Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pola Asuh Orangtua yang Bikin Anak Manja

KOMPAS.com - Tidak ada anak yang terlahir manja, karena perilaku ini diajarkan dari lingkungan sekitarnya.

Untuk itu orangtua perlu memahami pola asuh seperti apa yang bisa membentuk si kecil menjadi anak manja.

Dalam sebuah survei yang dilakukan di Parents.com terungkap, 42 persen orangtua mengaku anak mereka manja dan 80 persen menjawab perilaku manja itu akan berdampak di masa depan.

Jika kita merasa buah hati termasuk manja, belum terlambat untuk mengubah perilakunya dengan melakukan taktik penyesuaian perilaku.

Penyebab anak manja

Penyebab utama anak menjadi manja adalah karena orangtua terlalu lunak atau disebut juga pola asuh permisif.

Menurut pakar di American Academy of Pediatrics, jika orangtua tidak menanamkan disiplin atau menegakkan batasan dapat menyebabkan anak berperilaku egois dan tidak dewasa.

Tetapi, sebagai orangtua kadang kita tanpa sadar menghindar dari membuat aturan atau mengalah karena bermaksud baik. Misalnya ingin menyenangkan anak dan membuat kenangan indah. Lagi pula, memberikan jauh lebih mudah ketimbang berkata "tidak".

Orangtua yang bekerja juga sering dihantui rasa bersalah karena mereka meninggalkan rumah, entah karena harus ke kantor atau tugas ke luar kota.

"Bisa dipahami jika kita cuma punya waktu bersama beberapa jam dalam sehari, kita tak ingi merusak kesenangan itu," kata Dr.Louis Lichtman Ph.D, pakar pendidikan anak.

Walau tidak ada salahnya sesekali membelikan mainan kecil saat mengajaknya ke supermarket atau ke mal sebagai hadiah, tetapi risiko anak tumbuh manja akan lebih besar jika kita melakukan hal-hal tersebut karena rengekan mereka yang tak berkesudahan.

Tugas kita sebagai orangtua adalah mendorong anak berperilaku baik, bukan sebaliknya.

Tanda anak manja

Banyak ahli perkembangan anak tidak menggunakan istilah anak manja karena istilah tersebut tidak didefinisikan dengan baik dan bersifat menghina.

Namun, jika anak tidak diajarkan disiplin mereka akan menunjukkan perilaku:

- Kurang kontrol diri
- Agresif
- Selalu ingin diutamakan
- Impulsif
- Suka melawan
- Mendominasi

Anak-anak akan terus melanjutkan perilaku tersebut jika orangtua masih menghindar membuat batasan atau menerapkan disiplin.

Perilaku manja ini akan menjadi masalah ketika anak mulai masuk sekolah, bahkan sampai dewasa. Anak yang manja cenderung akan bermasalah dalam hal motivasi, kurang gigih, dan juga hubungan dengan orang lain.

Mengubah perilaku manja

1. Refleksi pola asuh

Awalilah dengan memikirkan kembali mengapa kita memilih pola asuh seperti saat ini. Tanyakan mengapa saya sering membelikan anak benda-benda? Mengapa saya sulit berkata tidak?

Refleksi semacam ini memang tidak mudah bagi sebagian orang, karena terkadang akan memunculkan lagi memori yang tidak menyenangkan dari masa kecil.

Pahami bahwa anak manja tidak ada hubungannya dengan "terlalu dicintai".

"Jika cara Anda menunjukkan kasih sayang kepada anak Anda adalah 'memenuhi setiap keinginan dan kebutuhannya tanpa mengajari mereka bahwa ada batasan, dan bahwa mereka dapat melakukan dan mengupayakan segala sesuatunya sendiri' maka kemungkinan besar anak akan manja", kata pakar parenting Aliza Pressman.

2. Buat batasan

Anak-anak butuh batasan yang konsisten. Jika kita plin-plan, anak akan memanfaatkannya.

Ini berarti, ketika anak tantrum saat keinginannya tidak dipenuhi, kita perlu mengajari anak untuk mengenali apa yang ia rasakan, bukannya menuruti perilakunya yang akan dianggap anak sebagai hadiah.

Misalnya, "Bunda tahu kamu kecewa karena tidak dibelikan mainan". Hal ini menunjukkan kita berempati pada perasaannya, tapi kita tetap membuat batasan.

3. Beri tanggung jawab

Cara lain adalah beri anak tanggung jawab di rumah dan beri hadiah berupa pujian saat anak melakukannya.

Memberi hadiah berupa uang, mainan, atau makanan, saat mereka mengerjakan peer atau menyikat gigi sebelum tidur, tidak akan mengajarkan apa-apa, karena di dunia nyata tidak ada hadiah untuk orang yang melakukan tugas-tugas hariannya.

4. Jangan terlalu sering membantu

Orangtua punya kecenderungan untuk terburu-buru, memperbaiki, dan juga tidak ingin anaknya repot. Padahal, tidak apa-apa, bahkan bagus, jika anak belajar kalah atau gagal. Pengalaman itu akan memberi mereka pelajaran untuk menghadapinya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/11/19/201800820/pola-asuh-orangtua-yang-bikin-anak-manja

Terkini Lainnya

Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com