Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali 6 Fase dalam Pernikahan agar Pasutri Tetap Harmonis

Seiring waktu, perasaan cinta kita bisa memudar dan digantikan oleh marah, kesal, lelah dan bosan terhadap pasangan.

Perasaan tersebut sebenarnya wajar dirasakan saat menjalani komitmen jangka panjang dan hanya bagian dari fase pernikahan.

Sayangnya, kebanyakan pasutri sering kali abai dengan situasi tersebut sehingga menilai pernikahannya bermasalah.

6 fase pernikahan yang sebaiknya dipahami

Perubahan adalah satu-satunya hal yang pasti dalam pernikahan.

Sikap pasangan mungkin saja berubah, termasuk pula perilakunya kepada kita.

Namun jangan buru-buru berpikiran buruk karena mungkin saja itu hanya bagian dari fase pernikahan, yang tergolong normal.

Seperti apa?

Penuh cinta

Pada tahap awal ini, masing-masing pihak menemukan kegembiraan dalam memenuhi kebutuhan pasangannya.

Ada harapan bahwa kebutuhan masing-masing akan terpenuhi dan pernikahan berfungsi untuk memperkuat rasa cinta dan perhatian ini.

Umumnya, pasutri tetap mampu memperdalam pemahaman mereka satu sama lain terlepas dari tantangan kehidupan sehari-hari.

Akhir bulan madu

Fase kedua, dinamika hubungan berubah saat salah satu pihak gagal memenuhi ekspektasi pasangannya, sehingga menimbulkan kekecewaan dan penderitaan.

Keyakinan akan tanggung jawab bersama atas kebahagiaan satu sama lain tetap ada, namun perilaku menjadi lebih manipulatif.

Hal ini sebagai upaya menyenangkan pasangan yang bertujuan memulihkan keadaan awal pernikahan yang ideal.

Cinta dan perhatian tidak lagi tanpa syarat, dan pasangan ragu antara bersikap kritis dan merasa sakit hati atau kecewa ketika hubungan tidak mencapai kondisi ideal.

Perilaku tersebut sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan terhadap kekecewaan yang berkelanjutan karena gagal mengembalikan hubungan penuh cinta seperti di awal.

Argumen yang biasa terjadi dalam fase ini biasanya berkaitan dengan masalah kontrol, seperti uang, seks, atau waktu yang dihabiskan bersama.

Dalam kasus yang ekstrem, perselingkuhan dapat terjadi sebagai cara untuk menyakiti pasangannya.

Bertahan

Pasangan yang lelah secara emosional dan rentan berpisah biasanya mengalihkan perhatian pada aspek kehidupan lainnya dan tidak berusaha mengatasi konflik.

Rasa cinta memudar tapi komitmen pernikahan tetap ada sehingga mereka fokus pada kepentingan bersama demi kepentingan keluarga, anak atau karier.

Kepuasan dalam hubungan menurun tapi biasanya muncul hubungan positif dalam kolaborasi ini.

Sibuk sendiri

Dalam fase ini, pasutri mulai menyadari harapan kosongnya untuk mendapatkan segala kebutuhan dari pihak lainnya.

Kesadaran ini mendorong peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri dengan mencari kepuasan sendirian.

Mereka mulai mencari kebahagiaan dari pihak luar yang membuatnya hidupnya kembali bergairah, tapi tidak lewat pasangannya.

Setiap pihak mulai mengembangkan kemandirian dan menyadari perlunya mempertahankan identitas emosional yang tidak terkait dengan pernikahannya.

Kesuksesan pada tahap ini mencakup penerimaan tanggung jawab atas kesenangan dan kesulitan serta peningkatan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, khususnya pasangan, secara lebih utuh.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/24/145044420/kenali-6-fase-dalam-pernikahan-agar-pasutri-tetap-harmonis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke