Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berita Pilpres Bikin Stres? Awas Gejala "Election Stress Disorder"

Pemberitaan dan konten media sosial terkait sepak terjang para politisi muncul hampir setiap hari.

Belum lagi saling sindir, adu pendapat para pendukung dan keributan lainnya yang bakal mendominasi media sosial sampai pemilu berakhir.

Tak jarang keluarga, sahabat, dan komunitas akhirnya terpecah karena membela jagoan politiknya masing-masing.

Situasi ini membuat kita rentan mengalami stres akibat pemilu alias election stress disorder.

Apa itu election stress disorder?

Election stress disorder adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Steven Stosny, PhD pada tahun 2016.

Dalam kolomnya di The Washington Post, ia mengaku kewalahan dengan jumlah keluhan yang muncul selama pilpres Amerika Serikat pada saat itu.

"Berita yang terus-menerus tentang pemilu membuat pasien dan bahkan mengganggu kehidupan pribadi mereka," tulisnya.

Election stress disorder adalah situasi saat kondisi mental seseorang yang memburuk karena isu politik menjelang pemilu.

Istilah ini bukan diagnosis medis resmi, tapi dialami banyak orang di berbagai negara.

“Pemilu adalah peristiwa berisiko tinggi yang memiliki implikasi jangka panjang dan konsekuensi serius,” kata Monifa Seawell, MD, psikiater bersertifikat di Atlanta.

Dalam banyak kasus, pemilu juga terasa sangat intens.

"Ada banyak tema negatif yang muncul, termasuk serangan pribadi dan perasaan negatif secara umum," terang Thea Gallagher, PsyD, direktur klinik di Pusat Perawatan dan Studi Kecemasan di Universitas Pennsylvania.

Survei American Psychological Association pada 2016 membuktikan, sebanyak 52 persen orang AS mengatakan bahwa pilpres saat itu adalah sumber stres yang "sangat" atau "agak signifikan" dalam hidup mereka.

“Hal ini banyak muncul di media sosial, dengan teman dan anggota keluarga mengatakan hal-hal seperti, 'Jika Anda tidak memilih, kita bukan teman lagi,'” kata Dr. Gallagher.

Dalam banyak kasus, para pemimpin politik juga sangat terpolarisasi yang juga berpengaruh pada pendukungnya.

"Kedua belah pihak hampir selalu terlihat saling bertentangan satu sama lain," ujar Craig A. Smith, PhD, profesor psikologi dan perkembangan manusia di Vanderbilt University di Tennessee.

Akhirnya, pemilu sering dianggap sebagai pertarungan penting yang memengaruhi kehidupan kita sehari-hari, mata pencarian, dan nilai budaya yang dianut.

"Sangat mudah untuk menjadi sangat tertekan mengenai pemilu dan potensi hasilnya," ujar Smith.

Gejala election stress disorder

Election stress disorder bisa memicu keluhan yang sama seperti stres lainnya.

"Menyebabkan gangguan dan ketidakseimbangan dalam rutinitas Anda yang biasa," terang Dr. Seawell.

Gejala election stress disorder misalnya susah tidur, takut ketinggalan berita politik terbaru, cranky, dan mudah tersinggung soal isu tersebut.

Gangguan tidur bisa muncul karena kita khawatir dengan apa yang dibicarakan dalam debat atau mengalami gangguan mental seputar pemilu.

"Stres yang berhubungan dengan pemilu juga dapat muncul ketika Anda mungkin mulai memeriksa ponsel Anda untuk mencari berita setiap jam," kata Dr. Seawell.

“Anda bahkan mungkin merasa cemas berada di dekat orang-orang tertentu yang Anda tahu memiliki pandangan politik berbeda, khawatir bahwa topik tertentu akan muncul,” tambah Dr. Gallagher.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/23/130516120/berita-pilpres-bikin-stres-awas-gejala-election-stress-disorder

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke