace menulis tentang fenomena ini dalam bukunya, "Never Enough: When Achievement Pressure Becomes Toxic — and What We Can Do About It” yang diterbitkan pada bulan Agustus.

Buku ini didukung oleh wawancara dengan sejumlah psikolog dan survei terhadap 6.500 orangtua di seluruh Amerika Serikat.

Proyek ini dilakukan oleh Wallace yang menyandang gelar sarjana dari Harvard, bersama seorang peneliti di Harvard Graduate School of Education. 

Selama proses tersebut, Wallace mengungkap, kecemasan orangtua terhadap kesuksesan anak -dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat- merupakan pemicu meningkatnya krisis kesehatan mental remaja.

Dan, ketika orangtua secara teratur menyuarakan kekhawatiran tentang hasil -seperti nilai atau piala olahraga- hal ini mengirimkan pesan yang berpotensi berbahaya bagi anak, bahwa mereka hanya dihargai karena prestasi mereka.

Cara membesarkan anak sebagai "pejuang yang sehat"


 

Ketika berbicara dengan ribuan orangtua - dan dalam beberapa kasus terkait anak-anak mereka - Wallace menemukan, orang yang paling berprestasi dan sehat memiliki sifat psikologis yang disebut "kebermaknaan".

Mattering adalah gagasan tentang perasaan dihargai oleh keluarga, teman, dan komunitas atas diri yang sesungguhnya.

"Ini lantas diandalkan untuk memberikan nilai yang berarti bagi keluarga, sekolah, dan masyarakat," kata Wallace.

Secara khusus, Wallace menemukan korelasi antara tingkat harga diri remaja yang sehat dan perasaan bahwa mereka pentin dan berarti bagi orangtua mereka.

"Itulah perasaan yang ingin kita tegakkan sebagai orang tua, bukan?" tambah dia.

"Keberartian bertindak seperti perisai pelindung yang melindungi kita dari stres, kecemasan, dan depresi," kata Wallace.

"Bukan berarti para pejuang sehat yang saya temui ini tidak mengalami kemunduran atau kegagalan ya."

"Namun, kegagalan tersebut bertindak seperti pelampung. Kegagalan itu mengangkat mereka dan membuat mereka lebih tangguh," sambung dia.

Anak-anak mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar dari dikenal dan dimengerti oleh orangtua, ketimbang menerima pujian secara langsung.

Demikian kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh psikolog anak dari Harvard, Richard Weissbourd.

Jadi, perhatikan topik pembicaraan yang paling sering kita bicarakan dengan anak-anak.

Geser keseimbangan dari nilai, dan lebih ke arah hobi dan minat yang tampaknya benar-benar membuat anak-anak paling senang.

Dalam beberapa kasus, Wallace menemukan remaja yang percaya bahwa diri mereka penting.

Kepercayaan itu muncul karena orangtua mereka secara teratur mengatakan hal itu.

Tetapi -sayangnya, si anak tidak memiliki banyak bukti dari dunia luar bahwa kontribusi mereka penting.

Untuk mengatasi kasus semacam ini, kita dapat mendorong anak untuk menjadi sukarelawan di komunitas mereka.

Misalnya: bukan untuk mendukung resume kuliah mereka, tetapi untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan menggunakan keterampilan dan minat mereka untuk melayani orang lain.

"Mengetahui kekuatan mereka, mengetahui apa yang mereka kuasai, dan membantu mereka menggunakan kekuatan itu untuk mengatasi kelemahan," kata Wallace.

"Dan juga bagaimana menggunakan kekuatan tersebut untuk memberikan dampak di rumah, di sekolah, dan di komunitas yang lebih luas."

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/17/080444820/cara-didik-anak-jadi-pejuang-yang-sehat-agar-sukses-di-masa-depan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke